22

33 11 4
                                    

“Aku sudah dapat izin untuk pakai Golden Theater ” kata Heri pada Lucas dan kawan-kawan.

“Bagaimana bisa kau mendapatkan sewa Theater  itu dalam sekejap?” Tanya Lucas heran.

“Sejak kecelakaan itu, owner Golden Theater  memberikan ku izin untuk dapat menggunakan Theater  mereka jika diperlukan” jelas Heri.

Suasana unit apartemen Heri tampak tenang, Zain dan Leon sekali lagi hanya diam sambil duduk di atas sofa. Entah mengapa Zain merasa dirinya tidak terlalu berguna dikasus kali ini.

“Kapan kita akan ke Golden Theater ?” Tanya Lucas.

“Kalau bisa sekarang saja. Waktu Amel sudah tidak banyak lagi” kata Heri.

Lucas mengangguk, ia kemudian menoleh pada dua temannya yang sedang bersantai duduk diatas sofa.

“Ayo pergi” ajak Lucas.

“Kalian lupa ada roh negatif diluar unit?” Ucap Zain mengingatkan kejadian saat mereka sampai di apartemen Heri.

“Dia mungkin sudah pergi” kata Lucas meyakinkan Zain.

Zain hanya bisa menurut dan bangkit dari duduknya, begitu juga dengan Leon. Keempat orang itu keluar dari unit, pergi menuju Golden Theater tanpa ada halangan.

Gedung Theater  itu sudah kosong, hanya ada beberapa security yang berjaga. Heri dapat akses masuk dengan cepat. Ia segera menuju backstage untuk bersiap-siap tampil dihadapan Amel.

Roh Amel sudah duduk ditengah-tengah bangku. Ia duduk sendirian disana menunggu kemunculan Heri diatas panggung. Lucas sempat mengintip ke arah bangku penonton untuk memastikan Amel sudah ada disana. Amel yang sudah duduk disana sadar Lucas mengintipnya, Amel pun melambaikan tangan padanya.

“Dia sudah ada di sana” ucap Lucas.

“Aku siap” kata Heri.

Heri berjalan naik keatas panggung sambil membawa gitar akustiknya. Ia tidak bisa melihat apa-apa, namun ia tahu Amel sedang duduk memperhatikannya di salah satu bangku kosong dihadapannya.

“Oke, selamat malam semuanya. Perkenalkan aku Heri” Heri menunduk untuk memberikan salam.

“Selamat datang di konser ‘Kepada Siapakah Aku Mengejar Cintaku?’. Yeeeeee” kata Heri heboh sendiri diatas panggung.

Amel tersenyum melihatnya, sedangkan ketiga anak laki-laki yang mengintip dari backstage bertepuk tangan.

“Nah untuk memulai malam ini, aku akan menyanyikan lagu yang luar biasa. Yang tahu lagunya, kita nyanyi bareng-bareng ya. Judulnya …..”

Heri mulai bernyanyi disana, ia bernyanyi seakan-akan sedang berinteraksi dengan banyak penonton. Amel ikut bernyanyi walau ia tahu suaranya tidak akan terdengar oleh Heri.

Hampir sepuluh lagu dinyanyikan secara full layaknya dirinya benar-benar sedang konser. Ia berkali-kali juga melakukan MC seakan-akan sedang berinteraksi dengan orang banyak. Heri benar-benar tampak terampil dan bersinar diatas panggung itu. Amel benar-benar terhibur melihatnya.

“Wah sekarang ternyata lagu terakhir dari saya. Lagu ini akhir-akhir ini trending di semua tangga lagu. Sebenarnya lagu ini ku tulis saat aku lagi memulai karir, waktu itu aku menyukai seseorang.” Heri terdiam dan tersenyum sejenak “saat ini ia hadir disini. Berkatnya lagu ini jadi populer. Mari dengarkan lagu dariku, Love Song.”

Heri mulai memainkan kunci gitarnya, suara merdu menggema ke seluruh penjuru Theater.

__________
Di bawah sinar mentari, kita berlarian, 
Bermain di tepian sungai, penuh tawa ceria, 
Teman sejatiku, kamu di hati, 
Sejak kecil kita bersama, tak pernah terpisah.
 
Kini kita berdua, terpisah oleh waktu, 
Menyimpan rasa yang tak terucap, di dalam hati yang rindu, 
Ku kan tunggu di sana, di bawah pohon rindang, 
Janji kita akan bertemu, saat angin berbisik lembut.
____________

PEMBURU JIWA [XODIAC FAN-FICTION] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang