Bab 3

41 4 0
                                    

Hari keberangkatan ke Hogwarts akhirnya tiba. Amelia berdiri di depan Stasiun King's Cross, memegang erat burung hantunya, Luna, yang ada di dalam kandang. Dan kucing miliknya Asther ada dikandang satunya. Ibunya berada di sebelahnya,

"Aku harus segera pergi untuk pekerjaan yang menumpuk, Jaga dirimu, sayang. Dan ingat, kau lebih kuat dari yang kau kira," Eleanor berkata lembut, memeluk Amelia sebelum ia melangkah ke mobilnya.

Eleanor menjalankan Mobilnya meninggalkan Amelia yang akan mendorong trolinya yang tertumpuk barangnya. Sebelum dia melihat ada mobil berhenti di dekatnya.

Mobil itu mengeluarkan Harry dan ada paman kasar yang menjatuhkan koper Harry di atas troli dan mendorongnya ke dalam stasiun.

Amelia tersentak dan pergi menyusul, mengikuti dari belakang. Mencoba menjaga jarak.

"Nah, ini dia, Nak. Peron sembilan-peron sepuluh. Peronmu seharusnya di antaranya, tetapi rupanya belum dibangun, ya?"

Amelia yang mengikuti mendadak menghentikan langkahnya, mendengarkan bagaimana Pria tua itu bicara dengan nada mengejek.

Paman kasar itu benar, tentu saja. Ada angka sembilan plastik besar di atas satu peron dan angka sepuluh plastik besar di peron berikutnya, dan di antaranya sama sekali tak ada apa-apa. "Semoga senang di sekolah," kata Paman kasar itu dengan seringai yang lebih menyebalkan.

Dia pergi tanpa berkata apa apa lagi, namun dia melewati Amelia yang menatapnya intens. Seketika paman tersandung kakinya sendiri lalu agak mengaduh, terlihat takut pada Amelia, namun dengan cepat melanjutkan jalannya yang agak tergesa-gesa.

Sedangkan Amelia tersenyum tipis, dia merapal kutukan ringan non verba. Itu cukup ampuh.

Harry menoleh dan melihat mobil keluarga Dursley meluncur meninggalkan stasiun. Mereka bertiga tertawa-tawa.

Sampai dia melihat Amelia yang tersenyum padanya,"Hai Harry! Kau sudah sampai duluan ya? Lebih Cepat daripada aku."

Harry balas tersenyum,"Ya Pamanku mengantarku tadi, dia agak terburu-buru karena ada keperluan dengan Anak mereka."

Amelia mengangguk-angguk kepala, namun seketika dia menyadari bahwa Orang-orang mulai memandang mereka dengan aneh.

Harry menghentikan petugas yang lewat, tetapi tak berani menyebut peron sembilan tiga perempat. Si petugas belum pernah mendengar tentang Hogwarts dan ketika Harry bahkan tak bisa mengatakan di bagian mana Inggris sekolah ini berada, dia mulai jengkel, seakan Harry sengaja berlagak bloon.

Semakin putus asa, Harry menanyakan kereta yang akan berangkat pukul sebelas, tetapi kata si petugas tak ada. Akhirnya si petugas pergi, mengomel soal orang yang suka buang-buang waktu.

Amelia hanya mengikuti dalam diam, karena dirinya juga tak tahu menahu mengenai peron yang mereka cari.

Saat itu serombongan orang lewat di belakangnya dan tertangkap olehnya beberapa kata yang diucapkan. "... penuh Muggle, tentu saja..." Harry dan Amelia langsung membalik. Yang bersuara seorang wanita gemuk, bicara kepada empat anak laki-laki, semua dengan rambut merah manyala.

Masing-masing mendorong koper seperti milik Harry dan Amelia di depan mereka-dan mereka punya burung hantu. Dengan jantung berdegup keras Harry mengajak Amelia dan mendorong trolinya mengikuti mereka.

Mereka berhenti, dia dan Amelia ikut berhenti, cukup dekat untuk mendengar apa yang mereka katakan. "Peron berapa?" tanya ibu anak-anak itu. "Sembilan tiga perempat!" terdengar suara nyaring anak perempuan, juga berambut merah, yang menggandeng tangannya. "Mum, apakah aku tidak boleh..."

"Kau belum cukup umur, Ginny sekarang diam dulu. Baiklah, Percy, kau duluan yang masuk." Anak yang kelihatannya paling tua berjalan menuju peron sembilan dan sepuluh. Harry mengawasi, bertahan tidak berkedip, takut kalau-kalau ada sesuatu yang tidak dilihatnya-tetapi pas ketika anak itu tiba di pembatas antara peron, serombongan besar turis lewat di depannya dan ketika ransel terakhir sudah menyingkir, si anak sudah lenyap. "Fred, kau berikutnya," si wanita gemuk berkata.

ForecastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang