"Habis dari mana lo?" tanya Jay dengan sinis.
Juna yang di tanya tidak menjawab pertanyaan Jay, dengan langkah pasti Juna melangkahkan kakinya untuk menuruni anak tanga mengacuhkan Jay yang kemungkinan habis dari dapur.
Di jam lima subuh Juna memutuskan untuk pulang karena hari ini Juna aknn masuk sekolah dan beraktivitas biasa. Sudah cukup untuk Juna menenangkan dirinya walaupun yang di maksud tenang itu belum ada.
"Udah berani ngeberontak ya lo!" tukas Jay saat Juna mengacuhkannya. Lagi-lagi Juna tidak membantah apa yang di katakan Jay kepadanya.
Jay berdecak kesal, dalam hatinya ia akan mengadukan hal ini kepada Dylan. Karena apa yang ada di pikiran Jay, Juna baru pulang yang entah dari mana.
Ceklek
Juna kembali menutup pintu kamarnya, membaringkan tubuh lelahnya masih ada setengah jam untuk Juna siap-siap sekolah dan Juna manfaatkan waktu itu untuk baringan terlebih dahulu.
Angin malam memang tidak bagus untuk tubuh, contohnya sekarang Juna merasa badannya tidak enak di tambah dengan tidurnya yang kurang atau bahkan nyaris tidak tidur karena Juna hanya pura-pura tidur di dengan Mika.
Ting
Ezlyn
|Juna?|Tidak ada keinginan untuk Juna membalas pesan dari Ezlyn, apa yang di lihatnya tadi malam cukup membuat Juna kecewa. Walaupun Juna tidak tahu alasan pastinya, tetapi hal itu sudah semestinya tidak ada bukan?
Juna memejamkan matanya, baru saja ia akan menyelam ke alam mimpi tiba-tiba mendengar suara pintunya terbuka dengan keras sambil meneriaki namanya.
"JUNARDIKA!" teriak Dylan mencak-mencak membuat Juna langsung terbangun, bahkan rasa pusing karena kaget pun Juna acuhkan.
Di hadapannya ada Dylan yang menatapnya tajam, terlihat gurat amarah di wajah itu. Bohong saja jika Juna tidak takut, Dylan pasti tahu bahwa ia baru saja pulang beberapa menit yang lalu.
"Habis dari mana, hah?!" tanya Dylan.
Juna memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Jawab?!" pinta Dylan.
"Kenapa? Apa perdulinya Ayah sama Juna?" Juna balik bertanya, urat-urat di leher Dylan semakin menonjol mendengar balasan Juna yang di luar ekspetasinya.
Dylan mengerti anak bungsunya ini tidak mau ia kembali menikah, untuk itu Juna memberontak dan berani melawan perkataannnya. Anak seusia Juna memang sedang pandai berdebat, dan pantai menjawab perkataan orang tua.
"Bahas keperdulian kok sama Ayah. Ayah ini nanya, semalam kamu habis dari Juna? Anak sekolah kayak kamu tidak pantas berada di luar malam-malam, mau jadi apa kamu nanti?" gertak Dylan.
"Ya terus Ayah mau Juna di rumah terus, tapi ngebiarin Juna sendirian?"
"Tidak usah merambat kemana-mana lagi! Lama-lama Ayah muak dengan kamu. Susah di atur, tidak mau mengerti orang tua dan tidak menuruti orang tua, berbeda sekali kamu dengan saudara-saudara kamu," tukas Dylan menatap Juna dengan kesal.
"Bagaimana Juna gak kayak gitu kalau ngobrol sama aku aja Ayah gak bisa tenang? Selalu marah-marah, mencari kesalahan Juna, jangan karena Juna gak menuruti Ayah soal renang jangan menjadikan Juna yang benar-benar berdosa," balas Juna dengan suara pelan.
"Ya itu karena kamu tidak mau mendengar apa kata Ayah! Seakan tidak mau di urusin. Kalau kamu tidak mau turut dengan aturan Ayah, ngapain kamu di tinggal di rumah ini."
Juna terdiam mendengar penuturan Dylan. Apakah secara halus Dylan mengusirnya?
"Sekarang terserah kamu. Mau pulang malam, kek! Mau gak pulang sekalipun, terserah! Tetapi Ayah mohon satu hal sama kamu, terima calon ibu kamu nanti!" kata Dylan dan akan melangkahkan kakinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stronger | Jun Svt
Fanfiction'Lukanya sempurna, dari segala sisi yang membuatnya ingin selalu menyerah.' Min, 26 Mei 2024