"Kenapa, Mas?" tanya Jova menyernyitkan dahinya heran.
Sarfa mengeluarkan map dan membuka isinya juga di perlihatkan kepada Jova juga sedikit menjelaskan apa yang ia tahu sesuai apa yang di jelaskan dokter kepadanya. Dan Jova tidak bodoh untuk memahami hal tersebut, sudah sangat jelas bahwa ini adalah hasil rekapan kesehatan adiknya juga hasil ronsenan bahu Juna yang katanya sering mengeluh sakit di area tersebut.
"Dokternya udah minta gua bawa Juna berobat, tapi ngelihat antusias dia buat perlombaan nanti mana mungkin Mas ngelarang keras, kan?" kata Sarfa.
"Emangnya Mas udah rela lihat Juna renang? Bukannya Mas yang bersihkeras meminta Juna buat berhenti? Sampai-sampai Juna di keluarin dari tempat les nya? Kenapa sekarang Mas kayak gini?" cerocos Jova.
Tabiat Mas nya Jova bisa memahami, sifat plin-plan nya memang selalu membuat orang gemas termasuk dirinya. Jova tahu, Sarfa keras kepada Juna akan renangnya karena menjaga nya dari trauma supaya ia tidak terus menerus ke trigger dan membuat traumanya semakin parah.
"Sekarang di saat bahu Juna seperti ini baru Mas baik sama dia," lirih Jova mengimpan asal map tersebut tanpa ia dengar penjelasan apapun dari Sarfa, Jova sudah bisa memahaminya.
"Emang dari awal kita yang salah, Mas. Harusnya saat kita tau Juna suka renang kita dukung dan awasi tapi yaudahlah sekarang nasi udah jadi bubur bagaimana juga sekarang udah lepas banget dari pengawasan kita, apalagi Mas udah jauh banget kan sama Juna? Juna udah gak mau kan deket-deket sama Mas," cerocos Jova karena semua nya menurut Jova salah di awal, mereka salah menyikapi si bungsu.
Dan harusnya..
Sudahlah mau bagaimana lagi.
"Dua hari lagi Juna lomba, jadi gak ada yang bisa kita perbuat, Mas. Memang akan bahaya buat Juna, tapi apa Juna bakal ngedengerin kita? Belum tentu, Mas. Juna akan jauh lebih perduli dengan renangnya dari pada cideranya, Jova tau banget Juna bagaimana," tukas Jova karena ia paham apa maksud kedatangan Sarfa kesini.
"Maka dengan itu Mas minta izin dari kamu untuk Mas menjelaskan sejelas-jelasnya dengan apa yang udah terjadi sama kamu juga Jay. Barang kali setelah dia tau keterpurukan kamu sama Jay, Juna lebih paham.." jelas Sarfa tetapi di balas kekehan semu oleh Jova.
"Mas kalau dari awal kita larang Juna baik-baik itu akan mudah untuk Juna memahami kita, memahami apa yang terjadi dahulu tapi untuk sekarang menurut Jova, Juna gak akan perduli karena sakit hati dia karena kita itu udah banyak sekali, Mas. Juna pasti berpikir bahwa Mas sama Ayah hanya memperdulikan Jova sama Kakak, Mas paham, kan?"
"Dari awal kita yang salah, Mas. Kita udah keras banget sama Juna. So, gak ada gunannya sekarang kita ngomong baik-baik sama Juna. Juna udah terlalu sakit hati, Mas. Lagian saat dia tau mungkin pikirannya bukan lagi karena buat diri Juna sendiri, Mas. Tapi karena Mas sama Ayah hanya perduli sama Jova sama Jay, bukan Juna. Jahat kan, Mas?"
Sarfa terdiam cukup lama, mencerna apa yang di utarakan Jova. Sarfa tau yang lebih memahami Juna adalah Jova, dan mungkin di saat keras kepalanya Juna pasti sama dengan apa yang di utarakan Jova.
Juna tidak akan paham, karena sejak awal semuanya keras kepada Juna dengan tanpa menjelaskan apa-apa ke anak itu.
"Tapi Mas akan coba, Mas."
"Terserah, Mas. Tapi Jova gak mau kelihatan lemah di depan Juna, Mas.." lirih Jova yang mulai sudah tidak tenang karena ingatannya kembali datang, semua rentetan masa lalu kini berjalan berputar mengelilingi pikirannya.
"Gak ada yang menganggap kamu lemah, Jov. Semua orang juga kalau ada di posisi kamu pasti seperti ini. Sangat sulit untuk mengendalikan diri di saat punya trauma, Jov."
![](https://img.wattpad.com/cover/364217282-288-k682435.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stronger | Jun Svt
Fanfic'Lukanya sempurna, dari segala sisi yang membuatnya ingin selalu menyerah.' Min, 26 Mei 2024