15. Pengorbanan yang tak terlihat.

169 26 4
                                    

Seperti ucapan sebelum nya, Yoza tidak kembali lagi ke rumah sakit setelah obrolan nya malam itu dengan Sen.

Anak itu memilih menjauh dulu untuk sementara waktu dan memantau adik nya dari jauh. Dia hanya tidak ingin terbawa emosi kalau harus berhadapan langsung dengan Nirzam dan membuat keadaan semakin runyam.

Sen bilang kondisi Vashua sudah membaik jadi setidak nya Yoza bisa lebih tenang saat meninggalkan adiknya itu. Meskipun asih tertinggal perasaan was-was karena lagi-lagi harus ada Nirzam bersama adik kesayangannya.

"Kak Yoza, kak Sen pesenin kita makan. Yok kita makan!" Jeca menghampiri Yoza yang sedang duduk termenung di teras rumah.

Tadi nya Jeca ragu untuk mengajak kakak ke dua nya itu untuk makan, kalau saja ucapan Sen tadi di telepon tidak dia ingat mungkin Jeca akan membiarkan kakak satu nya itu kelaparan.

Dari pada harus mendapat respon dingin dari kakak nya itu.

Yoza bahkan tidak ada niatan untuk sekedar menatap lawan bicaranya, dia hanya berdehem saja. Tanpa Jeca tau itu jawaban ya atau tidak.

Jeca sendiri masih mematung disitu, belum ada niatan untuk masuk kembali kedalam rumah sampai Yoza menyadari nya.

"Ngapain loe disini, sana masuk makan!" Yoza melirik Jeca dengan ujung matanya.

Dia sedang tidak mood berhadapan dengan siapapun, jadi memilih menghindar dengan kedua adik nya yang di tinggal di rumah bersama nya.

"Nungguin kakak, kan aku mau makan nya bareng. Engga enak makan cuman berdua sama kak Jeim, kak Henry belum pulang katanya bakalan malam banget pulang nya soal nya ada latihan dance dulu." Jeca memberikan informasi tanpa di minta.

Yoda pada akhirnya menggerakkan badannya menghadap ke adik tirinya yang satu itu, melihat wajah lesu Jeca membuat hati Yoza sedikit berempati.

Dulu sekali saat awal masuk kedalam keluarganya, Jeca adalah sosok periang. Dia yang pertama kali merebut hati Vashua yang kala itu masih saja menutup diri dengan kaluarga barunya.

Jeca si pantang menyerah terus saja menempel kepada Vashua hingga anak itu luluh dan tidak mau lepas dengan nya.

Kini, Yoza bisa melihat kalau raut cerita anak di hadapannya itu telah memudar, meski anak itu mencoba menutupi nya namun Yoza tau. Di balik wajah cerita Jeca banyak sekali luka yang coba dirinya pendam.

Yoza akhirnya beranjak dari duduk nya, di sambut garis melengkung di ujung bibir Jeca. Mana anak itu membuat dengan binar yang indah, senang sekali saat melihat Yoza mau menuruti keinginan nya.

Saking semangatnya bahkan Yoza tidak sempat mengelak saat tangannya di gandeng dan di tarik begitu saja oleh Jeca.

Anak itu menuntun Yoza hingga di depan meja makan.

Di tempatnya Jeima menatap keduanya dengan pandangan yang sulit di artikan, tapi kepekaannya membuat nya langsung sadar dan segera menyiapkan peralatan makan untuk mereka bertiga.

"Menu nya ayam kecap, kata kak Sen ini menu kesukaan kakak. Jadi pasti Kakak tidak akan menolak nya." Jeca bicara sambil bolak balik ke dapur membawakan air minum dan sendok yang lupa dia ambil tadi.

Jeca duduk di sebelah Yoza sengaja agar anak itu bisa menyiapkan nasi dan lauk untuk Kakak nya itu.

Jeima memakan makanannya sambil diam-diam memperhatikan interaksi kedua nya.

Di antara kakak tirinya yang lain sepertinya hanya Yoza yang sulit di sentuh oleh kedua nya apalagi Nirzam.

Mereka selalu saja salah tingkah bila langsung di hadapkan oleh Yoza, apalagi dengan suasana hati Yoza yang buruk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black Hole Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang