Info cara mengubah rasa sedih jadi rasa stroberi.
-Fiersa Besari-
Bandung, 12 tahun lalu...Satu minggu setelah kepergian Papa Aruni, Randi terpaksa kembali ke Yogyakarta untuk melanjutkan kuliahnya di Fakultas Kedokteran UGM. Aruni berusaha menjalani aktivitas kuliah seperti biasa, meskipun hatinya masih terhimpit duka. Dia merasa kosong, berusaha mengalihkan perhatian dengan belajar dan menjalani rutinitas sehari-hari. Dalam prosesnya, dia masih terus berkomunikasi dengan Randi, berharap bisa menemukan sedikit kebahagiaan di tengah kesedihan.
Sore itu, Aruni merasa butuh mendengar suara Randi. Dia merasa sedikit lebih baik ketika berbicara dengan Randi, berbagi cerita tentang kuliah dan kenangan masa lalu. Dengan perasaan rindu yang menggebu, dia menekan tombol untuk menelepon Randi, berharap bisa merasakan kehangatan suara kekasihnya.
Namun, saat suara perempuan menjawab telepon, hatinya seolah terjatuh. "Halo?" suara itu terdengar ceria dan asing, bukan suara Randi yang selama ini dikenal. Aruni tidak bisa berkata-kata. Duka yang baru saja mulai mereda kini kembali menyala menjadi kemarahan dan sakit hati yang mendalam. "Randi?" tanyanya dengan nada bergetar, tetapi tidak ada jawaban yang dia inginkan.
Dia langsung teringat saat-saat di mana Randi berjanji untuk selalu ada untuknya, saat-saat manis di masa-masa awal mereka berpacaran. Seolah terhimpit rasa pengkhianatan yang sama, Aruni merasa dikhianati untuk kedua kalinya. Meskipun dalam konteks yang berbeda, rasa sakit itu terasa sangat sama. Aruni menutup telepon dengan gemetar, tidak mampu menahan air mata yang menetes di pipinya.
Tanpa berpikir panjang, Aruni segera mengirim pesan ke Randi. "Kita putus." Ketika jari-jarinya menekan tombol kirim, dia merasa ada rasa lega, tetapi di saat yang sama, hatinya terasa hancur. Tidak ada balasan dari Randi, dan seolah itu menambah kepedihan dalam dirinya. Dia merasa terjebak dalam spiral emosi yang menyakitkan, seolah semua kenangan indah yang pernah ada bersamanya kini terhapus begitu saja.
Setelah itu, Aruni segera memblokir semua akun sosial media Randi. Dia tidak ingin lagi melihat wajah pria itu, tidak ingin teringat pada semua momen yang pernah membuatnya bahagia. Rasa sakit yang dia alami membuatnya semakin terkurung dalam duka yang mendalam. Aruni merasa seolah terjebak di antara kehilangan Papa dan kehilangan Randi, dua pengkhianatan yang datang silih berganti, membuatnya merasa sendirian di dunia yang gelap.
Hari-hari selanjutnya menjadi sangat berat. Aruni berusaha menyibukkan diri dengan kuliah, tetapi setiap kali dia melihat teman-temannya berpasangan, hatinya semakin sesak. Dia mencoba untuk tidak membiarkan rasa sakit itu mengganggu studinya, tetapi bayangan Randi dan suara perempuan itu terus menghantui pikirannya.
Suatu sore, ketika sedang duduk di bangku taman kampus, Aruni menerima pesan dari Selena. "Aruni, apa kabar? Aku dengar Randi..."
Aruni menarik napas dalam-dalam, tahu bahwa topik itu akan menyakitkan. Dia menjawab, "Baik-baik saja, Sel. Aku berusaha kuat."
Selena kemudian menambahkan, "Aku tahu kamu sedang menghadapi banyak hal. Jika kamu butuh bicara atau ingin jalan-jalan, jangan ragu untuk menghubungiku. Randi tidak pantas untuk memperlakukanmu seperti itu."
Mendengar nama Randi membuat hati Aruni bergetar, tetapi dia tahu Selena benar. Dia tidak ingin terperangkap dalam kenangan yang menyakitkan. Dia merasa perlu untuk terus bergerak maju, meskipun prosesnya terasa sulit.
Hari demi hari berlalu, dan Aruni berusaha mengalihkan fokusnya pada kuliah dan masa depan. Namun, di sudut hatinya, rasa sakit itu masih tersimpan. Dia tahu, untuk bisa benar-benar sembuh, dia perlu meluangkan waktu untuk dirinya sendiri, untuk menerima kehilangan dan pengkhianatan yang telah terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Here I Am Again
RomanceAruni Indhira Wardhana memiliki prinsip yang kuat dalam hidupnya: tidak ada yang lebih sia-sia daripada balikan dengan mantan. Baginya, kembali menjalin hubungan dengan seseorang dari masa lalu ibarat membaca novel yang sama berulang kali; jalan cer...