28. Sedikit Demi Sedikit

56 5 2
                                    

Hello ketemu lagi👋🏻

Baca chapter ini pelan-pelan biar kerasa feelnya.

Bantu aku tandain kalau ada typo ya guys..

Sebelum baca wajib klik tanda '⭐' dulu yaa

Happy reading💗

***

Malam hari suasana cafe semakin ramai dimasuki muda mudi. Meja-meja dibagian indoor maupun outdoor perlahan-lahan mulai penuh. Para pelayan terlihat bolak-balik sibuk melayani pelanggan. Suara percakapan hingga tawa saling bergantian memasuki telinga. Musik yang mengalun keras juga menjadi background percakapan muda-mudi di sana.

Angel yang merupakan salah tau pekerja paruh waktu di cafe tersebut benar-benar terlihat sibuk melayani pelanggan. Dari meja satu ke meja lainnya ia berjalan cepat tanpa terlihat gurat lelah di wajahnya. Melayani pelanggan dengan ramah. Katanya melayani dengan ramah membuat pelanggan nyaman dan pasti akan kembali di kemudian hari nantinya.

"Halo kak, mau pesan apa?"

"Itu saja kak, baik saya ulangi lagi ya pesanannya."

"Meja disebelah sana masih kosong kak, mari saya antar."

"Makanan best seller di cafe ini.."

Itulah kalimat-kalimat yang sering Angel ucapkan kepada pelanggan dengan ramah. Di tangannya ia selalu membawa buku note kecil beserta pena yang terselip di sana. Hingga salah satu teman kerjanya memanggil.

"Angel, kesini sebentar,"

"Ada apa, ya kak?"

"Boleh bantu gue, gak? Udah kebelet banget ini, tolong anterin pesanan ini ke meja nomor 16, yaa."

Tanpa mendengar Angel menyetujui terlebih dahulu, teman kerjanya itu telah kabur meninggalkan Angel dengan banyaknya pesanan yang kalau dilihat hanya untuk satu meja saja.

Ini siapa yang pesan sebanyak ini, mana semuanya menu paling mahal lagi, batin Angel terheran. Anak konglomerat mana yang datang ke sini? Membeli semua menu best seller, menu yang viral di sosial media, dan menu dengan harga tertinggi di cafe.

Angel mengangkat satu dari lima nampan makanan untuk ia bawakan ke meja nomor 16—outdoor.

Disitulah baru Angel ketahui siapa orang yang memesan makanan sebanyak ini. Tidak heran mereka mampu membeli banyak makanan ini. Anak konglomerat seperti mereka kenapa bisa sampai ada di cafe kalangan menengah ini?

"Permisi kak, ini makanannya. Kami antar satu-satu dulu ya kak," dengan ramah Angel menginstrupsi pembicaraan sekelompok lelaki yang ada di meja tersebut membuat mereka menoleh ke sumber suara.

"Loh? Lo anak AJ kan? Basket putri?" Tanya Ares terkejut melihat Angel yang ada di depannya memakai seragam pelayan.

"Iya Kak. Aku Angel, anggota basket putri," jawab Angel setelah menata menu-menu di atas meja.

"Gue kerja paruh waktu di sini kak," tambahnya membuat orang-orang yang ada di meja tersebut mengangguk kepala paham.

"Gue ke belakang dulu ya kak, masih ada pesanan yang belum di sediain."

"Oh, oke-oke. Semangat."

Asher, Ares, Max, Damian, dan Kevin terpantau malam ini duduk di salah satu cafe viral di sosial media atas paksaan Max sebagai kaum fomo. Awalnya mereka asik bersantai di base camp hingga Max dengan cepat mengalihkan topik mengajak mereka makan malam di luar. Ia menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan review netizen yang sudah pernah ke cafe ini.

LEALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang