Toko terakhir ini sempit dan kumuh. Huruf-huruf emas yang sudah mengelupas di atas pintunya berbunyi, Ollivanders: Pembuat Tongkat Sihir Bagus Sejak 382 SM.
Sebatang tongkat tergeletak di atas bantal ungu kusam di etalase berdebu. Denting bel berbunyi di kedalaman toko ketika mereka melangkah masuk.
Tempat itu kecil sekali, kosong, hanya ada satu kursi tinggi kurus. Hagrid duduk menunggu di kursi itu.
Amelia Tatapannya terfokuskan menjelajahi rak rak berisi kotak kotak panjang tongkat sihir itu. Mengagumi betapa banyaknya mereka.
"Selamat sore," terdengar suara lembut.
Harry melonjak. Hagrid pastilah melonjak juga, sebab terdengar bunyi derit keras dan dia cepat-cepat bangkit dari kursi kurusnya. Sedangkan Amelia hampir menjerit.
Seorang laki-laki tua berdiri di hadapan mereka. Matanya yang lebar dan pucat, bercahaya bagai bulan di dalam toko yang suram itu. "Halo," kata Harry salah tingkah. "Ah ya," kata laki-laki itu. "Ya, ya. Sudah kuduga aku akan segera bertemu kau, Harry Potter," katanya yakin.
"Matamu mirip mata ibumu. Rasanya baru kemarin dia di sini, membeli tongkat pertamanya. Dua puluh lima setengah senti, mendesir jika digerakkan, terbuat dari dahan dedalu. Tongkat bagus untuk menyihir." Mr Ollivander mendekati Harry.
"Ayahmu, sebaliknya, lebih suka tongkat mahogani. Dua puluh tujuh setengah senti. Lentur. Sakti dan cocok sekali untuk transfigurasi. Yah, tadi kubilang ayahmu lebih suka tongkat itu—sebetulnya tongkatnyalah yang memilih si penyihir tentu saja."
Mr Ollivander sudah dekat sekali, sehingga hidungnya dan hidung Harry nyaris bersentuhan. Harry bisa melihat bayangan dirinya di dalam mata berkabut itu.
"Dan ini rupanya..." Mr Ollivander menyentuh belas luka berbentuk kilat menyambar di dahi Harry dengan jarinya yang putih panjang.
"Aku minta maaf karena aku yang menjual tongkat yang menyebabkan luka ini," katanya lembut.
"Tiga puluh tiga setengah senti. Kayu cemara. Sakti, sangat sakti dan jatuh ke tangan yang salah... Yah, kalau saja aku tahu apa yang akan dilakukan tongkat itu di luar...."
Dia menggelengkan kepala dan kemudian, betapa leganya Harry, Mr Ollivander melihat Hagrid. "Rubeus! Rubeus Hagrid! Senang sekali bertemu kau lagi... Ek, empat puluh senti, agak bengkok, kan?"
"Betul, Sir. Ya," kata Hagrid. "Tongkat bagus. Tapi kuduga mereka mematahkannya jadi dua waktu kau dikeluarkan?" kata Mr Ollivander, mendadak galak.
"Er, ya, betul," kata Hagrid, kakinya bergerak-gerak gelisah. "Tapi saya masih simpan potongannya," dia menambahkan dengan riang.
Tatapan Mr Olivander sendiri mengarah ke Amelia," Ibumu Eleanor ya? Tongkatnya mengagumkan, menggunakan batang dari pohon willow, inti serat bintang dan dua puluh tujuh senti. Tongkat itu sangat kuat dalam mantra perlindungan."
Amelia terkejut," anda tahu tongkat mama saya?"
"Tentu... Dan aku cukup yakin bahwa tongkatmu akan mirip dengannya." Amelia hanya mengerutkan kening mendengar jawaban Mr Olivander.
"Hmmm," kata Mr Ollivander, menatap tajam Hagrid. "Nah, Mr Potter. Coba kita lihat." Dia menarik keluar meteran panjang dengan tanda-tanda perak dari dalam kantongnya.
"Tangan mana tangan pemegang tongkatmu?" "Er—tangan kanan," kata Harry. "Julurkan tanganmu. Bagus." Dia mengukur Harry dari bahu ke jari, kemudian pergelangan tangan ke siku, bahu ke lantai, lulut ke ketiak, dan sekeliling kepalanya.
Sementara mengukur, dia berkata, "Semua tongkat Ollivander punya intisari kegaiban, Mr Potter. Kami menggunakan rambut unicorn, bulu ekor burung phoenix, dan nadi jantung naga. Tak ada dua tongkat Ollivander yang sama. Seperti halnya tak ada dua unicorn, naga atau phoenix yang persis sama. Dan tentu saja kau tak akan mendapatkan hasil baik dengan tongkat penyihir lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forecast
Fantasy-Bagaimanan jika Harry kalah saat pertempuran akhir melawan Voldemort? ... Amelia Brighton. Seorang penyihir berdarah campuran. Gadis cantik dengan rambut pirang pudar. Hampir menyerempet ke putih. Kedatangannya ke Hogwarts membuatnya membuka suatu...