Bab 23 LAMARAN

4 0 0
                                    

*-ˋˏ✄┈┈┈┈*


Di ruang tamu rumah Humayra. Humayra duduk di sebelah ibu dan bapaknya, sementara Abdi duduk di hadapan mereka dengan penuh keseriusan. Sebuah kotak kecil berwarna merah di tangannya.

"Assalamualaikum, Pak, bu. Humayra. Hari ini datangka dengan niat yang sangat serius, mauka sampaikan ki maksudku untuk melamar Humayra untuk menjadi pendamping hidupku" ucap Abdi dengan nada tegas namun lembut.

"waalaikumsalam, nak Abdi. ini kabar yang sangat baik. Tapi tentu ini keputusan ada pada Humayra. Siap memang maki kah terangkanki kenapa kita merasa pantas menjadi bagian dari keluarga kita?" ujar bapak Humayra dengan nada tegas.

"InsyaAllah, Pak. Saya percaya, dengan izin Allah, Saya bisa menjadi imam yang baik untuk Humayra. Saya memiliki pekerjaan yang stabil, dan saya akan selalu berusaha menjaga dan membimbing Humayra dalam kebaikan. Saya juga berjanji akan menghormati keluarga ini sebagaimana saya menghormati keluarga saya sendiri" ucap Abdi sambil menatap bapak Humayra dengan penuh rasa hormat.

Humayra tertunduk malu, sambil berbicara pelan

"Abdi,- seriuski ini dengan kata kata ta?? kita baru saling mengenal beberapa bulan"

Abdi membalasnya dengan senyum hangat sambil menatap Humayra.

"Humayra, Selama waktu kita saling mengenal, kulihat Ki kebaikanta, kelembutan, dan keteguhan iman dalam dirita. Itumi kasi menjadi sangat yakinka kita adalah wanita yang selama ini ku doakan".

Ibu Humayra melihat itu dengan tersenyum bijak.

"Humayra, nak. ibu melihat kepercayaan dan ketulusan di hati abdi nak, Kalau merasa nyaman dan percayaki, ibu akan merestui".

"Tunggu dulu !!! betul betul yakin Ki memang kah dengan anakku?? karena tidak akan kulepaskan anakku dengan begitu saja" sambung bapak Humayra dengan sangat tegas dan menatap mata Abdi dengan serius

Ibu Humayra tersenyum ke arah suaminya sambil menatapnya dengan lembut.

"Pak... sudahmi. Karna ini keputusan tergantung dari anakta ji, kalau Humayra merasa percaya dan yakin Ki dengan niat Nak Abdi, kenapa kita terima saja niat baik ini. Jadi bagaimana ini nak??" tanya ibu Humayra kepada Humayra

"Abdi, kalau begitu,-- kuserahkan ki ini keputusanta kepada Allah. Kalau niatmu sungguh-sungguh terus keluargaku semua setuju, ku terimami ini lamaranta" ucap Humayra sambil menarik napas dalam dalam

Abdi tersenyum lega, lalu membuka kotak merah kecil itu, menunjukkan sebuah cincin sederhana.

"Alhamdulillah. Terima kasih Humayra, terima kasih pak, ibu. Semoga Allah memberkahi langkah kita kedepannya".

"InsyaAllah, nak. nanti kita bicarakan detailnya dengan keluarga besar. Tapi untuk sekarang,selamat datang di keluarga kami" ujar ibu Humayra.

Abdi pun mengangguk pelan dan tersenyum hangat.

Dan mereka pun melanjutkan pembicaraan mereka, yang berakhir dengan senyum dan doa dari semua pihak, memohon keberkahan untuk perjalanan baru yang akan dimulai.

*-ˋˏ✄┈┈┈┈*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUA ATMA MENYATU DALAM ASMARALOKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang