"Jun gua bisa jelasin kenapa gua bisa sama Ezlyn, ini semua gak sama seperti apa yang lo pikirin," kata Wafda berusaha untuk tenang.
Juna tersenyum tipis. "Yaudah, Waf. Jelasin aja, gak usah panik," kekeh Juna karena sangat tertara sekali bahwa pemuda itu panik saat mengetahui bahwa dirinya tahu bahwa Wafda membonceng perempuannya.
Wafda menghela nafas gusar, dalam hatinya ia bertanya-tanya mengapa Juna bisa tahu? Siapa yang ngasih tahu? Tidak mungkin Juna seorang cenayang bukan?
"Ezlyn gak ada yang nganterin buat ke sini, karena gua ada niat kesini jadi gua ajak Ezlyn jalan bareng toh tujuan kita sama buat ngejengukin lo," tutur Wafda.
"Adanya gojek sama taxi apa sih, Waf?"
"Emang lo biarin Ezlyn naik gituan?"
"Why not? Kalau dia mau jaga perasaan gua, pasti dia memilih buat naik taxi atau gojek dan berbeda lagi kalau dia emang gak jaga perasaan gua," tukas Juna.
"Alasan lo bagus, bisa gua terima. Oh ya, Waf. Kalau gini terus sepertinya gua gak bisa, tapi buat mutusin Ezlyn gua juga gak bisa mohon kerja samanya, Waf. Lo harus lebih pemahami lo siapa dan gua siapa sekarang di kehidupan Ezlyn ya walaupun gua gak bisa menyangkal bahwa bisa aja cinta Ezlyn habis di lo, tapi gua tetep gua, Waf. Gua ingin terus berusaha ngebuat Ezlyn cinta ke gua melebihi cinta Ezlyn ke lo. So, kasih gua waktu buat ngebuktiin jika gua lebih baik dari pada lo, ya," tukas Juna sangat dalam menatap Wafda.
"Sorry, Jun," lirih Wafda dibalas senyuman tipis oleh Juna, entah apa kurangnya sampai hal-hal seperti ini terjadi secara berulang.
Hingga tidak lama Ezlyn pun masuk dan menyapa Juna dan Wafda seakan memasang topeng dengan dirinya yang baru saja sampai. "Hai, Waf. Udah lama, ya?" tanya Ezlyn.
Juna tersenyum penuh arti, perempuan ini masih saja bisa menyembunyikan apa yang terjadi. Wafda tidak menjawab sapaan Ezlyn ia masih mencerna apa yang di katakan Juna barusan. Ezlyn juga merasa bahwa suasana di ruangan ini cukuplah canggung, apa Juna dan Wafda berantem? Pikirnya.
"Kamu gimana kondisinya? Udah membaik?" Juna mengangguk.
"Better. Kamu kesini sama siapa?" tanya Juna dengan senyuman hangatnya, tangan kanannya menarik pelan lengan Ezlyn untuk duduk di sampingnya.
"Sama taxi online. Jadi maaf aku telat. Oh ya, aku bawain soto ayam pesanan kamu, mau di makan sekarang?"
Juna menggelengkan kepalanya, selera makannya langsung hilang karena ketidak jujuran Ezlyn, perempuan itu pandai menyembunyikan sesuatu dan entah sampai kapan hal ini akan terjadi.
"Loh kenapa bukannya kamu udah lapar, ya?"
"Udah makan buah." Ezlyn menghela nafas pelan, ia tidak bisa memaksa apa keinginan Juna.
"Yasudah nanti kalau sudah lapar bilang, ya."
***
"Mau sampai kamu diemin Mas seperti ini?" tanya Sarfa.
Keduanya berada diruangan yang sama, tetapi selama mereka berada di ruangan yang sama belum ada percakapan yang terjalin di antara mereka. Sesekali memang Sarfa yang mengajak Jova untuk berbicara, tetapi tidak di dengar oleh Jova. Jova memfokuskan dirinya untuk menyelesaikan pekerjaannya tanpa mengugu Sarfa yang mengajaknya berbicara.
Jova menyernyitkan dahinya, menggeser tubuhnya sedikit membelakangi Sarfa. Di depannya view danau yang lumayan luas, Jova langsung memejamkan kedua matanya. Ini kali pertama Jova melihat view danau dari atas ruang kerjanya.
"Jova?" Jova masih diam, dalam hatinya ada keinginan Jova untuk melihat pemandangan yang menurut orang indah tapi tidak menurut Jova.
Menurut Jova air itu menyeramkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stronger | Jun Svt
Fanfic'Lukanya sempurna, dari segala sisi yang membuatnya ingin selalu menyerah.' Min, 26 Mei 2024