Rai masuk kedalam rumah dengan wajah cerahnya, ia yakin senyum di bibirnya tidak bisa luntur dalam waktu cepat. dia yakin Claudia tidak akan kecewa karna tidak merevisi promosi yang Rai sarankan, karna ternyata promosinya begitu menarik minat para kolega penting itu.
juga Rai tidak sabar memberi tahu Mega walau sebenarnya Mega jarang sekali tertarik membahas pekerjaan Rai, namun pasti dia senang dengan keberhasilan Rai.Rai melihat Jinan dan Brisata yang sedang duduk di ruang tamu sedang menonton televisi dengan serius, sudah tidak kaget jika kedua wanita itu akan sampai lebih cepat, lalu Rai melihat Claudia yang sedang memotong-motong beberapa bahan sayuran di meja bar, sambil menonton chafe yang sedang share sebuah resep, ekspresinya tidak kalah serius dengan Brisata dan Jinan,
sejak pulang Rai merasa seisi rumah tidak perduli dengan kehadirannya.
"mih, Mega di mana?"
Claudia yang mendengar suara Rai menghentikan aktifitasnya seketika, ia mematikan ponselnya yang sedang memutar resep, lalu Claudia melihat ke arah pintu utama "mami kira Mega pulang bareng kamu"
Rai mengerutkan alisnya bingung, Rai meraih ponselnya yang berada di saku, membuka semua aplikasi chating tapi tidak ada satu pesan pun dari Mega.
"udah kamu mending mandi, Mega pasti sebentar lagi pulang, mamih udah denger kalo kamu sukses di meting hari ini jadi mami lagi nyiapin makanan sepesial. kamu pergi ke market depan nanti ya untuk beli minuman" titah Claudia, Rai yang merasa gagal memberikan kejutan tetap tersenyum dengan kebahagiaan dan rasa bangga yang begitu kental tercetak di wajah Claudia.sebelum beranjak kekamar untuk mandi, Rai menyempatkan mengecup pipi Claudia yang masih begitu kencang dan mulus tanpa kerutan walau umurnya tidak bisa di bilang muda.
setelah mandi Rai benar-benar langsung keluar untuk membeli minuman yang dipesan Claudia, belum lagi Brisata dan Jinan yang sepertinya menganggap malam ini adalah pesta, memang Rai sedang senang dengan keberhasilannya dan kehadiran Brisata juga Jinan sangat mendukung kebahagiaannya. mereka seperti mengerti apa yang mereka harus laukan.
Rai masuk ke market dan langsung memilih beberapa botol soju juga beberapa kaleng Bir, bahkan Rai membeli bir botol untuk menambah suasana malam ini, saat di meja kasir Rai melihat jajaran rokok, sepertinya dia akan membeli rokok, sudah lama ia jadi jarang merokok, malam ini ia akan merokok bersama Brisata yang sepertinya hanya merokok jika Rai merokok.
Rai ingin keluar, sambil memasukan kembalian kedalam dompetnya ia berhenti saat ingin membuka pintu, matanya menyorot kedepan tepat di tepi jalan. Rai memilih menepi, dari meja yang di sediakan minimarket dia duduk disana, mungkin sesaat.
----
Mega keluar dari mobil Fedri dengan buru-buru, ini sudah malam dan cuaca akan semakin dingin, walau ia dan Gemi menggunakan baju hangat, namun tetap saja ada hal lain yang seperti memenuhi pikirannya.
"Mega aku minta maaf" Ucap Fedri setelah mengeluarkan Troli bayi Gemi,
Mega tidak menjawab, ia menaruh Gemi kedalam troli dan menyelimuti Gemi, sorot mata marah menyelimuti Mega. "udah berapa kali aku bilang aku gak mau ke pameran, liat sekarang aku dan Gemi pulang kemaleman"
Fedri mendekat kearah Mega, ia menyangkup pipi mega dengan kedua telapak tangannya "aku minta maaf, aku janji hal ini ga akan terulang"Mega menatap malas pada Fedri ia berusaha menyingkirkan tangan Fedri, namun tangan Fedri begitu kuat menempel di pipinya walau itu tetap bisa di bilang penuh kelembutan. Fedri mencuri kecupan pada kening Mega.
dengan refleks Mega mendorong tubuh Fedri, namun sepertinya tenaganya tidak cukup kuat karna Fedri hanya mundur sedikit. "JANGAN PERNAH LAKUIN ITU KE GUE, KARNA GUE GA NGIZININ LO, UDAH DI KASIH HATI MINTA JANTUNG YA LO"
dengan capet Mega beranjak pergi meninggalkan Fedri, melihat kemarahan Mega, Fedri malah tersenyum merasa memang Mega yang seperti itu lah yang membuatnya jatuh hati sejak dulu.
*****
Mega masuk kerumah dan terkejut saat suasana begiru meriah dan Ramai, padahal hanya ada tiga orang.
"wahh" ujar Mega pelan manun semua mata kini tertuju padanya
"aaaa Gemi nya aunty.." heboh Brisata yang kini berlari kecil kearah Mega yang mahih berdiri di depan pintu.
saat Gemi sudah di gendongan Brisata, Mega mendorong troler bayinya kesudut, meletakkannya disana, ia pun membuka sepatu dan bergabung dengan Brisata dan Jinan, sedangkan Claudia masih sibuk menonton Chafe kesayangannya yang tidak henti membagikan resep. Mega yang melihat Claudia begitu fokus jadi tersenyum.
"hari ini Rai berhasil loh dapetin saham dari beberapa prusahaan besar" umum Brisata, Mega makin tersenyum mendengar informasi dari Brisata.
"Rai udah pulang ka?"
"udah, lagi disiruh beli minuman sama Mamih, jadi aku minta izin sama kamu buat bikin si Rai itu mabuk ya malam ini" bujuk Brisata, Mega sempat memberikan ekspresi berpikir sebelum akhirnya mengangguk. senum Mega kembali melebar.
pintu utama terbuka, menunjukan Rai yang membawa dua kantong belanjaan di tangannya, ia membuka sendal dengan menundukan kepala, berjalan pelan dan meletakan belanjaan di meja bar, Rai langsung duduk lalu mengambil sekaleng bir dari plastik, membukanya dan segera meminumnya.
Mega yang melihat itu menghampiri Rai, ekspresi Rai saat ini tidak pernah Mega tau. saat sudah sampai di samping Rai mega menarik plstik belanjaan dan mengeluarkan isinya satu persatu, satu plastik penuh dengan minuman, bahkan ini terlalu banyak untuk mereka, Rai, Claudia, Brisata dan Jinan tentunya, Mega tidak termasuk.
Mega menyusun botol dan kaleng di sudut meja bar, lalu mengembil satu plasti lainnya yang berisikan cemilan dan minuman jus serta beberapa freshfood yang sudah di panaskan. Mega tersenyum, beberapa dari belanjaan ini adalah minuman juga cemilan kesukaannya.
Mega memijat sebelah lengan Rai, "ini jus kaleng sama cemilan sehat kesukaan aku" bisik Mega di telinga Rai "selamat atas keberhasilan kamu juga, aku bangga sama kamu" lanjut Mega masih berbisik lalu mengecup singkat pipi Rai.
Rai memalingkan wajahnya menghadap Mega, lalu melempar senyumnya kearah Mega, Mega ikut tersenym lalu membawa cemilan yang di beli Rai ketempat mereka berkumpul, Claudia yang melihat anak-anaknya sudah berkumpul semua mengambil alih Gemi untuk di tidurkan di kamarnya, meninggalkan anak-anaknya yang harus merayakan seberhasilan Rai malam ini.
"selamat ya adik akuuuu" dengan Gemas Brisata mencium pipi Rai, saat Rai baru saja duduk disampingnya. membuat Rai menggeser posisinya menjauh.
Mega dan Jinan sudah tertawa melihat Rai yang menjauhi Brisata.
"sebentar, aku ambil minuman buat kita" ucap Jinan yang langsung diangguki oleh Brisata.
Brisata dan Jinan pun menuju kedapur, Brisata menyiapkan gelas sedangkan Jinan menyiapkan minuman.
Rai yang baru saja di tinggalkan Brisata dan Jinan mengeluarkan sebungkus rokok dari kantog celana, Mega memperhatikan itu mengerutkan alisnya.
"udah lama kamu ga merokok" ucap Mega, masih dengan senyum walau perasaanya sedikit kecewa
"hem aku tadi beli ini sambil mikir udah lama aku ga ngerokok bareng Bri, dia kan hanya merokok jika aku merokok, kayanya dia lagi banyak pikiran, jadi aku beli rokok"
"kamu tau dari mana kakak banyak pikiran?" ucap Mega tidak yakin karna kini dia sedang melihat kearah Brisata yang sedang menjahili Jinan sambil tertawa cekikikan
Rai mengikuti arah pandang Mega, lalu mengalihkan pandangannya ke bungkusan rokok yang di pegangnya "entah" sahut Rai dengan suara rendah, namun Mega masih bisa medengarnya.
disisi lain Brisata tatap menjinjitkan kaki agar Jinan tetap tidak bisa meraih gelas yang akan di gabungkan dengan yang lainnya "kamu bisa ga, ga bercanda dulu"
Brisata menyerah, masih dengan cekikikan dia memberikan gelas itu pada Jinan. "kamu ngeliat ga sih sejak pulang dari market Rai agak aneh" ucap Jinan dengan suara rendah sampai ia yakin suaranya tidak akan sampai ke tempat Rai berada.
"itu tatapan cemburu seorang Clay Benji, mamih dan aku selalu mengeluarkan ekspresi seperti itu saat cemburu"
Jinan menarik nafas perlahan dan menghembuskannya "Sekar chat aku, katanya mereka ketemu di market, Sekar juga lagi sama cowo itu"
"hem, pantesan" jawab Brisata, wanita itu kini menatap Rai dengan tatapan sendu "ayok bawa minumannya, kita bikin dia mabuk aja"
Jinan dan Brisata menyusun minuman, membuka bir dan Soju kedalam tiga gelas dan meminum gelas mereka masing-masing bersamaan, Rai memunculkan senyumnya saat Brisata dan Jinan bertingkah konyol, Rai menyalakan sebatang rokok, di ikuti dengan Brisata yang mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya dan menerima api dari Rai yang di julurkan ke ujung rokok yang sudah terselip di bibir Brisata.
flashbcakRai ingin keluar, sambil memasukan kembalian kedalam dompetnya ia berhenti saat ingin membuka pintu, matanya menyorot kedepan tepat di tepi jalan. Rai memilih menepi, dari meja yang di sediakan minimarket dia duduk disana.
Rai terus menatapi Mega yang di antar oleh lelaki, Rai memang tidak mengenal Fedri secara langsung namun dari beberapa foto saja Rai bisa tau, bahwa yang berdiri di hadapan Mega sekarang adalah ayah kandung Gemi.
Rai membuka sebotol Soju, dia meminumya seperti orang kehausan, entah kenapa hatinya merasakan sedih dan tidak nyaman, bahkan Rai hanya bisa menatap datar kedepan sana, metanya memandang sayu, siapapun yang melihat kondisi Rai tidak akan ada yang menyangka jika hati wanita itu sedang terluka.Rai mengepal tangan dan menelan ludah saat melihat kening Mega di kecup, Mega tidak bereaksi banyak, dari jauh terlihat mereka berdua seperti pasangan atau mungkin memang benar mereka pasangan?
Rai meneguk sisa Soju yang ada di botol, bahkan dia hampir tersedah, dengan cepat Rai bangkit dari kursi, dia sedikit terhuyung, mungkin karna tubuhnya kaget menerima alkohol dengan kondisi perut kosong.
untung ada seseorang yang menahannya, Rai langsung membalik badan untuk mengucapkan terimakasih, namun mulutnya kelu saat ia melihat sosok di hadapanya memandang dengan wajah tanpa ekspresi, namun teduh.
cukup lama mereka saling pandang dan menyelami mata masing-masing, cukup lama juga Sekar tidak melepaskan tangannya dari pinggang Rai, mata mereka seoalah mengungkapkan kerinduan namun wajah mereka datar.
"ehem" dehaman suara bassis menyadarkan mereka berdua, Rai dengan segara berdiri dengan tegap, Ia tersenyum lalu mengucapkan terimakasih kearah Sekar, bahkan Rai sempat melirik ke tangan laki-laki itu yang mulai merangkul pinggang Sekar.
"sudah belanjanya, aku sudah dari kamar mandi juga"
"hem" Sekar berdeham dengan suara bergetar, suara itu seperti enggan keluar atau dia akan meluap.
Rai mengambil belanjaannya lalu sedikit menundukan kepalanya untuk salam, kemudian dia berlalu meninggalkan Market dengan langkah cepat.
---
Rai kembali menerima Gelas yang di serahkan Brisata, kejadian malam itu seperti sesuatu yang akan meledakkannya detik ini juga, hatinya tiba-tiba saja merasa perih dan sakit saat melihat Mega dengan lelaki lain bahkan sampai di kecup, dan Sekar datang seperti membawa cuka lalu menyiramnya pada luka yang masih baru saja menganga.
tidak ada obat apapun, luka ini sangat sakit
kembali Rai mengambil gelas yang entah sudah keberapa, sudah ada enam botol soju kosong di atas meja dan tiga botol bir y ang juga sudah kosong, Rai kembali membuka botol Soju dan menyerahkannya kepada Brisata, Mega menyaksikan itu segera menahan botol yang berada di tangan Rai, menyaksikan ketiganya sudah sangat mabuk bahkan Rai lebih mabuk lagi karna di antara Jinan dan Brisata Rai lah yang tidak memiliki Jeda untuk menegus setiap gelas.
"Rai, udah ya, mata kamu udah merah banget" dengan perlahan Mega mengambil botol dari tangan Rai, namun gagal saat Rai dengan cepat meneguk langsung dari botolnya, Brisata dan Jinan yang melihat itu tertawa keras lalu mereka berdua merebahkan diri, mungkin dalam beberapa detik kedepan mereka berdua akan tertidur.
melihat Rai yang masih duduk tegap namun tidak bisa menutupi jika dirinya sudah mabuk membuat Mega menggelengkan kepala, Mega memilih merapihkan Meja yang sudah tidak berbentuk, piring kotor sudah terdapat sampah di atasnya, botol-botol kosong di tata kembali oleh Mega agar tidak berserak, Mega juga memasuk-masukan sampah dan puntung rokok kedalam plastik, mengelap minuman yang berceceran di atas meja.
Mega melirik Rai, ia sedang menatap rokoknya yang sedang menyala dengan tatapan kosong, mata Rai sudah sangat merah bahkan matanya terlihat basah sekarang, Mega menghampiri Rai saat air mata benar terjun dari klopak mata Rai membasahi pipi Rai yang sudah memerah.
"udah matiin rokoknya, udahan minumnya, kita masuk ke kamar yu sayang" ucap Mega dengan lembut, mendenar isak tangis Rai yang terdengar pilu.
tiba-tiba Brisata bangun dari rebahnya, dengan mata menyorot sama memerahnya dengan mata Rai, "Baru ketemu Sekar sama cowo itu aja kamu udah nangis kaya gini?" sentak Brisata, namun Rai makin terisak, seakan dadanya sangat sesak.
Mega yang mendengar ucapan dari Brisata terpaku, Rai bertemu dengan Sekar?
Mega tersenyum, pantas saja jika sejak tadi Rai terlihat berbeda, bahkan Rai terlihat sangat terluka. Mega menengadahkan kepala menatap langit-langit rumah untuk menghidari air matanya terjatuh, karna kini air terasa begitu banyak menggenang di klopak matanya.
Mega segara bangkit dan berjalan cepat kekamar, meninggalkan ketiga wanita yang sudah mabuk itu, tidak perduli lagi jika ketiganya melanjutkan pesta mereka, malam sudah sangat larut namun Mega memilih untuk bergegas kekamar mandi, memilih membasuh tubuhnya, mungkin bisa menghilangkan rasa panas yang entah dari tubuhnya atau hatinya.
dibawah guyuran shower, Mega tau dia akan melepaskan tangisnya.
GEMINIONS

KAMU SEDANG MEMBACA
Geminions (END)
Fiksi RemajaGxG. Semua berawal dari pernikahan terpaksa. Pernikahan kontrak, bahkan perceraian yang sudah diatur waktunya. Namun semua berubah, Raigemi begitu mampu memikatku. Apa aku akan berhasil mempertahankan pernikahan pura-pura ini menjadi nyata? -Megan-