Naruto berjalan menuruni tangga, ia melihat orangtuanya yang sedang menonton televisi diruang keluarga ia berjalan mendekat ke arah mereka berdua.
"Mah, Pah." Panggilnya.
Minato dan Kushina menoleh ke arah Naruto yang sedang berjalan ke arah mereka. "Ah kebetulan, Mamah dan Papah ingin membicarakan sesuatu dengan mu." Kata Kushina.
Naruto mendudukkan diri di sofa kosong yang ada disamping orangtuanya. Ia menatap penasaran pada orangtuanya, "Ingin membicarakan apa?" Tanya Naruto.
"Sebelumnya Mamah ingin bertanya, bagaimana tanggapanmu tentang Shion?" Tanya Kushina memandang putranya.
Kerutan di dahi Naruto terlihat, "Tidak ada yang special, mengapa Mamah bertanya begitu?" Sungguh ia merasa heran dengan Mamah nya yang bertanya mengenai Shion.
Kushina tersenyum, "Mamah dan Papah serta kedua orangtua Shion berencana menjodohkan kalian berdua, Mamah lihat kalian terlihat cocok. Shion terlihat anak yang baik juga manis, Shion juga berkata kalau dirinya menyukai mu." Jelas Kushina.
Naruto menatap kedua orangtuanya tak percaya, apa katanya? menjodohkannya dengan dengan Shion? hell no. Naruto tidak bisa membayangkan hal itu terjadi.
Ia memandang Minato dan Kushina dengan pandangan protes, "Aku tidak setuju, aku tidak mau dijodohkan dengan gadis itu dan aku tidak menyukainya." Naruto menghela nafas, "Aku memiliki seseorang yang aku cintai dan aku berencana mengenalkannya pada kalian."
Alis Kushina mengkerut, "Mengapa tidak pernah mengatakan pada kami kalau kau memiliki kekasih?" Tanya Kushina, ia pikir putranya itu tidak memiliki kekasih makanya ia berencana menjodohkan putranya itu dengan Shion.
"Aku menunggu waktu yang tepat, lagi pun aku baru menjalin hubungan dengannya dan sekarang aku berencana mengajaknya untuk bertemu dengan kalian. Aku yakin Mamah dan Papah akan menyukainya." Kata Naruto dengan penuh keyakinan.
Minato dan Kushina mengangguk paham, "Baiklah bawa gadis itu kesini, aku ingin melihat seperti apa dia." Putus Minato.
Naruto tersenyum senang pada orangtuanya, ia mengangguk. "Aku akan pergi menjemputnya sekarang." Naruto beranjak dan berlalu menuju pintu rumahnya, ia mengendarai mobilnya menuju apartemen kekasih nya itu.
Naruto sudah ada didepan apartemen Hinata, tangannya menekan bel menunggu sang pemilik apartemen membukakan pintu. Selang beberapa detik pintu apartemen terbuka, Naruto terpaku melihat kekasihnya yang malam ini terlihat sangat cantik dengan balutan dress selutut berwarna lavender, wajahnya yang memang cantik kini semakin cantik dengan polesan make up tipis.
Melihat Naruto yang hanya diam menatapnya membuat Hinata bingung, tangannya terangkat mengelus pipi bergurat milik kekasihnya itu. "Ada apa? Mengapa diam saja?" Tanya Hinata.
Naruto tersadar dari lamunannya, ia tersenyum ke arah kekasihnya itu matanya tak lepas dari wajah cantik Hinata, ia menggenggam tangan Hinata yang ada di pipinya memberikan kecupan ringan dipunggung tangan putih itu. "Mengapa malam ini sangat cantik, aku jadi ingin mengurung mu dikamar dan memelukmu sepanjang malam." Kata Naruto, matanya masih memuja wajah cantik Hinata.
Bibir Hinata menahan senyum, pipinya bersemu merah malu karena pujian kekasihnya itu. "Memang kita akan pergi kemana?" Tanya Hinata.
"Ke rumahku, aku ingin mengenalkan mu pada orangtua ku." Jawab Naruto.
Mata Hinata membola kaget, memandang tak percaya pada Naruto. "Apa? Mengapa tiba-tiba sekali? A-aku belum siap dan aku pun belum menyiapkan apa-apa." Hinata berucap panik, perasaan takut mulai menyerangnya. Ia takut orangtua Naruto tidak menerimanya, apa lagi jika mereka tau perbedaan umurnya dengan Naruto dan juga statusnya sebagai guru lelaki itu.