Amelia dan Harry berjalan beriringan menuju kelas mereka, tak ada kata yang keluar dari mereka berdua. Namun tatapan mata semua murid terasa intens hingga seperti akan melubangi mereka berdua."Aku merasa seperti seorang aktris, apa aku main film saja yah saat lulus dari Hogwarts?" Amelia berkata sambil tersenyum, menyapa tiap anak yang dilewatinya.
Berbeda dengan Harry yang malah gugup, dia tak pernah merasakan perhatian dari banyak orang,"Entahlah ku pikir kau bisa jika mencoba."
Harry berjalan pergi, sedangkan Amelia berhenti saat sampai di depan sebuah air mancur.
Amelia sudah mengingat semuanya.
Ada seratus empat puluh dua tangga di Hogwarts: ada yang lebar, landai, sempit, berkeriat-keriut, tangga yang menuju tempat berbeda setiap hari Jumat, beberapa lagi dengan satu anak tangga yang hilang di tengahnya, sehingga kau harus ingat untuk melompat.
Kemudian ada lagi pintu-pintu yang tidak mau membuka kalau kau tidak memintanya dengan sopan, atau menggelitiknya pada tempat yang benar, dan pintu-pintu yang sebenarnya bukan pintu, melainkan dinding tebal yang cuma pura-pura jadi pintu.
Kalau kelasmu sudah ketemu, kau masih harus menghadapi berbagai mata pelajaran sihir. Ternyata sihir jauh lebih rumit, daripada sekadar melambaikan tongkat sihirmu dan mengucapkan katakata aneh.
Mereka harus mempelajari langit malam lewat teleskop mereka pada tengah malam dan mempelajari nama berbagai bintang dan pergerakan planet-planet.
Tiga kali dalam seminggu mereka mengunjungi rumah-rumah kaca di belakang kastil untuk mempelajari Herbologi-ilmu tanaman obat-di bawah asuhan wanita penyihir gemuk-pendek bernama Profesor Sprout.
Di tempat itu mereka belajar bagaimana merawat semua tanaman dan jamur-jamur aneh dan apa kegunaannya. Jelas yang paling membosankan adalah Sejarah Sihir, satusatunya pelajaran yang pengajarnya adalah hantu.
Profesor Binns memang sudah tua sekali ketika dia tertidur di depan perapian di ruang guru dan bangun keesokan paginya untuk mengajar, dengan meninggalkan tubuhnya. Binns mengoceh terus dengan amat membosankan sementara mereka mencatat nama dan tanggal-tanggal dan bingung sendiri sehingga tertukartukar antara Emeric si Jahat dan Uric si Aneh.
Profesor Flitwick, guru Jimat dan Guna-guna adalah penyihir kecil mungil yang harus berdiri di atas setumpuk buku agar bisa menatap melewati mejanya.
Pelajaran pertama mereka di kelas Transfigurasi dengan Profesor McGonagall
Profesor langsung memperingatkan muridmuridnya begitu mereka duduk untuk mengikuti pelajarannya yang pertama.
"Transfigurasi adalah salah satu ilmu sihir yang paling rumit dan paling berbahaya yang akan kalian pelajari di Hogwarts," katanya.
"Siapa pun yang mengacau di kelas akan dikeluarkan dan tidak boleh ikut lagi. Kalian sudah diperingatkan." Kemudian dia mengubah mejanya menjadi babi dan menjadi meja lagi. Anak-anak semua sangat kagum dan tak sabar ingin memulai, tetapi segera menyadari bahwa masih lama lagi sebelum mereka bisa mengubah perabot menjadi binatang.
"Aku ingin mengubah kasurku jadi beruang besar dengan bulu lebat, pasti akan sangat hangat dan lembut." Ucap Amelia. Pandangannya ke atas, membayangkan jika hal itu benar terjadi.
"Yah dan kau akan belajar keesokan harinya bukan sebagai manusia." Ron menimpali karena mendengar ide tak masuk akal Amelia.
Sesudah membuat banyak catatan yang rumit, masing-masing diberi sebatang korek api dan mulai mencoba mengubahnya menjadi jarum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forecast
Fantasy-Bagaimanan jika Harry kalah saat pertempuran akhir melawan Voldemort? ... Amelia Brighton. Seorang penyihir berdarah campuran. Gadis cantik dengan rambut pirang pudar. Hampir menyerempet ke putih. Kedatangannya ke Hogwarts membuatnya membuka suatu...