JANGAN LUPA VOTE YA
_________________________Makan dimalam hari, menikmati sup panas buatan Lucas. Keempat laki-laki duduk mengelilingi meja makan. Makan dengan lahap ditemani suara hujan yang tiba-tiba terdengar menderas.
“Ini enak” ucap Iwan.
“Aku yang masak, enak kan” ujar Zain.
“Makanan mu nggak akan seenak ini kalau bukan karena temanmu yang memasak” omel Iwan.
Lucas hanya bisa tersenyum mendengar perdebatan saudara kandung itu. Heri juga hanya bisa tersenyum tanpa mengatakan sepatah katapun. Sup ayam yang Lucas masak mengingatkan Heri pada masa lalunya kembali.
Hari itu, saat pulang sekolah, Amel membawakannya sesuatu. Sebuah kotak bekal berisikan sup ayam buatannya sendiri. Heri menerimanya dengan senang, ia segera memakan sup itu dibawa pohon yang rindang. Angin sepoi-sepoi saat itu juga menambah suasana semakin indah.
Tanpa sadar air mata Heri jatuh lagi. Ia segera mengelapnya agar tidak terlihat oleh orang-orang yang bersamanya saat ini. Lucas yang tidak sengaja menoleh kearah Heri sempat melihat Heri mengelap air matanya. Lucas hanya diam, ia kembali menatap kearah lain agar Heri tidak merasa malu.
“Kalian akan tidur dimana?” Tanya Iwan sambil menatap kearah Zain.
“Dikamarku lah bang, kan dibawah tempat tidur ku ada tempat tidur yang bisa ditarik. Jadi muatlah untuk kami bertiga” jelas Zain.
“Yakin?”
“Abang coba aja sendiri” ucap Zain kesal.
Iwan terdiam. Semuanya melanjutkan makannya hingga makanan yang mereka makan habis. Seusai makan, Zain dan Iwan mengemaskan peralatan makan, setelah itu semua orang beranjak ke kamar masing-masing.
Zain menarik tempat tidur yang disimpan di kolong tempat tidurnya. Ia berbaring diatas tempat tidur itu, Heri dan Lucas tidur di tempat tidur utama. Suasana sudah sunyi, tidak ada pembicaraan yang mereka bicarakan. Yang kini terdengar adalah suara dengkuran dari Zain yang sudah tertidur pulas.
Heri tidak bisa tidur, ia belum terbiasa tidur ditempat Zain. Matanya terus menatap langit-langit. Lucas juga mengalami hal yang sama, namun ia berbaring menghadap dinding.
“Lucas kau sudah tidur?” Tanya Heri dengan suara pelan.
Lucas pun bergerak telentang dan ikut melihat kearah langit-langit kamar. “Belum. Mataku masih segar.”
“Mataku bahkan tidak ada rasa ngantuk sama sekali” ucap Heri.
Lucas terdiam, ia berusaha memejamkan matanya. Namun ia benar-benar tidak bisa tertidur.
“Kau beruntung punya banyak teman” kata Heri tiba-tiba.
“Aku juga beruntung ketemu mereka” balas Lucas.
“Aku sulit dapat teman karena terikat kontrak agensi. Mungkin aku hanya bisa berteman dengan sesama selebriti, itupun aku harus hati-hati” keluh Heri.
Lucas terdiam, ia tidak ingin berbicara masalah itu. Lucas juga pernah ditawarkan masuk agensi yang sama dengan Heri. Tapi ia menolaku, ia tidak ingin terikat sesuatu untuk kebebasannya.
“Mungkin kalau bisa ku katakan, orang terakhir yang menjadi temanku adalah Amel. Walau dia jadi temanku, tapi aku bodoh tidak tahu dia mengalami musibah” ucap Heri lagi.
“Itu bukan salahmu” kata Lucas. Matanya yang tertutup kemudian terbuka lagi.
“Seandainya waktu itu aku tahu dia yang kecelakaan. Aku segera menolongnya dan membawanya kerumah sakit. Mungkin ia akan selamat. Tapi aku malah mengabaikannya, padahal aku ada melihatnya berbaring disana sambil mengulurkan tangannya padaku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBURU JIWA [XODIAC FAN-FICTION] ✓
FanficZain terbangun dari mimpinya, ada yang aneh. Ia bertemu dua orang cowok berjubah putih dan jingga di dalam mimpinya, keduanya tampak nyata. Dan anehnya ia bertemu dengan dua orang cowok yang ia temui dalam mimpi di sekolah barunya. Cowok berjubah pu...