Part 2

337 22 1
                                    

Sekolah telah dibubarkan sejak 15 menit yang lalu. Kini Hinata sedang berjalan ke arah halte bus, biasanya ia menggunakan mobil nya untuk berangkat mengajar, namun mobilnya sedang dibengkel karena kemarin mobil nya mati. 

Hinata duduk disalah satu bangku yang ada di halte, ia mengeluarkan ponsel dan memainkannya untuk menghilangkan rasa bosan saat menunggu bus tiba.

Saat tengah asik memainkan ponselnya Hinata mendengar suara motor yang berhenti di depan halte. Saat ia mendongakkan kelapanya untuk melihat siapa sang pengendara, orang itu melepaskan helm full face nya dan ternyata itu adalah Naruto. Murid tampannya.

Naruto turun dari motornya lalu menghampiri Hinata.

"Sensei menunggu bus? Lebih baik ikut dengan ku, sebentar lagi hujan dan bus baru akan datang setengah jam lagi."

Mendengar tawaran itu tentu saja Hinata senang bukan main, kapan lagi ia bisa pulang bersama dengan Naruto, pikirnya.

"Mm, boleh saja. Tapi apa tidak merepotkan mu Naruto?" Tanya Hinata.

Naruto terkekeh, "Tentu tidak." 

Naruto melepaskan jaket yang ia kenakan lalu memberikannya pada Hinata. "Udara mulai dingin, Sensei pakai saja jaket ku agar tidak kedinginan." Naruto menyodorkan jaketnya kepada Hinata.

Hinata sontak menolak, "Tak apa Naruto, lagi pun kau yang menyetir kau lebih membutuhkannya dari pada aku. Sungguh aku tak apa." Sambil mendorong pelan tangan Naruto yang masih menyodorkan jaket ke aranya.

Naruto menghela nafas. Lalu tanpa meminta izin ia memasangkan jaket miliknya pada tubuh Hinata. Setelah itu ia langsung berjalan ke arah motor lalu mulai memakainya helm dan menaiki motornya.

"Ayo Sensei, sudah sangat mendung."

Lalu Hinata menghampiri Naruto dan mencoba naik ke motor lelaki itu, namun karena tubuhnya yang lumayan pendek ia jadi kesulitan saat harus menaiki motor Naruto yang besar itu.

Melihat guru cantiknya kesulitan, Naruto mengulurkan tangannya ke arah Hinata, bermaksud utuk membantunya naik ke atas motor miliknya. Setelahnya, Naruto menjalankan motornya dengan sedikit mengebut, sontak Hinata melingkarkan tangannya pada pinggang Naruto dan menyandarkan kepalanya pada bahu tegap milik sang murid.

'Memeluk Naruto sangat membuatku nyaman.' Batin Hinata.

Merasakan tangan Hinata yang melingkar erat pada pinggangnya membuat Naruto mengembangkan senyum bahagianya. 

'Astaga, jadi begini rasanya dipeluk Hinata sensei.'




.




Saat ini mereka sudah sampai di parkiran apartemen Hinata. Saat dijalan tadi mereka sempat terkena hujan, lumayan membuat mereka basah kuyup karena hujan yang turun deras.

"Naruto sebaiknya kau dirumah ku dulu sampai hujannya reda, aku takut jika terlalu terkena hujan kau akan sakit. Apalagi hujannya sangat deras, bahaya kalau kau nekat berkendara." Jujur Hinata sangat khawatir jika Naruto memaksa pulang dan juga ini adalah kesempatannya untuk bisa berlama-lama dengan Naruto. Mungkin mereka bisa saling menghangatkan diri dan juga dibumbui ciuman yang mengga- 'Oke hentikan pikiran mesum mu Hinata.'

Naruto tersenyum lalu mengangguk. "Baiklah."

Keduanya berjalan menuju lantai 3 apartemen, tempat Hinata tinggal.

.

Setelah menekan kata sandi apartemennya, Hinata mempersilahkan Naruto untuk masuk. Lalu dirinya berlalu ke kamar untuk mengambilkan handuk serta baju untuk Naruto kenakan. Selama Hinata dikamar, Naruto memperhatikan sekeliling apartemen Hinata. Tidak banyak perabotan disana, dan juga tidak terlalu luas tetapi cukup nyaman karena Hinata merawatnya dengan baik dan seluruh penjuru ruangan ini beraroma Lavender. Seperti aroma Hinata.

Hinata kembali menghampiri Naruto dengan membawa handuk dan pakaian ganti untuk Naruto kenakan.

"Naruto, ini handuk dan pakaian ganti untukmu. Maaf jika terlalu kecil karena hanya itu pakaian yang lumayan besar yang aku punya." Kata Hinata.

Naruto tersenyum, lalu mengangguk, "Tak apa, maaf jika aku merepotkan Sensei. Dan dimana kamar mandinya."

Hinata mengarahkan Naruto ke kamar mandi yang ada di bagian dapur, sedangkan ia menggunakan kamar mandinya yang ada dikamar.


Naruto sudah selesai dengan acara mandinya dan saat ia keluar ia melihat Hinata yang sedang ada di dapur dan terlihat sedang memasak sesuatu. Dengan perlahan Naruto menghampiri Hinata dan berdiri tepat dibelakang guru cantiknya itu, seraya melihat apa yang tengah dimasak olehnya.

"Sensei sedang membuat apa?" Tanya Naruto tepat disamping telinga Hinata dengan pelan.

Hinata yang sedang fokus itu menjadi terlonjak kaget karena mendengar suara orang yang berbicara tepat di telinga nya dan juga hembusan nafas Naruto menggelitik leher nya membuat ia merinding karena nya.

Hinata menoleh ke arah Naruto yang ada di dibelakangnya dengan wajah merengut. Padahal itu hanya untuk menutupi rasa gugup dan juga hawa panas yang terasa diwajahnya.

"Astaga Naruto, jangan mengagetkan ku! Ku pikir tadi hantu yang berbisik."

Naruto hanya terkekeh menanggapi omelan guru nya itu. "Hehe maaf Sensei." Naruto kembali Bertanya, "Apa yang sedang Sensei buat?"

Hinata kembali fokus pada masakannya, "Ramen. Sebentar lagi matang, kau tunggulah diruang tengah."

Menurut. Naruto lalu meninggalkan Hinata sendiri dan berjalan ke arah ruang tengah. Selagi menunggu Hinata selesai dengan ramen nya, Naruto menyalakan televisi untuk menghilangkan bosan.

Lima menit kemudian Hinata datang dengan dua mangkuk ramen di tangannya, lalu meletakkan di atas meja yang ada disana. Hinata kembali lagi ke dalam dapur dan keluar dengan teh hangat. Ramen dan teh hangat benar-benar cocok untuk cuaca yang sedang hujan dan menghangatkan tubuh mereka.

Hinata duduk disamping Naruto, lalu memberikan sumpit yang ia bawa tadi kepada Naruto, "Makanlah, maaf hanya ramen aku belum belanja kebutuhan dapur dan hanya ada ramen saja." Katanya, sembari menyuap ramen milik nya yang masih mengepul serta mengeluarkan aroma yang lezat.

"Terimakasih Sensei. Maaf aku merepotkan mu lagi." Naruto merasa tak enak karena merasa terlalu merepotkan guru cantik pujaan hati nya ini.

Hinata menggeleng, "Justru aku berterimakasih padamu sudah mau mengantarkan ku pulang, aku merasa berhutang budi, jadi aku tidak merasa direpotkan." Hinata tersenyum lalu kembali melanjutkan acara memakan ramen nya.

Kedua nya hening. Sama-sama fokus pada ramen mereka masing-masing.

Lima belas menit kemudian mereka sudah selesai makan. Naruto membantu Hinata membenahi bekas makan mereka. Setelah itu mereka kembali keruang tengah. 

"Bagaimana kalau kita menonton film? Ada film yang ingin ku tonton, walaupun bukan film yang baru tayang tapi aku belum pernah menontonnya. Bagaimana?" Usul Hinata karena ia bingung harus melakukan apa dengan Naruto. Tidak mungkin kan ia langsung mengajak Naruto ke dalam kamarnya dan melakukan hal panas dengan murid nya itu. Astaga.

Naruto mengangguk setuju, "Yah, ku rasa itu bukan ide buruk. 

Hinata mulai memutar film nya di telivisi dengan menyambungkan nya dari USB miliknya. Ia memilih film yang akan mereka tonton. Hinata mematikan lampu agar semakin menikmati film nya dan kembali duduk di samping Naruto. 

Mereka berdua sama-sama fokus pada film yang mereka tonton, tidak ada percakapan yang mereka lontarkan hingga hening menyelimuti mereka, hanya suara dari film saja yang meramaikan.

Disaat keheningan masih melingkupi mereka, tiba-tiba adegan dalam film berubah menjadi erotis. Dimana sang pemeran utama disana terlihat saling berciuman panas dengan desahan yang mengalun dari bibir keduanya, tangan pemeran lelaki juga tak hanya diam ia meraba tubuh sang wanita, meremas payudara dan juga bokong sang pemeran wanita sehingga menghasilkan desahan yang lebih erotis dan panas.








Tbc.

NAUGHTY TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang