Keraguan Yang Telah Usai

3 2 0
                                    

Mereka saling sibuk satu sama lain. Namun Desta sangat bosan dengan suasana yang hening, dia mencairkan suasana.

"Eh warga +62 pada sibuk-sibuk amat dah. Jangan kaku-kaku amat, nikmati hidup yang penuh dengan hal yang main-main jangan serius-serius amat."

Esa menonyol kepala Desta dengan kencang membalasnya yang tadi. "Lo mah pintar malih, jadi santai, lah gue bodoh."

"Bukan bodoh tapi lemot." Cela Desta meledek.

"Jangan menjelek-jelekkan diri sendiri, mending orang lain aja yang jelekin lo." Cibir Galih dengan tampang ngeselin.

"Eh anjir lo pada, demen banget sih ledekin dede gemas."

"Dede gemas, apanya yang gemas sini muka lo gue remes." Greget Desta sambil pura-pura meremes muka Esa.

"Buang aja ke laut Des."

"Jangan dong, cowok gue kan gak salah apa-apa." Sela Caca membela Esa.

"Weh ngeri sekarang ada yang belain." Ejek Desta sambil berdehem.

"Pakai membel cowo lagi." Tutur Anelda meledek sedikit berbisik.

"Benar lagi, tuh tunangan lo belain lo. Jangan besar kepala ya." Cibir Galih.

Arsa menyumpel kedua kupingnya dengan earphone kesayangannya.

"Mulai mode tidak peduli dengan sekitar tuh kembaran lo." Cibir Desta menyindir Arsa tetapi meledek Esa sembari menyenggol bahu Esa.

"Gede kepala gue di bilang kembaran Arsa." Sahut Esa kegirangan.

"Ih ogah." Sergah Arsa yang masih mendengar.

"Langsung di tolak mentah-mentah anjir." Celetuk Esa dengan tampang sedihnya.

"Gak usah di sedih-sedihin ngapa mukanya, ngerasa kasian gue." Ungkap Desta memelaskan mukanya di hadapan Esa.

"Ayaaang tolong aku di buly." Rengek Esa sambil mendekati pujaan hatinya meminta pembelaan lagi.

"Dih najis ada yang bucin, ya deh yang udah punya ayang." Pekik Galih kesal.

"Ih udah lah belajar lagi tuh lihat Arsa aja rajin." Balas Caca merespon rengekan Esa dengan malas.

"Kasihan, gak di belain lagi." Ejek Desta sembari pura-pura nangis.

"Dede mau pulang aja ah." Ujar Esa sedih.

"Dih pulang, ya udah sana pulang." Canda Desta.

"Dia bisa kaya gini karena ada ayangnya nih. Coba kalau gak ada telminya minta ampun." Tutur Galih sambil menepuk jidat.

"Hahahaha." Tawa Desta. "Benar banget itu." Ejek Desta.

Tazkia dari tadi belajar dengan uring-uringan, dia bolak-balik membuka ponselnya menunggu pesan masuk dari Darlen.

Caca yang berada di sebelah Tazkia segera memeluknya menenangkan. "Ki tenang Darlen kan lagi kerja. Dia gak akan macam-macam kok." Tutur Caca dengan nada lembut sembari mengelus-elus pungung Tazkia.

"Ya Darlen mah bucin total, dia akan mencintai satu orang dengan brutal." Timpal Galih.

"Bulol alias bucin tolol." Tukas Desta meledek Darlen.

"Berani gak lo, ngomong gitu di depan Darlen ?" Tanya Galih meledek Desta.

"Mana berani gue."

"Udah udah jangan pada bercanda dulu Tazkia lagi sedih, Darlen gak ada kabar." Sanggah Anelda tepat sasaran.

Darlen memang lembur tetapi lemburnya seorang receptionst tidak seperti karyawan lainnya. Sekarang dia masih di ruangan papa Basyar. Tentu dia masuknya diam-diam.

Perjodohan T & DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang