Senin. Adalah hari yang menyebalkan bagi sebagian orang. Ketika masih ingin berlama-lama menikmati weekend. Terutama bagi pelajar, khususnya pelajar SMA. Hari ini di saat pagi hari melaksanakan upacara bendera di terik panasnya matahari yang menyoroti seisi bumi.
Semua murid berkumpul dilapangan dengan tertib, mereka tengah melaksanakan upacara bendera. Tak jarang dari beberapa murid yang berbaris di paling belakang mengobrol, jongkok karena beralasan panas, ada juga yang makan diam-diam. Membuat sebagian murid malas untuk mengikutinya. Membosankan, pikir pendek mereka. Zalion sudah hapal karena saat SMP pun ia pernah melakukan itu semua, hanya saja hari ini, Zalion berbaris di tengah atau paling mentok di kedua dari paling depan. Ia tidak suka dilihat dan menjadi sorotan beberapa siswa perempuan melirik dirinya. Itu semua jelas karena Zalion menjadi bagian dari cowo populer di sekolah selain Agam.
Exell yang menyadari bahwa Zalion tidak menyukai menjadi pusat perhatian pun berdehem dan bertukar tempat dengan Zalion. Jadi, yang tadinya posisi Exell dibelakang Zalion, jadilah Zalion yang sekarang di belakang Exell. Walaupun masih ada beberapa yang meliriknya.
Kegiatan upacara berjalan dengan hikmat, semua peserta upacara telah membubarkan barisannya. Terkecuali murid yang tidak menaati peraturan sekolah.
Saat di dalam kelas telah berjalan setengah pelajaran, anggota dari beberapa osis memanggil Agam untuk rapat ke ruang guru, Agam pun pergi ke ruang guru.
Beberapa menit berlalu setelah dari ruang guru Agam lalu pergi kelasnya XI IPAS -1, bahwa Agam tadi dimintain oleh guru untuk jadi perwakilan sekolah baik bidang akademik dan non akademik, dan selalu saja mendapatkan juara bahkan mau di ikutkan lomba antar negara oleh salah satu guru di sekolah SMA ARCANTRA 1 tersebut.
Bel istirahat pun tiba. Tampak Zalion dan Exell berada di kantin tengah duduk dan memakan seporsi bakso. Exell dan Zalion sangat menikmati bakso tersebut sampai-sampai Exell meminta di teraktirkan bakso empat mangkok kepada Zalion.
"Kayak, gak makan dua tahun aja lu," ledek Zalion.
"Ya, laper, teraktir ya, Bro sekali-kali teraktir gua makan di kantin," jawab Exell.
"Sekali-kali, iya sekali-kali ya," gumam Zalion.
Exell pun tertawa, padahal sering sekali Zalion mentraktir Exell, Zalion pun mengiyakan omongan Exell, Exell pun segera beranjak dari kursinya untuk memesan bakso lagi. Setelah Exell selesai memesan dua mangkok baksonya ia pun segera kembali ke kursinya di sebelah Zalion. Tampak Zalion yang sudah selesai memakan seporsi baksonya itu.
"Widih, habis tu, gak nambah?" tanya Exell.
"Gua, kenyang anjir," jawab Zalion.
Pesanan bakso Exell pun sudah dibuat, yang jualan bakso pun mengantarkan dua mangkok bakso milik Exell, Zalion hanya menatap Exell seperti orang yang tidak makan dua tahun. Zalion hanya memakluminya saja.
Keluar dari kelas, perut Mara mulai terasa lapar, ia lantas ke kantin Mara bersama yang lainnya seperti biasa mencari kursi terlebih dahulu untuk duduk, setelah mendapatkan kursi. Mara memesan seporsi bakso komplet, lengkap dengan saus dan sambal.
"Lagi pengen makan yang pedes-pedes, sekali-kali gapapa kali, ya, entar kalo sakit perut palingan cuma nyeri doang," pikir Mara.
"Pedes, ya, itu?" tanya Agam pada Mara.
"Enggak, kok, ini gakpedes," jawab Mara.
"Sakit, nanti perut kamu Ra," gumam Agam.
"Gak, kok, aku udah biasa tenang aja," jawab Mara.
Mara pun mencicipi kuah bakso terlebih dahulu, setelah itu ia pun mulai menikmati semangkok bakso pedasnya. Karena Mara sangat menyukai makanan yang berbau pedas.
Setelah bakso tandas, perutnya terasa kenyang, sensasi makanan pedas ditemani es jeruk di siang bolong begini bagi Mara sangatlah menyenangkan. Setidaknya sesekali saja, kalau ia makan pedas terlalu banyak, nanti ia bisa-bisa harus masuk rumah sakit lagi, ia sebenarnya kuat memakan pedas tetapi lambungnya memang sangat rentan terhadap makanan pedas. Kakek dan Neneknya pun selalu mewanti-wanti agar cucu kesayangannya itu tetap menjaga makanannya ketika di luar. Jika terlanjur ingin, larangan Kakek dan Neneknya pun diterobos begitu saja.
Benar saja, belum sampai lima menit berlalu setelah ia makan, perut Mara kini terasa sakit dan nyeri-nyeri.
"Kamu, gapapa, sakit perutnya?" tanya Agam pada Mara.
"Ehehe, sedikit tapi gapapa kok," jawab Mara.
Agam pun menggenggam tangan Mara dan membawa ke UKS. Di dalam UKS tampak ada seorang guru perempuan bernama Buk Sarti penjaga UKS itu.
"Kenapa, Mara perut kamu sakit lagi?" tanya Buk Sarti .
"Ia, buk perutnya sakit," gumam Agam.
"Bentar ya, ibuk ngambil sesuatu ke tempat lain sebentar." Buk Sarti pun berjalan keluar dari UKS ke tempat lain, dan di dalam ruangan UKS hanya ada Agam dan Mara sekarang.
"Kan, udah aku bilang, kamu bandel sih," gumam Agam.
"aku cuma sakit sebentar doang kok," balas Mara.
Agam hanya menghela nafas, lalu ia mengelus-ngelus lembut rambut Mara yang panjang serta wangi. Saat tadi di kantin Hengky dan Ria membiarkan Agam untuk mengantar Mara ke UKS.
Tak lama kemudian Buk sarti pun datang dan ia menyuruh Mara meminum obat untuk lambungnya yang sakit. Bel sekolah pun berbunyi Agam dan Mara segera pamit ke Buk Sarti untuk pergi ke kelas.
Tampak Hengky dan Ria sudah berada di kelas, Mara dan Agam pun segera masuk dan duduk di kursinya masing-masing.
"Yaampun Ra, kamu kan udah di bilangin jangan makan pedas lagi, nanti kalo Kakek kamu tahu waduh gawat," bisik Ria.
"Ehehe, tenang aja kok, ini aku cuma sakit sebentar doang nanti juga hilang lagi sakit nya," jawab Mara
Ria pun menghela nafas, guru dari luar pun memasuki kelas XI IPAS-1. Beberapa menit berlalu Bel sekolah berbunyi, menanandakan waktu belajar telah usai. Mara segera merapihkan buku-buku yang berserakan di atas meja dan memasukannnya ke dalam tas sekolah, lalu ia ikut berhamburan keluar kelas bersama teman-temannya.
"Akhirnya hari yang sangat melelahkan ini berakhir juga," gumam Ria.
Terlihat suasana begitu gembira sama seperti hari-hari sebelumnya. Ria dan Mara pun ke parkiran karena Ria dan Mara di antar jemput dengan kekasihnya masing-masing. Selang beberapa menit Ria dan Mara menunggu Agam dan Hengky mengeluarkan motor dari parkiran, gerimis mulai terdengar, rintik-rintik hujan dengan perlahan mulai turun membasahi jalanan.
Beberapa saat kemudian mereka pun segera melaju menembus gerimis yang tiba-tiba saja hujan berubah menjadi tetes-tetes hujan yang cukup deras.
Tidak terasa menit-menit pun berlalu, akhirnya Mara pun tiba di rumah begitu pun Agam serta Hengky dan Ria. Setibanya di rumah, Mara segera membuka jas hujannya yang basah kuyup, lalu menuju rak sepatu yang terletak di garasi, melepaskan kaus kaki dan sepatunya dengan tergesa-gesa. Kemudian ia segera berlari menuju ke kamarnya.
"Kehujanan ya, Mara?"
"Iya, Nek."
"Segera ganti bajumu nak supaya tidak masuk angin, setelah itu kita makan ya, Nenek sudah membuatkan sup ayam kesukaanmu," gumam Nenek.
"Wah asik, tunggu ya Nek." jawab Mara sambil berlari menaiki anak tangga yang menuju ke kamarnya.
Mara langsung melesat menuju kamarnya yang berada di lantai atas, membuka pintu dan segera melangkah masuk ke dalam kamarnya. Ia langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja belajarnya, dan dengan tergesa-gesa membuka whatsapp, tetapi sesaat terdiam, ia pun tersenyum terbesit di wajahnya setelah membaca pesan di whatsapp.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARA
Teen Fictionmenceritakan tentang teragedi yang merubah cinta yang lama dengan orang baru karna itulah cinta sejati di temukan sampai selamanya. "Aku tak pernah bisa lupa dan berfikir dengan semua yang telah terjadi,rasa sesak didada mendesakku ingin menyerah, a...