"Nongkrong bentar di Starbucks, yuk," ajak Aruni saat mereka selesai berbelanja. Setelah sempat menahan diri, Aruni akhirnya membeli sepasang sepatu yang tadinya dia anggap tidak penting. Yang ada, Selena justru berhasil membujuk Aruni untuk ikut berbelanja lagi setelah melihat papan diskon besar-besaran. Aruni memang punya prinsip, "Lebih baik menyesal membeli, daripada menyesal tidak jadi membeli."
"Gantian kamu yang traktir, ya," pinta Selena.
"Tenang aja, kartu kredit aku belum limit," jawab Aruni dengan senyum lebar.
Sesampainya di Starbucks, Selena langsung memilih tempat duduk di pojok, sementara Aruni pergi ke kasir untuk memesan minuman. Ia mengantri sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena angin saat berjalan menuju kafe.
"Teteh Aruni?" sebuah suara familiar terdengar, membuat Aruni menoleh.
"Eh, Ziva?" Aruni tersenyum lebar, senang bertemu dengan kekasih adiknya—Nares. Tapi senyumnya sedikit meredup saat melihat tangan Ziva menggandeng seorang pria berkacamata di sebelahnya. Wajah Aruni menunjukkan rasa penasaran yang sangat butuh penjelasan.
"Lagi di Bandung, Ziv?" tanya Aruni mencoba menjaga senyum di wajahnya.
"Iya, Teh. Lagi liburan di sini," jawab Ziva sambil tersenyum cerah. "Oh, kenalin, ini Nathan... tunangan aku. Nathan, ini Teh Aruni, kakaknya Mas Nares," lanjut Ziva memperkenalkan pria di sampingnya.
Penjelasan Ziva membuat Aruni tersentak. Kata-kata "tunangan" dan "kakaknya Mas Nares" bergema dalam kepalanya. Butuh beberapa detik bagi Aruni untuk mencerna semuanya. Ketika Nathan mengulurkan tangan, Aruni baru tersadar dan buru-buru membalasnya dengan senyuman tipis.
"Oh, senang bertemu dengan kamu, Nathan." Suaranya terdengar tenang, meskipun di dalam hati ia merasa ada badai kecil yang mengintai.
"Teteh, boleh bicara sebentar?" Aruni bertanya pada Ziva dengan nada yang diusahakannya selembut mungkin.
Ziva mengangguk ragu, lalu menoleh pada Nathan. "Aku sebentar ya, Nathan." Setelah Nathan memberi anggukan setuju, Ziva mengikuti Aruni ke sudut ruangan yang lebih sepi.
*****
"Tequila may not be the answer, but it's worth a shot!" gumam Aruni setelah menegak minuman di gelasnya.
"This is not tequila, honey," ujar bartender sambil mengisi ulang gelas Aruni dengan cekatan.
Setelah pertemuannya dengan Ziva di PVJ, Aruni merasa kosong dan memutuskan menghabiskan malam di sebuah bar di daerah Setiabudi. Ia hanya ingin melarikan diri dari perasaan sesak, mungkin sambil menikmati musik. Minum alkohol sebenarnya bukanlah pilihan bijak, terutama karena ia datang sendirian. Bahaya bisa datang kapan saja di tempat seperti ini. Namun, hari ini semua pertimbangan logis terasa sia-sia.
Selena sempat menawarkan diri untuk menemani, namun Aruni menolak karena Selena sedang hamil dan ia tidak ingin menciptakan masalah antara Selena dan suaminya.
Ziva—perempuan yang dulunya adalah kekasih Nares, adiknya—baru saja mengungkapkan sebuah fakta pahit. Sejujurnya, Aruni tidak menyangka Ziva akan mengatakan hal itu begitu terang-terangan.
"Untuk apa melanjutkan hubungan yang nggak punya arah?" jawab Ziva dengan nada getir saat Aruni bertanya mengapa hubungannya dengan Nares berakhir. "Nares nggak bisa kasih kepastian... karena dia nggak mau melangkahi kakaknya."
"Oh, shut up!" gumam Aruni, merasa amarah yang tertahan meledak di dalam dirinya. Kata-kata Ziva bergema di kepalanya, seolah menyalahkan dirinya atas kandasnya hubungan mereka. Seolah-olah Aruni adalah akar dari masalah yang mereka hadapi.
![](https://img.wattpad.com/cover/152519927-288-k370013.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Here I Am Again
RomansaAruni Indhira Wardhana memiliki prinsip yang kuat dalam hidupnya: tidak ada yang lebih sia-sia daripada balikan dengan mantan. Baginya, kembali menjalin hubungan dengan seseorang dari masa lalu ibarat membaca novel yang sama berulang kali; jalan cer...