bab 15🦋

10 5 0
                                        

Hari ini sekolah SMA ARCANTRA 1 di liburkan, karena ada rapat guru jadi siswa-siswi tidak masuk sekolah.

Pukul jam tujuh pagi. Saat Mara memandangi suasana pagi yang cerah di jendela serta suara kicauan burung yang beterbangan, tiba-tiba matanya menoleh ke arah ponselnya yang berdering berada di atas laci meja. Mara pun segera mengambil ponselnya dan ternyata itu panggilan telepon dari Agam.

"Selamat pagi my princess, gimana tidurnya nyenyak nggak?"

"Selamat pagi juga my prince hehe, lumayan nyenyak kok."

"Kamu, udah makan belum?"

"Belum, hehe, emang kamu udah?"

"Aku, ke rumah kamu, ya, Ra, mumpung libur sekolah hehe, aku mau otw inih."

"Kamu, mau ngapain, Gam."

"Mau ngajak kamu jalan-jalan."

"Oke-oke, kamu ke sini aja, aku udah siap kok."

"Ya, udah aku otw dulu, ya bye sayang."

"Bye ."

"Muach."

Panggilan itu di tutup oleh sebuah ciuman seorang Agam kepada Mara di telepon bukankah sangat lucu.

Tidak lama kemudian mobil hitam beserta pengemudinya berhenti di depan rumah Mara. Ternyata itu ialah Agam, Agam pun segera keluar dari mobil, tidak berlama-lama Mara dan Agam pun pamitan dengan Kakek dan Nenek Mara.

Sejam mereka di perjalanan Mara tidak tahu akan menuju ke mana bersama Agam. Perjalanan itu di kelilingi pohon di setiap sisi kanan-kiri, dengan jalanan aspal yang mulus ditambah angin yang berhembus dan sejuk membuat mereka merasakan nyaman.

"Ehm ... kita mau kemana?" tanya Mara yang duduk di sebelah Agam.

"Ada deh rahasia," jawab Agam yang lagi menyetir mobil.

Beberapa menit berlalu ternyata tempat yang mereka kunjungi adalah pantai, Agam meyakinkan Mara untuk tetap tenang dan menggenggam tangan Mara. Mara yang duduk di sebelah Agam matanya terbeliak. Jelas gadis itu terkejut sampai tidak bisa berkata-kata melihat lautan di depan matanya, air matanya mulai jatuh membasahi pipi. Agam seberusaha mungkin untuk menenangkan Mara.

"aku, yakin, Ra, kamu pasti bisa melawan trauma, kamu."

Mara menggigit bibirnya perih karena kembali teringat akan trauma lautan yang menghilangkan kedua orang tuanya itu, yang tadinya bersemangat untuk jalan-jalan tetapi kini hanya ekspresi wajahnya yang berbicara.

"Justru dengan cara ini aku yakin kamu bisa melawan trauma kamu, disaat terpuruk ketika kamu butuh tempat untuk berbagi aku akan selalu ada, kamu percaya sama aku."

Agam mengusap pipi Mara yang basah, Berat sekali untuk Mara keluar dan melihat lautan secara berhadap-hadapan. setelah Agam berusaha meyakinkan Mara, mereka pun turun dari mobil dan berjalan keluar ke area pantai dengan bergandengan tangan.

Bola mata Mara melirik kesana-kemari melihat di setiap sisi pantai. Dan depannya adalah lautan, kakinya terasa berat untuk berjalan.

Mereka berjalan perlahan ke pasir pantai dan berhenti di tepi pantai seakan-akan deburan ombak yang terus berjalan di lautan menyaksikan mereka berdua.

Mara menarik nafas dengan tidak beraturan, mereka berdua mengenggam tangan dan berpelukan serta memejamkan mata.

"Kamu, jangan takut, Ra, aku ada disini buat kamu buat bantu menghilangkan trauma, kamu."

Agam seakan tidak pernah lelah untuk berusaha membuat Mara menghilangkan traumanya dan melupakan kejadian yang sungguh membuat Mara hancur, dengan kenyamanan dan ketulusan hati yang diberikan oleh Agam. Mara merasakan sudah lebih baik untuk sekarang.

Hingga akhirnya Mara merasa berdamai dengan traumanya, itu membuat Agam merasa sangat senang dan lega. Mereka pun mencoba bermain air di pantai, tidak lama bermain air mereka berjalan di sepanjang pasir pantai bergandengan tangan sambil mengobrol.

Suasana pantai terasa begitu menyenangkan, mereka menikmati suasana pantai ini. Terlihat beberapa pengunjung yang melakukan beragam kegiatan di sini. Jalan-jalan santai, mengobrol, bermain air, berenang, bermain pasir, bermain ski air, semua larut dengan kesenangan masing-masing.

"Aku, tau sebenarnya kamu suka lautan, aku senang kamu udah lebih tenang dan berdamai," ujar Agam.

"Aku, nggak bisa berkata apapun selain terima lkasih, aku bersyukur kamu ada di kehidupan aku," ujar Mara.

"Tadinya begitu berat untuk aku, tapi kini aku merasakan kedamaian dan tersenyum lagi saat melihat laut, dan pantai cukup menyenangkan," ujar Mara lagi pada Agam.

Mereka menjeda kembali perjalanan sejenak karena Agam sungguh-sungguh mencuri waktu untuk memeluk erat-erat kekasihnya. Mara pun merasa nyaman saja dalam pelukan Agam seperti ini. Tidak lama, mereka pun melanjutkan jalan-jalan keliling pantai dan bergandengan kembali.

"Sejak aku trauma, aku hanya lebih sering melihat suasana pantai dari media sosial saja, atau dari film gitu, menurutku pantai itu romantis, apalagi kalo ke pantai bersama orang yang dia cintai," gumam Mara.

Agam mendengarkan cerita Mara saksama sambil menarik simpul bibirnya ke atas. Agam selalu suka saat melihat Mara bercerita, entah soal apa pun itu.

"Menurut aku juga pantai itu romantis," respon Agam.

"Ini akan menjadi peristiwa bahagia lagi untuk kita," ujar Agam.

Semuanya hanya akan ada senyuman kehangatan di antara mereka, suasana mereka begitu hangat. Sepasang kekasih yang selalu diliputi cinta yang berlebih dan berharap setelah momen bersama di pantai kebersamaan mereka menjadi kenangan terindah lagi untuk selamanya.

Agak lelah berjalan, Agam mengajak Mara duduk-duduk santai di pinggir pantai. Yang agak jauh dari area airnya, sambil mereka berdua menikamati es kelapa muda yang wadahnya masih berupa buah kelapa asli. Mereka terus berbincang sambil menatap sekeliling pantai yang masih dipenuhi orang-orang.

"Sayang, kamu mau main air lagi di sana nggak?" tanya Agam sambil menunjuk ke area air di pantai.

"Nggak ah, lagi pula kita ke sini juga nggak bawa baju ganti," jawab Mara.

"Okelah, lain kali waktu aku ajak ke sini lagi, kita bawa baju ganti, ya."

Mara mengangguk

"Hmm, aku ada ide lain kalo main air takut basah kalo main pasir gimana, gapapa kan?"

"Kita main di sana, kita bisa buat istana pasir yang bagus, ayo!" lelaki itu langsung menggandeng kekasihnya dan mengajak ke area pesir pantai.

Benar saja sesuai katanya, Agam benar-benar mengajak Mara membangun istana pasir, dengan meminjam peralatan yang berada di sana, seperti anak kecil saja. Ini kedua kalinya bagi Mara bermain pasir pantai sampai membuat istana pasir begini.

Sedangkan untuk Agam, mungkin ia memang sudah sering melakukan ini. tetapi ternyata Agam tidak begitu mahir, baru saja di bentuk sudah langsung roboh tidak terbentuk. Ini justru sukses mengundang tawa di antara mereka.

Cukup lama mereka berkutat dengan pasir pantai, hingga akhirnya sebuah istana pasir yang terbentuk bisa terlihat juga.

Agam mengajak Mara mengambil foto bersama istana pasir mereka. Tidak terasa mereka membangun istana hampir petang, kebersamaan mereka berlanjut dengan menyaksikan indahnya matahari tenggelam bersama. Mara bahkan sempat mengabadikan potret sunset pertamanya di pantai bersama sang kekasih dengan ponselnya. Kencan di pantai ini di tutup dengan kecupan lembut Agam di kening Mara setelah matahari benar-benar terbenam.

MARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang