JANGAN LUPA VOTE YA
________________________Hujan semakin lebat, Pak Rido belum juga datang ke apartemen Heri. Heri duduk diam sambil menikmati cemilan menatap derasnya hujan diluar. Kakinya masih terasa sakit, ia enggan untuk bertemu dokter setiap saat. Jadi ia memutuskan untuk bertemu dokter besok.
Ia mengambil handphonenya, membuka galeri foto dan menatap foto-foto lamanya. Ada fotonya dan Amel disana. Heri sedih, seakan-akan ia sudah dilupakan dari dunia ini, ia bahkan tidak tahu temannya meninggal.
“Heri, sebelum kau pergi ayo tulis harapan kita di selembar kertas. Habis tuh kita masukan ke kaleng biskuit, kita kubur di bawah pohon itu. Saat kita dewasa nanti, ayo kita buka apa yang kita tulis hari ini apakah terkabul” ajak Amel satu hari sebelum kepergian Heri.
Heri mengangguk, akhirnya ia tahu fungsi kaleng biskuit yang sedari tadi dipegang oleh Amel. Keduanya menulis harapannya di selembar kertas.
_____________________________________________
Suatu saat aku akan menjadi penyanyi terkenal, aku bisa konser besar-besaran. Aku ingin membuatkan rumah yang besar untuk Mama dan Bapak. Aku akan membeli tanah ini agar bisa selalu menjadi tempat yang nyaman untuk aku dan Amel bersantai.
____________________________________________Heri telah selesai menulis harapannya, ia kemudian berbalik melihat kearah Amel yang masih sedang menulis surat harapan miliknya. Heri ingin mengintip, namun segera Amel menutup kertasnya.
“Jangan ngintip” omel Amel.
Heri hanya bisa diam, ia kemudian berdiri, berjalan berputar-putar, menunggu Amel selesai menulis. Entah apa yang Amel tulis hingga Heri harus menunggunya lama.
“Sudah!” Jerit Amel sambil melipat kertasnya.
Heri sedikit kecewa, padahal ia ingin sekali melihat harapan gadis itu. Apa yang sebenarnya gadis tomboy seperti Amel harapkan di masa depan.
“Ayo gali tanahnya” ajak Amel.
Heri mengangguk, ia mengambil cangkul yang Amel minta ia bawa. Heri mulai mencangkul tanah, tidak jauh dari pohon dan tidak terlalu dekat dari pohon. Heri berusaha mencangkul tanah itu sedalam mungkin. Ketika keringat menetes di dahinya, segera gadis itu mengelapnya dengan saput tangan. Heri hanya tersenyum mendapatkan perlakuan seperti itu.
“Mungkin sudah cukup” kata Amel melihat galian yang sudah cukup dalam.
Mereka berdua meletakan kaleng biskuit yang berisi harapan mereka di dalam lubang itu. Setelah itu mereka menimbunnya dengan tanah. Ada rasa bangga dari keduanya, keduanya saling tatap sambil tersenyum.
“Hati-hati di jalan” kata Amel.
Heri mengangguk, “kau jaga diri, aku akan kembali untuk mencarimu.”
Air mata Heri menetes ketika mengingat kenangan itu. Foto terakhir bersama Amel, foto terakhir ia bertemu Amel, awalnya ia mengira itu hanya foto terakhir dihari itu, ternyata benar-benar foto terakhir.
Kesibukannya membuat ia tidak tahu selama ini Amel berusaha untuk menghubunginya. Ia sering berganti kontak telepon karena kontak handphonenya selalu bocor kepada fans. Ia tidak memberitahukan kontak barunya pada Amel, ia hanya mengabari pada orang tuanya. Kini hal itu menjadi sebuah penyesalan.
Hujan diluar semakin deras, Heri memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Ia berjalan dengan bantuan tongkat sambil pincang. Namun baru beberapa langkah ia maju, ia kehilangan keseimbangannya dan terjatuh. Ia tersungkur kedepan.
Kejadian mengerikan itu terjadi lagi, ia ada ditengah hutan di gelapnya malam. Heri pasrah, ia menarik nafas berat. Ia kemudian berdiri, dengan bantuan tongkat kemudian berjalan entah kemana. Kini suara burung hantu lah yang terdengar. Ia sedang berusaha berfikir bahwa saat ini adalah halusinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBURU JIWA [XODIAC FAN-FICTION] ✓
Fiksi PenggemarZain terbangun dari mimpinya, ada yang aneh. Ia bertemu dua orang cowok berjubah putih dan jingga di dalam mimpinya, keduanya tampak nyata. Dan anehnya ia bertemu dengan dua orang cowok yang ia temui dalam mimpi di sekolah barunya. Cowok berjubah pu...