Tetap Menjadi Pemimpin

4 2 0
                                    

Hari selasa tanggal dua november, yeeay sudah november dan ya sebentar lagi tryout, dan hari ini Tazkia tidak masuk ke sekolah dia di alihkan mulai sekolah online, sementara Darlen sudah sampai kelas, dan Dela ada kesempatan mendekati Darlen.

Namun dia tidak tahu aja kalau mereka sedang video call, sebenarnya Tazkia cemburu namun dia memilih diam, karena Darlen yang meminta.

"Mau lo yang pindah atau gue yang pindah ?" Tanya Darlen kesal dan risih.

"Gak mau pindah aku mau duduk sama kamu."

Darlen bangun dari bangkunya pindah ke bangku Galih. Kebetulan Caca belum datang, Darlen memilih duduk di pojok.

Sementara itu di rumah, Bu Neneng mengirimkan materinya, dan ya mereka masih video call jadi dia serasa di kelas bukan sekolah online yang hanya di kirimkan materinya, lalu belajarnya sendiri.

Saat absen Tazkia di anggap hadir karena guru juga sudah tahu dari bu Neneng kalau Tazkia sekolah online.

Pulang sekolah Darlen langsung ke kantor sementara Galih hari ini tidak ada shift.

"Minta kunci markas besar bos." Ujar Galih.

Darlen melempar kuncinya dari atas motor pada Galih yang langsung di tangkap olehnya. "Nanti gue nyusul lo pimpin dulu sama Arsa."

Galih mengacungkan jempolnya sampai Darlen hilang dari padangan.

Di markas besar Galih membuka rapat di lanjut dengan Arsa yang memberikan informasi dengan singkat.

Setelah pulang dari kantor Darlen langsung ke markas besar namun hanya sebentar pinginnya sih, namun ada masalah menghampirinya jadi tidak bisa sebentar deh.

"Lo masih berurusan sama gue, cewe lo bisa gue culik benaran kalau lo gak mau balapan sama gue."

"Tanpa balapan semua orang juga tau siapa yang bakal menang."

Faimanuel menaiki kerah baju Darlen dengan kesal lalu meremasnya. Dengan santai Darlen mendiamkannya, hal itu makin membuat Faimanuel geram.

"Lo menganggap sepele ucapan dan ancaman gue ya ?"

"Kalau iya kenapa ? Udah tahu pakai nanya." Ejek Darlen sarkas.

"Lo." Faimanuel makin menarik ke arah baju Darlen. "Oke kali ini gue lepasin lo tapi gue gak akan tinggal diam, cewe lo akan ada di tangan gue." Bisik Faimanuel sembari melepaskan tarikan kerah baju Darlen lalu cabut tidak lupa dia mengajak anggota-anggotanya.

"Gue balik." Ujarnya cepat kepada anggotanya, Darlen tidak peduli lagi pada anggotanya. Galih mengikuti ketuanya bersama anggota inti.

Ternyata Darlen ke markas inti. Di markas Darlen langsung ke kamar mengacak-acak kamar. Keempatnya hanya bisa diam tidak berniat untuk menghentikannya, karena jika sudah seperti ini kalau di hentikan ketuanya akan semakin ngamuk, jadi lebih baik di diamkan terlebih dahulu sampai dia benar benar tenang baru salah satu di antara mereka mendekatinya.

Setengah jam kemudian Darlen menarik nafasnya lalu cabut dari markas, tidak mempedulikan sahabat-sahabatnya. Dia naik motor dengan kecepatan tinggi sampai hampir hilang kendali karena terlalu ngebut, dia pastinya meminta ketenangan pada kekasihnya. Dari tadi pas Darlen sampai dia nangis dalam pelukan Tazkia.

"Jangan nangis masa ketua geng yang bisa menyelesaikan semua masalah nangis saat di ancam."

"Aku nangis bukan karena di ancamnya, tapi aku nangis karena kamu bakal celaka by."

"Emang dia berani sama aku ?"

"Kalau dia udah kaya gitu ada kemungkinan dia berani."

"Ya udah sih gak usah takut kan aku bukan cewe lemah aku bisa mengatasinya."

Perjodohan T & DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang