Melihat dan mendengar adegan yang begitu erotis itu membuat Hinata menegang dengan wajah yang memerah dan jantung yang berdebar kencang. Hinata dengan kaku menoleh ke arah Naruto yang ada disebelahnya, dan bisa ia lihat wajah tegang Naruto serta telinga yang memerah. Sama seperti keadaannya.
Merasa diperhatikan, Naruto menolehkan kepala nya pada Hinata. Mereka berdua terdiam dengan saling memandang satu sama lain dengan penuh arti. Nafas Naruto memburu saat pandangannya jatuh pada bibir mungil Hinata, Naruto menelan ludah kasar. Desahan dari film yang mereka tonton dan juga hujan diluar, semakin membuat nafsunya membara.
Dengan perlahan Naruto mendekatkan wajahnya pada Hinata. Hinata yang melihat hal itu sontak memejamkan matanya. Diam-diam Hinata menanti karena ini adalah hal yang sangat ingin ia lakukan bersama Naruto. Kegiatan panas yang membakar birahi.
Melihat Hinata yang memejamkan matanya, Naruto menjadi makin berani. Diraih nya tengkuk Hinata dan langsung menyatukan bibir ranum sang pujaan hati dengan bibir sewarna madu miliknya. Naruto pun turut memejamkan mata dan mulai menyesap bibir manis sang guru.
Naruto melumat dengan pelan bibir Hinata, menciptakan ciuman yang memabukkan. Naruto semakin menekan tengkuk Hinata untuk memperdalam ciuman mereka.
Hinata mengalungkan lengannya pada leher Naruto. Ciuman yang diberikan Naruto sungguh membuatnya candu dan ingin terus bercumbu dengan murid tampannya itu.
.
Ciuman yang awalnya lembut kini berganti dengan ciuman panas yang membakar gairah, bahkan kini Hinata sudah duduk diatas pangkuan sang murid. Mereka saling melumat dan menyesap bibir masing-masing dengan sangat bernafsu.
Naruto melesakkan lidahnya ke dalam mulut Hinata dan mengobrak-abrik rongga mulut guru nya yang malam ini begitu menggairahkan. Naruto menyesap lidah Hinata dengan kuat hingga menghasilkan suara decapan yang sangat nyaring.
"Ahh."
Hinata mendesah saat merasakan payudara sintalnya diremas pelan oleh Naruto. Rasanya begitu nikmat padahal hanya diremas dengan pelan, bagaimana kalau diremas kuat dan puting tegangnya disesap oleh lidah panas Naruto.
'Astaga, aku sungguh menginginkan lebih!' Batin Hinata menjerit frustasi.
Mendengar desahan Hinata membuat Naruto tersadar dan segera melepaskan tautan bibir mereka. Naruto menatap Hinata dengan wajah panik dan memerah.
"Astaga Sensei, maafkan aku maafkan aku. A-aku tidak bermaksud melakukannya padamu, sungguh." Naruto benar-benar panik, ia takut di anggap mesum oleh guru cantiknya ini dan berakhir dibenci oleh nya.
'Astaga apa yang aku lakukan pada Hinata Sensei. Tapi, kalau boleh jujur ciuman tadi benar-benar terasa nikmat dan payudara nya sangat besar juga kenyal.' Batin Naruto.
Hinata masih mengatur nafasnya yang terengah karena ciuman mereka tadi. Setelah merasa lebih baik, ia menatap sang murid. Tangannya terangkat mengelus pipi bergurat milik muridnya, menatap tepat pada manik safir sang murid yang begitu menenangkan.
Hinata tersenyum, "Tak apa, aku juga menginginkan nya. Aku selalu menanti hal ini bersamamu." Aku Hinata.
"Naruto, aku sudah lama menyukai mu, sudah lama menaruh hati pada mu yang notabenenya adalah muridku sendiri. Mungkin bagimu ini terdengar gila, tetapi aku sungguh menyukaimu hanya kau yang dapat membuat perasaanku membuncah kau membuat aku benar-benar terpesona padamu. Aku sangat menyukai rambut pirang mu, aku menyukai iris safirmu, aku menyukai senyum dan tawamu. Aku menyukai semua yang ada pada dirimu, sampai aku berusaha dengan memberikan godaan padamu agar kau terpikat padaku, hanya kau yang bisa membuatku merasa sangat menginginkan mu. Menginginkan dirimu, menginginkan cinta mu, dan juga sentuhanmu. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya memelukmu, mencium mu, menyatu bersamamu, dan berbagi cairan cinta bersama. Naruto, hanya kau yang mampu membuat ku hampir gila seperti ini, kau yang membuatku membayangkan hal gila bersama muridku sendiri. Mungkin kau tidak merasakan hal yang sama padaku, mungkin setelah ini kau akan merasa jijik pada ku karena pengakuan ini, tapi tak apa aku akan menerimanya aku hanya ingin mengatakan betapa aku mencintai mu dan menginginkan dirimu, Naruto."
Setelah mengakui hal itu, Hinata langsung menunduk tak berani menatap wajah Naruto. Ia takut dengan respon Naruto yang mungkin saja akan memandangnya sebagai guru murahan yang dengan berani nya menggoda muridnya sendiri bahkan mungkin merasa jijik karena menjadi fantasi sang guru. Sungguh, Hinata sangat takut akan hal itu.
Sementara Naruto yang mendengar pengakuan dari sang guru hanya terdiam, otaknya masih mencerna semua yang terucap dari bibir guru cantiknya itu. Naruto melihat ke arah sang guru yang sedang menunduk, lalu tak lama senyum terbit dibelah bibir sewarna madu miliknya.
Dengan lembu Naruto menangkup kedua sisi wajah sang pujaan hati, membuat wajah cantik itu kembali bersitatap dengannya. Bisa ia lihat wajah takut dan gelisah dari wajah Hinata.
Naruto tersenyum sambil mengelus pipi gembil Hinata, "Sensei, terimakasih telah jujur padaku tentang perasaanmu. Yang perlu kau tau, aku pun juga telah jatuh pada pesonamu, aku telah menyukaimu sejak lama, sejak pertama kali kau mengajar dikelas ku saat itu aku langsung terpesona padamu dan ingin mendapatkan mu. Aku sangat mencintaimu dan aku juga sangat menginginkan dirimu, selama ini aku selalu berusaha mencari perhatian padamu agar aku bisa dekat denganmu. Sekali lagi aku katakan aku sangat mencintaimu Sensei, terlepas dari status kita aku tidak peduli karena aku hanya menginginkan dirimu dan aku merasa tidak ada yang salah dalam hal itu."
Naruto mendekatkan wajahnya pada Hinata dan mencium bibir Hinata dengan kecupan yang lembut namun dalam. Melepaskan tautan bibir mereka, Naruto kembali menatap pada Hinata. Menatap sang pujaan hati dengan lembut dan penuh cinta.
"Sensei, maukah kau menjadi kekasihku? walaupun aku ini muridmu dan lebih muda dibawah mu tapi aku pastikan aku tetap akan bisa membahagiakanmu, mewarnai hari mu dengan warna yang indah. Maukah kau menjadi kekasih ku, Sensei?" Naruto berucap dengan penuh keyakinan dan harapan.
Mendengar itu Hinata langsung memeluk Naruto dengan erat, air mata bahagianya jatuh dari mata amethyst nya, "Ya, aku mau Naruto. Aku mau menjadi kekasihmu." Dengan senyuman mengembang Hinata menerima Naruto.
Naruto membalas pelukan Hinata dengan erat dan mengecupi dengan sayang puncak kepala sang kekasih.
"Terimakasih. Terimakasih sudah menerimaku, Sensei."
Keduanya melepaskan pelukan mereka, iris amethyst dan safir itu saling menatap dalam. Saling memajukan wajah, tautan bibir pun kembali terjadi, saling melumat lembut menyalurkan rasa cinta yang mereka rasakan.
Baiklah sepertinya mereka tidak bisa diganggu, bahkan televisi yang masih menyangkan film yang mereka tonton pun sudah mereka abaikan sejak tadi.
Tbc.