Part 4

367 18 0
                                    

Matahari bersinar melewat jendela kamar, menyorot dua insan yang masih menjelajahi alam mimpi dengan tubuh polos mereka.

Hinata mengerjapkan matanya merasakan sinar matahari yang menerpa wajahnya. Saat sedang mengumpulkan kesadarannya, Hinata merasakan ada lengan kekar yang melilit pinggang rampingnya dan juga melihat tubuh polosnya yang hanya terbalut selimut tebal miliknya.

Tak lama ia mengembangkan senyum nya dan wajahnya seketika itu juga merona, ia ingat semalam baru saja resmi menjadi sepasang kekasih dengan murid nya itu dan setelahnya mereka melanjutkan adegan panas mereka yang sempat tertunda.

Mengingat itu membuat Hinata semakin merona. 'Astaga, akhirnya aku merasakannya dengan Naruto.' Batinnya bahagia.

Lalu Hinata membalikkan badannya untuk menatap sang kekasih, ia membalas pelukan Naruto dan menatap wajah tampan kekasihnya itu. Mengelus pelan pipi dengan tanda lahir itu, ia begitu terpesona dengan ketampanan yang dimiliki Naruto. Ia masih tidak menyangka bahwa lelaki ini-muridnya sekarang telah menjadi kekasihnya.

Cup!

Hinata mengecup pelan bibir sang kekasih dengan lembut, lalu kembali memandangnya dengan tatapan cinta.

"Aku tau aku tampan sayang." Ucap Naruto dengan suara seraknya.

Mendengar itu Hinata terlonjak kaget, wajahnya merona lantaran malu tertangkap basah tengah memperhatikan wajah kekasih tampannya itu dan juga panggilan sayang dari Naruto.

Lalu Naruto membuka kelopak matanya dan memperlihatkan iris safir nya.

Naruto tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya pada Hinata dan mulai mengecup bibir mungil milik sang pujaan hati.

Naruto melumat bibir Hinata dengan pelan sebelum melepaskan tautan bibir mereka.

"Selamat pagi sayang." Katanya sambil memberikan senyuman manis.

Hinata pun balas tersenyum, "Pagi."

Naruto kembali mengeratkan pelukannya dan menelusupkan wajahnya pada perpotongan leher sang kekasih. Ia kembali memejamkan matanya.

Hinata yang melihat itu mengelus rambut pirang Naruto dengan lembut, "Bangun Naruto, kita harus sarapan."

"Hng, aku masih ingin memelukmu Sensei." Naruto malah makin menelusupkan wajahnya.

"Nanti kau bisa memelukku lagi setelah kita mandi dan sarapan."

Akhirnya dengan tidak rela Naruto melepaskan pelukannya, lalu duduk diatas ranjang diikuti oleh Hinata. Naruto memasang wajah cemberutnya.

"Tapi mandi bersama ya." Pintanya dengan manja.

Hinata terkekeh, menangkup pipi Naruto dan mengecup kilat bibirnya, "Baiklah, baiklah."

Mereka turun dari kasur dan berjalan masuk ke kamar mandi. Mereka mulai menggosok gigi, lalu setelahnya keduanya berjalan ke bawah shower dengan Naruto yang berdiri dibelakang Hinata.

Hinata menyalakan air shower dan seketika membasahi tubuh polos mereka. Naruto yang ada dibelakang Hinata memeluk Hinata dari belakang, wajahnya ditelusupkan pada perpotongan leher sang kekasih yang sudah banyak bercak merah akibat kegiatan mereka semalam.

Naruto mengecupi leher sang kekasih dan sedikit memberi lumatan serta gigitan yang membuat Hinata melenguh.

Tangan Naruto juga tak hanya diam, tangannya mulai bergerilya pada tubuh sang kekasih. Tangannya naik ke atas pada gundukan besar milik kekasihnya itu. Ia meremas salah satunya dengan pelan.

NAUGHTY TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang