[NCT Wish Lokal ]
Keseharian tiga orang bujang lapuk dengan satu bocah SMK yang kepalang baik dan polos dalam merawat dua balita aktif.
"Abang Abang liat Jee bawa apa!"-Jaehee
"Bukannya bawa cimol, malah bawa benih-benih anak tuyul!"-Yushi
"BUJUBUSE...
Riku bergidik ngeri melihat tatapan Jaehee yang tak biasa. Sedari sadar remaja itu hanya diam dengan sorot mata yang menyiratkan kemarahan. Biasanya sambutan berupa kalimat 'Ada yang sakit?' selalu remaja itu lontarkan saat Riku terbangun.
"Yon Jee kenapa?" tanya Riku pada Sion yang langsung mengundang helaan nafas dari yang paling tua. Beruntung masih ada Sion yang bisa diajak bicara.
"Lo ga ngerasa punya salah sama kita semua, Rik?" tanya Sion pada Riku. Dengan wajah polos yang Riku tampilkan kepalanya malah menggeleng tanda bahwa dia tak berbuat kesalahan apapun.
"Enteng banget tu kepala ngangguk. Kek pajangan depan mobil." celetuk Jaehee yang membuat nyali Riku ciut.
"Bilang bisa kontrol sendiri. Tiap kali ditanya ada yang sakit jawabannya aman. Ditanya apa kata dokter jawabannya bagus. Bagus apanya? Bagus bikin kita semua panik?! Kontrol ga pernah hadir, tiap libur kerjaannya tidur. Katanya mau jagain Iyo sama Uya sampe besar, jaga diri sendiri aja masih perlu bantuan." ucap Jaehee.
Riku melirik kearah Sion. Pandangan mereka saling bertemu dengan pancaran yang berbeda. Sorot mata Sion seakan berkata 'mampus kena amuk'. Riku bergidik ngeri saat melihat tatapan mata Jaehee.
"Bang serius deh, gue bisa kok ambil izin. Nanti gue ngomong sama guru buat nemenin jadwal cuci darah Lo. Kasian bang Iyo sama Uya sedih tadi liat Lo kek Zombie sekarat." Riku tersentak saat dengar kata terakhir yang Jaehee ucapkan. Seburuk itukah dirinya tadi???
"Jalani cuci darah lo lagi. Gue masih nyari orang yang mau jadi pendonor. Jangan makin parah! Inget Lo punya anak sekarang." ucap Sion yang semakin membuat Riku menunduk bersalah.
Benar, sekarang Riku punya Iyo. Tanggung jawabnya, walaupun dia tahu Sion dan yang lain pasti dengan suka rela menggantikan perannya jika terjadi sesuatu. Tapi cara Sion dan Riku itu berbeda ... Riku takut posisinya sebagai ayah yang hebat bagi Iyo di geser oleh Sion.
"Gue mau sembuh. Gue ga mau posisi gue direbut sama Lo yon." ucap Riku yang mengundang tawa Sion.
"Elah. Posisinya tuh yang pertama mama Jeje, papa Cion, Yayah Yiku baru Ushi. Terima aja. Posisi Lo yang ketiga, Rik." jawab Sion disela-sela tawanya.
"Yaaaa ga mau tau pokoknya gue mau yang ke dua. Titik!"
"Dihh ngga yaa, Lo yang ke tiga. Mau Lo manjain tu bocah, tetep posisi Lo yang ke tiga." ucap Sion yang langsung mendapat lemparan bantal dari Riku.
"Diem ga Lo. Atau gue lempar pake tiang infus nih!"
"Kagak mau HAHAHA."
"Malu gue malu." Jaehee keluar lebih dulu dari ruang rawat Riku.
"Jeje!"
Baru selangkah kakinya melangkah dari depan pintu rawat Riku. Suara cempreng yang tak asing ditelinga terdengar. Mata Jaehee membulat sempurna saat mendapati dua balita gemasnya dirumah sakit dengan Yushi dibelakang mereka.
"Kalian ngapain kesini, duh!" panik Jaehee.
"Ayokk pulang. Ga bagus lama-lama disini. Bang kok di bawa kesini?" Jaehee menggendong uya yang posisinya lebih dekat.
"Mawu ayah, Jee ... " pinta Iyo yang kini menatap Jaehee dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jejee mawu Yayah!" sambung Uya.
"Ayah kalian bentar lagi pulang. Ga baik anak kecil di rumah sakit. Kita tunggu di mobil aja yaa." pinta Jaehee pada kedua balita dihadapannya. Bibir mungil itu terlihat menarik kurva kebawah.
"Nanti yaa, ayah kalian nakal. Harus di hukum."
"Tapi ayah cakit, Jee."
"Kagak, ayah kalian akting jadi zombie tadi." timpal Yushi yang dibalas anggukan oleh Jaehee. Dikarenakan Jaehee dan Iyo Uya sudah seperti anak bebek dan induknya. Jika Jaehee sudah berkata iya maka akan dengan mudah kedua balita itu percaya.
"Tapi dia aman kan Jee?" tanya Yushi memastikan. Dirinya hendak masuk keruang rawat Riku.
"Tu bujang lapuk ga rutin cuci darah. Jadi ngedrop. Omelin gih." ucap Jaehee sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Yushi sendiri didepan pintu ruang rawat Riku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Iyo sedari tadi terus memandang keluar kaca mobil. Jemari mungilnya terus mengetuk-ngetuk kaca tanda bosan menunggu sosok Riku yang belum terlihat datang.
"Jee Ayah lamaaaaaa."
"Cabal Yoo." jawab Uya yang sedari tadi duduk nyaman di pangkuan Jaehee dengan mulut yang terus saja mengunyah Roti. Beruntung Yushi membawa beberapa roti dan kue dari cafe Riku tadi sebelum mereka berangkat.
"Tuh Ayah. Inget ya hukum ayah. Oke anak-anak?" tunjuk Jaehee pada Riku yang berjalan di bantu Sion dan Yushi.
"Ottee!!"
Pintu mobil terbuka. Jaehee membantu satu persatu balita itu untuk turun. Senyum merekah dapat Jaehee lihat diwajah Riku saat melihat betapa antusiasnya para balita yang berlari kearah mereka. Namun tak lama senyum cerah itu berganti dengan wajah masam.
"Papaaa lamaaaa, iyoo tungguu taukk!"
"Ushii puyangg, yaa ngantukk."
Kedua balita itu seakan-akan tak menganggap keberan Riku yang ada ditengah Yushi dan Sion. Sesekali Riku berpura-pura batuk mencoba menarik perhatian kedua balita itu. Namun hanya lirikan sekilas yang dia dapatkan.
"Ayah cakit? Cepet sembuh ayah. Paa mawu Puyang."
"Ushii, mawu bobo cama Ushii yaa." ucap Uya yang kini nyaman digendongan Yushi.
Riku iri? Tentu saja! Biasanya dirinya selalu disambut dengan ceria oleh kedua balita ini. Apalagi jiga dirinya membawa pulang mainan atau makanan kedua balita itu akan terus menempel padanya, bahkan sampai meminta untuk tidur bersama.
"Iyo udah capek?" anggukan pelan Iyo berikan. Sejujurnya Sion masih ingat jika dia perlu ke kantor polisi untuk mengurus pelanggaran yang Jaehee lakukan tadi siang. Melihat sosok mungil yang dalam gendongannya telah menunjukan tanda-tanda lelah, sebaiknya Sion kesampingkan dulu Masalah itu. Biar nanti besok dia meminta maaf, lagi pun polisinya berkata jika urusannya telah selesai kan?
"Iyo ga mau di pangku ayah?" tak tahan dengan rasa irinya. Riku mengesampingkan gengsi.
"Uh? Yoo mawu papaaa."
"Uya gamau sama Yayah?"
"Yayah nakal, ya ndak mayah!" ucap Uya.
"Mampus Lo di cuekin bocil." Riku rasanya ingin menusukan suntikan bius pada Yushi. Wajah serta ucapan pedasnya selalu berhasil memancing emosi.
"Mampus!" ulang Iyo.
"Ehh iyoo bandel ya. Siapa yang ngajarin kek gitu?" tanya Riku pada Iyo yang masih betah berada di gendongan Sion.
"Ayah!" jawab Iyo.
"Ayah juga bandel." lanjut balita bermata bulat itu yang langsung membuat Riku terdiam. Sementara Jaehee sedaribtadi hanya menonton. Menyaksikan wajah masam Riku dari kejauhan.
"Bagus anak-anak. Lanjutkan." puji Jaehee yang ditujukan pada Iyo dan Uya.
Aku ga update tengah malem lagi kan??
B
tw ff ini udah 4 bulan pas di tanggal 28 ... Kok belum end ya ...