bab 5🦋

21 6 0
                                    

Hari sabtu tiba
Hari ini adalah kegiatan eskul. musik gitar, semua siswa-siswi yang menikutinya sudah berada di kelas tersebut.

Miss Luna mulai mengajarkan kepada semua siswa-siswi itu.
Ia memperlihatkan lentikan jemarinya yang memainkan gitar, Miss Luna sudah bisa memainkan alat musik dari dia umur lima tahun hingga saat ini.

Sudah 10 menit berlalu satu persatu siswa-siswi itu maju kedepan memperlihat kan kelentikan jemari tangan mereka memainkan gitar, serta Zalion, Exell, Agam, Hengky.
kini giliran Mara yang maju kedepan untuk memperlihatkan lentik jemarinya memainkan gitar, ketika Mara mulai memainkan gitar dengan lantunan melodi yang tenang dengan penuh ke anggunan. Tampak semuanya terpesona dengan alunan nada musik yang Mara mainkan, mata Agam dan Zalion hanya fokus kepada Mara Mata nya penuh berbinar-binar.

Menunjukan pukul jam empat sore. sesi eskul musik gitar pun selesai, semua pun keluar dari kelas musik tersebut.

Mara di hampiri oleh Zalion dan juga Agam yang menawarinya untuk pulang bareng.

"Maaf, yah, aku udah di jemput." Mara yang merujuk pada sebuah mobil Rolls Royce, lalu Mara pun pulang karna sudah di jemput. Zalion dan Agam hanya saling menatap tajam tak berbiacara sekalipun.

Malam harinya
Tampak Mara yang sedang memasak membantu Nenek dan mbo sumi di dapur.
"Mbo, ini nasi goreng nya sudah jadi, mbo bawa ini ke meja makan biar sayur capcai ala thailand Mara yang lanjutin," gumam Mara kepada mbo sumi.

Mbo sumi pun langsung mengambil piring yang di penuhi oleh nasi goreng buatan Mara.

Saat Mara lagi mengaduk-ngadukkan sayur di kuali.

"pintarnya cucuku sudah besar yah." ujar Nenek kepada Mara yang masih mengaduk-ngaduk sayur di kuali, Mara hanya tersenyum kepada sang Nenek.

Tiga menit berlalu sayur pun sudah jadi dua makanan sudah siap untuk di santap. Mara, Kakek, Nenek, mbo Sumi serta mang Jaja makan bersama pada malam hari.
Mang Jaja adalah supir sekaligus tukang kebun di rumah Mara sedangkan mbo sumi adalah pembantu sejak Mara masih kecil biar Nenek dan Kakek tidak repot mengurus Mara.

Setelah selesai makan Mara selalu ingin mencuci piring tetapi dari dulu mbo sumi tidak memperbolehkannya karena itu tugas mbo sumi.
Mara pun di suruh Kakek untuk langsung ke kamar saja, Mara pun menuruti apa yang disuruh Kakek.

Mara duduk di meja belajar ia mulai membuka buku-buku untuk mempelajarinya karena minggu besok sudah ujian kenaikan kelas. untuk nilai Mara selalu mendapatkan nilai yang bagus ia selalu berprestasi Kakek dan Nenek sangat bangga kepadanya, jika saja ayah dan ibu Mara masih ada pasti sama halnya dengan bangganya Kakek dan Nenek kepada Mara.

Saat dia lagi membaca pelajaran. tiba-tiba ada pesan masuk di whatsapp ponselnya nya ia pun segera mengeceknya, ternyata Agam memberikan pesan semangat belajar pada Mara dan Mara pun sebaliknya di chat.

"Makasih Gam."

"Sama-sama😊."

"Kamu juga yang
semangat belajarnya🤗."

" iyah yaudah lanjutin
lanjutin belajarnya🤗."

"Okayy🤗."

Chattan itu pun hanya singkat.
Mendapat pesan itu Mara mulai tersenyum-senyum sebenarnya saat chattan dengan Agam, Agam pun sama sebenarnya ia senyum-senyum gajelas seperti orang gila saat melihat pesan dari Mara.

Mara pun melanjutkan belajarnya sampai ia tertidur saat lagi belajar.

Saat Mara terbangun ia melihat di sekelilingnya adalah tempat yang belum Mara pernah kunjungi, pemandangan yang indah membuat Mara terdiam saat dia lagi terpaku ada sosok wanita dan pria yang berdiri memanggilnya. Tampak dua sosok itu tersenyum sambil mengulurkan tangan nya mengajak Mara kepadanya. Mata Mara di banjiri oleh air matanya saat dia melihat dua sosok itu.

"Sini nak." dua sosok itu memberikan pelukan kepada Mara.
Mara pun segera balik memeluk mereka.

" kamu tumbuh jadi anak yang tambah cantik Mara." ucap sosok pria itu sambil mengelus kepala dan pipi Mara, Mara yang di penuhi air mata.

"Kami sangat menyangimu selamanya." ujar wanita yang memeluk Mara, tak lama kemudian mereka pun menghilang menjadi serpihan kilauan bintang.

"Ibuk, ayah!" teriak Mara dari tidurnya ternyata ia hanya mimpi. Saat terbangun terlihat keringat dingin di wajahnya, ia pun langsung beranjak dari tidurnya karena sudah menunjukan jam enam tiga puluh Mara pun segera menyiapkan baju nya lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Mara adalah anak yang terbiasa bangun pagi. Saat Mara selesai dari kamar mandi suara Nenek memanggilnya untuk turun makan.

Mara pun turun dan makan bersama Nenek dan Kakeknya.

"Mbo sumi kemana Nek?" tanya Mara pada Neneknya.

"Lagi ke pasar di antar si Jaja," jawab Kakek Mara.

"Ouh," gumam Mara pelan.

"Kamu gak kemana-manakan Mara," celetuk Kakek pada Mara. Mara pun menjawab tidak karna ia ingin belajar seharian untuk ujian kenaikan kelas.

Setelah makan selesai, Mara pun mencuci piring bekas Kakek, Nenek dan dirinya.
Lalu ia bertanya kepada Kakeknya tentang ayah dan ibu. Kakeknya pun menjawab dengan pelan kepada Mara.

"Mereka gak akan pernah bisa kembali ke kita kah Kek?" tanya Mara dengan matanya yang di
penuhi air mata.

Air mata Mara mulai jatuh membasahi pipinya lalu ia beranjak dari kursi lalu pergi meninggalkan Kakek ke kamar yang belum sempat menjawab mendengar ucapannya.

Di dalam Kamar, Mara menangis mengingat ayah dan ibunya yang ternyata dua sosok itu adalah ibu dan ayah Mara di dalam mimpi.

Gak mungkin bisa kembali, bahkan kalau boleh Mara ingin dunia di putar ke masa lalu saat dimana dia ayah dan ibunya bersama sebelum kecelakaan yang menimpa kedua orang tuannya.

Mara segera mengelap air matanya lalu melanjutkan belajar di meja belajarnya.

Sudah berjam-jam Mara belajar di kamarnya untuk ujian tetapi tak melihat lelah Mara, tak di hiraukan lagi jika Mara memang anak yang rajin dan berbakat. Selain itu Mara juga sangat suka membaca novel, ia sering membeli buku novel di gramedia.

Sore hari pun tiba Mara ingin membeli es doger gerobak buatan mba Tuti yang berjualan juga di dekat taman perumahan selain di kantin sekolah, biasanya sore hari sampai malam mba Tuti berjualannya.

Mara pun ke taman dengan sepeda motornya. Tampak Agam pun sedang membeli es doger juga diasana.
Mara pun segera menghampiri mba Tuti dan menyapa Agam.

"Eh neng, mau beli berapa es dogernya?" tanya mba Tuti pada Mara.

"Beli lima es dogernya di bungkus yah mba Tuti," jawab Mara pada mba Tuti.

"Siap neng Mara." mba Tuti pun telah selesai membungkus es doger punya Agam selanjutnya ia mulai membuat lima es dogernya buat Mara.

Agam dan Mara berbincang sedikit, Agam dan Mara mempunyai grub chat dengan Hengky dan juga Ria. Isi chat di grub itu seperti keluarga ruang-ruang percakapan yang penuh dengan hiburan dan rencana-rencana jalan-jalan bersama.

Selepas berbincang es doger milik Mara pun selesai lalu ia pun pulang.

"Gam aku pulang duluan yah, sampai ketemu di sekolah saat ujian." Mara sembari menaiki motornya lalu melambaykan tangan.

MARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang