SUKA CERITA INI? JANGAN LUPA DI VOTE YA
___________________________________________Bianglala itu tidak berputar terlalu cepat, seakan-akan tahu bahwa salah satu penumpangnya sedang membuang rasa rindu.
Zain dan Leon menatap bianglala itu sambil mengunyah popcorn. Entah sejak kapan kedua anak laki-laki itu membelinya, Lucas bahkan tidak sadar kedua temannya itu ternyata sudah menikmati jajanan itu.
Leon agak sedikit risih melihat Lucas masih memeluk boneka beruang itu. Matanya tajam sambil melihat kearah boneka itu. Zain terdiam melihat mata Leon yang tajam.
“Apa kau nggak risih memeluk boneka itu dari tadi?” Tanya Leon saat rasa risihnya sudah di ubun-ubun.
Lucas membalikan badannya kearah Leon dan menunjukan boneka beruang putih besar yang tampak imut.
“Ini?” Tanya Lucas sambil menunjukan boneka itu.
“Kau tidak ingin meletakkannya disuatu tempat?” Tanya Leon.
“Dimana mau meletakkannya. Sayang sekali kalau diletakan ditanah begitu saja. Boneka ini berwarna putih, nanti kotor.” Jelas Lucas.
“Biar aku yang memeluknya!” Kata Zain, ia suka melihat boneka itu yang tampak nyaman dipeluk.
Leon menajamkan matanya menatap Zain. Zain akhirnya takut dan berusaha menyembunyikan wajahnya dari Leon. Lucas tidak mempedulikannya dan kemudian menatap ke bianglala lagi sambil memeluk boneka itu.
Diatas sana, Heri masih terdiam melihat Amel. Ia memegang kedua tangan gadis itu. Ada luka-luka kecil disana, bahkan tangannya terasa dingin.
“Apa ini sakit?” Tanya Heri.
“Terkadang sakit” jawab Amel.
Mata anak laki-laki itu berkaca, air matanya masih jatuh walau dia tidak menangis sesegukan. Amel mengelap air mata itu dengan kedua tangannya. Gadis itu memegang wajah cowok itu, ia tersenyum, mata keduanya saling bertatapan.
“Aku nggak apa-apa, jangan menangis” ucap Amel.
Seperti ada biola yang mengalun indah, namun terdengar syahdu. Biang Lala itu kembali berputar, perlahan bayangan Amel menghilang sambil tersenyum. Namun sebelum benar-benar menghilang dari hadapan Heri, dia menyampaikan sesuatu.
“Temui aku di pohon besar di alam bawah. Kita akan banyak mengobrol disana.”
Semuanya menjadi terang kembali, suara musik yang mengalun terdengar, suara hiruk-pikuk orang-orang juga sudah terdengar. Kini Heri merasa duduk sendirian lagi disana. Sampai akhirnya ia keluar dari wahana itu, berjalan pincang dan menemui ketiga orang yang sedari tadi menemaninya.
“Apa kalian bisa membawaku ke alam bawah?” Tanya Heri.
Lucas awalnya diam menatap wajah Heri yang tampak berantakan. Walau tertutup masker dan topi, matanya tidak bisa berbohong jika baru saja ia menangis. Lucas pun menganggukan kepalanya mengiyakan apa yang dikatakan Heri.
Heri hanya bisa tersenyum, kemudian ia mengucapkan “terimakasih.”
Keempat anak laki-laki itu bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Tujuan mereka selanjutnya adalah apartemen Heri. Jalanan sangat ramai, beberapa kali mereka mengalami macet parah. Heri tampak gelisah sambil duduk diam dibonceng Lucas. Boneka yang didapatkan saat bermain lempar bola tadi kini ia peluk erat-erat.
Zain dan Leon hanya memperhatikan dari belakang. Leon membawa motor yang membonceng Zain sambil mengekor dibelakang Lucas.
Sebuah apartemen elit yang menjulang tinggi dan megah terlihat. Apartemen yang sangat terang, bahkan setiap unit sudah ada pemiliknya. Kedua motor itu diparkirkan ditempat yang sama. Namun saat hendak melangkah, tiba-tiba saja lampu-lampu di parkiran berkelap-kelip.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBURU JIWA [XODIAC FAN-FICTION] ✓
FanficZain terbangun dari mimpinya, ada yang aneh. Ia bertemu dua orang cowok berjubah putih dan jingga di dalam mimpinya, keduanya tampak nyata. Dan anehnya ia bertemu dengan dua orang cowok yang ia temui dalam mimpi di sekolah barunya. Cowok berjubah pu...