Itu suara Jova.
Juna menyelimuti tubuhnya hingga tersisa kepala dan memutuskan untuk berpura-pura tertidur dan melupakan rasa sakit di area bahunya lagi pula Juna tidak mau Jova tau dan membuat abangnya itu khawatir kepadanya, apalagi subuh nanti Jova akan berangkat ke Jerman karena pekerjaannya.
Hari yang cukup melelahkan untuk Juna.
"Ade," panggil Jova dalam hati Juna ia bersyukur jika keadaan Jova sudah membaik. Terasa Jova duduk di samping ia terbaring tangannya terulur untuk mengusap kening Juna dengan lembuh.
"Keringetan gini, kamu mandi gak sih, De? Awas loh jorok gak mandi," tukas Jova.
Juna berpura-pura terganggu oleh gerakan Jova, untuk itu Juna membuka kedua matanya dan menatap Jova dengan kesal sedangkan Jova hanya tersenyum manis. Seharian tidak bertemu adiknya sudah membuat Jova kangen apalagi tiga bulan ke depan.
"Udah makan belum?" Juna mengangguk.
"Kapan?"
"Angkringan Teh Ara," lirih Juna sambil membenarkan posisinya hingga bersampingan dengan Jova, Juna menjatuhkan kepalanya di bahu Jova dan memejamkan kembali kedua matanya tidak mau jova melihat ekspresinya yang menahan sakit.
"Gak bilang-bilang mau ke angkringan," ucap Jova mengusap-ngusap kepala Juna, Jova selalu suka di mana Juna memperlihatkan sisi manja kepadanya.
"Gak sengaja lewat, aku laper jadi mampir." Jova mengangguk dan menerima alasan adiknya, lagi pula Jova tidak akan membiarkan adiknya kelaparan.
"Ade selama Abang di Jerman nanti Ade yang anteng aja ya jangan buat kerusuhan di sekolah apalagi sebentar lagi mau ujian, jangan banyak main tetapi Ade harus ingat kewajiban Ade untuk belajar, makannya jangan sering lupa, harus tepat waktu dan di usahain jam 10 malam udah harus bobo. Ade tau kan kapasitas Ade gimana? Ade gak bisa tidur larut-larut. Untuk mempersiapkan ujian, usahain jam 9 udah tutup buku dan Ade bisa istirahat, paham, De?" cerocos Jova dan di angguki kecil oleh Juna.
"Kenapa loyo banget? Di dengerin gak Abangnya ngomong?"
"Di dengerin, Bang. Yang anteng, jangan sering main, belajar, jangan lupa makan dan tidur di bawah jam 10," kata Juna merangkum apa yang di katakan Jova.
"Dan satu lagi, latihannya jangan terlalu keras." Juna terdiam, teringat dengan pesan yang di kirimkan coach Fahmi kepadanya. Juna merasa nyaman latihan di sana, tetapi mengapa pihak tempat les mengeluarkannya begitu saja?
"Bang.. aku mau nanya boleh gak?" tanya Juna membenarkan posisinya menjadi duduk dan berhadapan dengan Jova.
Jova mengangguk dan menatap Juna dengan hangat, sesekali membenarkan rambut yang menghalangi mata adiknya. "Kenapa Ade mau nanya apa?"
"Aku di keluarin dari les renang," kata Juna. Jova menyernyitkan dahinya, merasa heran. Setaunya Jova masih membayar setiap biaya les renang di tempat itu.
"Abang tau?" Jova menggelengkan kepalanya, sama sekali Jova tidak tahu tentang hal tersebut.
"Abang gak tau, De. Ade ada berbuat salah gak?"
"Enggak, Bang. Buat salah apa? Aku bingung tiba-tiba banget di keluarin gini, padahal nyari tempat les yang nyaman tuh susah nah di sana aku udah nyaman banget, teman-temannya pada baik," jelas Juna.
"Nanti Abang tanyain sama pihak les nya ya, di tanya sebenarnya ada apa sampai kamu di keluarin." Juna mengangguk lemas.
"Udah jangan sedih, kalaupun kamu gak bisa les di sana lagi nanti Abang carikan tempat les yang lain. Sekarang Ade bobo aja ya, kan nanti subuh mau nganterin Abang sama Mas ke bandara." Tanpa mengucapkan apapun, Juna kembali membaringkan tubuhnya dan menerima selimut yang di selimutkan oleh Jova.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stronger | Jun Svt
Fanfiction'Lukanya sempurna, dari segala sisi yang membuatnya ingin selalu menyerah.' Min, 26 Mei 2024