Harry mengendus dan bau busuk menusuk hidungnya, campuran antara kaus kaki bau dan toilet umum yang tak pernah dibersihkan.Dan kemudian mereka mendengarnya—geram rendah dan entakan kaki raksasa.
"Teman teman..."
Amelia menunjuk ke ujung koridor di sebelah kiri, sesuatu yang besar sekali sedang bergerak ke arah mereka. Mereka surut ke dalam bayang-bayang dan mengawasi makhluk itu melangkah dalam sorotan cahaya bulan. Sungguh pemandangan yang mengerikan.Tiga setengah meter tingginya, kulitnya abu-abu kusam, tubuhnya mirip gumpalan batu besar, dengan kepalanya yang kecil bertengger di atasnya seperti sebutir kelapa.
Kakinya pendek dan gemuk, sebesar batang pohon, dengan telapak kaki rata dan bertanduk. Baunya bukan main busuknya.
Dia memegang pentung besar yang terseret di lantai karena lengannya panjang sekali. Troll itu berhenti di depan pintu dan melongok ke dalamnya. Dia menggoyangkan telinganya yang panjang, mencoba berpikir dengan otaknya yang kecil, kemudian berjalan masuk lambatlambat.
"Kuncinya ada di situ," Harry bergumam.
"Kita bisa menguncinya di dalam."Sambung Amelia.
"Ide bagus," kata Ron gugup.
Mereka berjingkat menuju pintu yang terbuka, mulut mereka kering, seraya berdoa agar si troll tidak keluar dari pintu itu. Dengan satu lompatan panjang, Harry berhasil meraih kunci, menggabrukkan pintu, dan menguncinya.
"Yes!" Dengan wajah kemerahan berkat keberhasilan mereka, mereka berlari ke arah berlawanan. Tetapi saat tiba di sudut, mereka mendengar sesuatu yang membuat jantung mereka berhenti berdetak—jeritan ngeri melengking—dan datangnya dari ruang yang baru saja mereka kunci.
"Kita melupakan sesuatu?" Kata Amelia dengan mata saling tatap dengan mereka berdua.
"Oh, tidak," kata Ron yang jadi sepucat Baron Berdarah.
"Toilet anak perempuan!" Harry terperanjat.
"Hermione!" mereka berseru bersama. Mereka sama sekali tak ingin melakukannya, tetapi tak punya pilihan lain. Mereka berputar dan berlari kembali ke pintu dan memutar kuncinya, agak susah karena keduanya panik dan gemetar—Harry menarik pintu hingga terbuka—dan mereka berlari ke dalam.
Hermione Granger merapat ke dinding di seberang mereka, kelihatannya nyaris pingsan. Si troll bergerak ke arahnya, wastafel-wastafel yang ditabraknya rontok ke lantai. "Buat dia bingung!"
kata Harry putus asa kepada Ron dan Amelia, seraya menyambar keran yang lalu dilemparkannya sekuat tenaga ke dinding. Si troll berhenti kira-kira satu meter dari Hermione.
Dia berbalik lamban, mengejap dengan bodoh, untuk melihat apa yang membuat suara tadi. Mata kecilnya yang kejam menatap Harry. Dia ragu-ragu, kemudian berbalik menuju Harry, mengangkat pentungnya sambil berjalan.
"Expulso!" teriak Amelia dengan tongkat mengacung mengarah ke Troll besar itu, sebuah dorongan energi sihir mengalir deras menuju Troll itu. Si troll seolah tidak merasakan apa pun ketika daya sihir itu menghantam bahunya
"Oh Ayolah!" Amelia berseru kecewa.
Sedangkan Ron di sisi Lain ruangan melempari Troll dengan pipa,"HEI SINI MONSTER JELEK!"
Troll yang tak menaruh perhatian pada Amelia,
dia mendengar teriakan Ron dan berhenti lagi, menolehkan moncongnya yang jelek ke arah Ron, memberi Harry kesempatan untuk menghindar."Ayo, lari, lari!" Harry berteriak kepada Hermione, berusaha menariknya ke arah pintu, tetapi Hermione tidak bisa bergerak. Dia masih menempel rapat ke dinding, mulutnya ternganga saking takutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forecast
Fantasy-Bagaimanan jika Harry kalah saat pertempuran akhir melawan Voldemort? ... Amelia Brighton. Seorang penyihir berdarah campuran. Gadis cantik dengan rambut pirang pudar. Hampir menyerempet ke putih. Kedatangannya ke Hogwarts membuatnya membuka suatu...