Risk 17

486 68 20
                                    

Author's Note

Haii, aku pake author's note di awal krn tiba2 jebol notif. Gapapa. Ayo lagi, nanti kuupdate lebih sering. Wkwkwkw...

Just in case ada yg baru tau aku, halo nice to meet you! 🤗

Love at Risk bakal diupdate sampai tamat di WP ya.

Silakan follow juga IG-ku di nona.lada

Happy reading! ✨💕

***

Hari Sabtunya, Tara memandangi langit-langit kamar dengan galau. Posisinya tidak berubah sejak tadi. Tetapi otaknya terus terngiang-ngiang ucapan Hasya kemarin.

Aku suka kamu.

Tiga kata itu sukses bikin hati Tara huru-hara beberapa hari terakhir. Hasya memang tidak persis mengucapkannya tiga kata itu. Namun mengingat cara laki-laki itu menyebutkan nama panjangnya, Tara refleks mengerang.

Entah sejak kapan cara Hasya mengucapkan namanya kedengaran begitu spesial. Tara mendadak jadi salting sendiri. Dia menutup wajah dengan bantal dan tak bisa menahan badannya guling-guling di kasur. Jantungnya berdebar keras seperti remaja yang lagi jatuh cinta.

"Kok, lo bingung, sih? Bukannya ini yang lo mau, Ra?" Tara berbicara sendiri sambil menggigit bibir.

Kalau Hasya menjadi pacarnya berarti Tara hanya tinggal mengenalkan laki-laki itu kepada ibu dan keluarganya. Problem solved. Ibunya pasti bisa anteng. Hidup Tara aman dan nyaman.

Tetapi kenapa Tara malah gelisah?

Lantas, Tara menghela napas panjang. Matanya kembali memandangi langit-langit kamar.

"Jadi jomblo kesepian, begitu ada yang bilang 'suka' malah bingung," desah Tara stres.

Sejurus kemudian pintu kamar kosannya diketuk. Tara baru beranjak dari kasurnya ketika terdengar suara bapak kosannya.

"Mbak, diapelin, tuh!"

Otomatis Tara memekik. Secepat kilat, dia mengecek penampilannya di kaca.

Kalau weekend Tara memang tidak pakai makeup, tapi bibirnya selalu lembap berkat lipgloss. Toh, yang paling banter bertemu penghuni kosan doang. Rambutnya dicepol berantakan di atas kepalanya sementara tubuhnya dibalut daster kebangsaan.

"Sip!" Tara segera melesat keluar kamar usai memastikan penampilannya cukup oke untuk bertemu Hasya. Wajahnya semringah begitu melihat sosok laki-laki yang bikin huru-hara hidupnya sedang berbicara dengan bapak kosannya.

Iseng, Tara berjinjit dan menutup mata Hasya dari belakang laki-laki itu. Senyuman merekah lebar di bibirnya.

"Aku tau ini pasti kamu, Ra," kekeh Hasya.

Tara terkikik geli, lalu melepaskan tangan. Matanya berbinar ketika bertemu pandang dengan Hasya.

"Hai," sapa Tara semringah.

"Hei," balas Hasya seraya menyapukan jempol di pipi Tara. "Belum makan, kan?"

"Belum," geleng Tara cepat. Saking cepatnya lehernya sampai sakit. "Sengaja, nungguin kamu."

Hasya berdecak. "Kebiasaan! Tapi untung, deh. Soalnya, tadi aku belanja bahan-bahan dulu," ujarnya sembari mengangkat sebuah paper bag. "Kamu masih punya sayur-sayuran, kan? Mestinya agak lengkap, sih. Mengingat bekal yang kamu bikin bedanya cuma di telur ceplok atau dadar sama nugget."

"Itu effort!" protes Tara sambil senyam-senyum.

"Iyaaaa, dah!" desah Hasya pasrah. "Mau masak sekarang aja?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love at RiskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang