-Typo bergentayangan-
"Alam semesta berada dibawah kendaliku, kekuatan agung ini adalah simbol kebesaran ku, tundukkan kepalamu kepada sang suci ibu dari seluruh kehidupan, yaitu aku. " -Aqiel'Leardo Kaidan
Tinggalkan jejak vote and comment
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Arthur kita sudah sampai sayang, mau sampai kapan kamu akan tertidur." Dengan lembut Neon mencubit kedua pipi Arthur berharap sang empun bangun dan membuka mata.
Aidan sudah lebih dulu turun dari kereta untuk melihat suasana kerajaan Slifen yang dikenal dengan keindahan lautnya.
"Sayang jika kamu tidak bangun aku akan pergi mencari pria lain." Dan seketika Arthur Langsung membuka matanya dan bangun dari tidurnya menatap tajam Neon.
"Apaaa!! Coba ulangi lagi perkataanmu Neon Abelion ! " Entah kenapa saat mendengar Neon yang ingin mencari penggantinya Arthur merasa marah, bahkan nyawanya langsung terkumpul saat itu juga.
Neon menyesali ucapan nya barusan, Arthur sangat menyeramkan tidak jauh berbeda dengan Aidan saat memasukin mode singa betina.
"Ahaha... A-apa yang kamu maksud sayang, aku tidak bicara apapun."
"Jika kau mencoba mencari pengganti ku maka jangan salahkan aku memotong masa depanmu, Paham? "
Entah secara reflek atau apa Neon langsung menutup asetnya saat Arthur berniat memotongnya.
Mengangguk cepat dan menyingkir saat Arthur turun dan melewatinya begitu saja. Aidan sendiri yang menyaksikan keduannya hanya mendengus dirinya lebih memilih menjelajahi lingkungan barunya.
Bau laut yang menyegarkan, Aidan berjalan menikmati suasana pasar. Bersama Mary yang senantiasa mengikuti kemana pangerannya pergi.
"Pangeran hati hati jangan sampai anda terlindas orang orang yang lewat!"
"Ugh Mary aku tau aku kecil tapi aku tidak sekecil semut!"
Mary tertawa kecil melihat pangerannya yang kesal, habis nya tubuh pangeran terlihat kecil kan ia jadi takut kehilangan jejak didalam kerumunan manusia.
"Ah Mary ayo kesana."
"Ekh pangeran hati hati!"
"Tidak apa apa Mary aku tidak akan terja—"
Bruk!
Dan benar saja apa yang Mary khawatir kan akhirnya terjadi, Aidan yang berlari tanpa melihat kedepan membuat nya menabrak punggung seseorang.
Merasa punggung nya dihantam sesuatu membuat pria tersebut berbalik dan menatap Aidan yang teduduk dengan memegang dahinya dan mengulurkan tangannya kearah Aidan.
"Anda tidak apa apa, maafkan saya."
"Yah terimakasih, maafkan juga atas kecerobohan saya." Pria tersebut hanya mengangguk pelan dan tidak mempermasalahkannya, hingga Mary datang menghampiri Aidan.
"Astaga pangeran saya bilang juga apa kan, anda sih tidak mau mendengar kan saya, saya akan melaporkan hal ini pada putra mahkota!" Mendengar ocehan Mary membuat Aidan membulatkan kedua matanya.
"Hei tidak boleh! Jangan beri tahu Arthur!"
"Terlambat anda terlalu nakal, saya akan tetap melaporkan nya kecuali jika anda menyuap saya, ayo kasih saya uang tutup mulut."
"Oke kau menang, beli lah apa yang kau mau."
"Pangeran aku menyayangimu, Muach."
Dengan wajah berbinar Mary berjalan kearah toko souvenir khas laut begitu pun dengan Aidan yang juga ikut melihat lihat. Sedangkan pria yang Aidan tabrak tadi hanya melongo melihat intraksi keduanya. "Sangat aneh, sudahlah lebih baik lanjut bekerja."
Setelah selesai berbelanja souvenir yang terbuat dari cangkang kerang, Aidan dan Mary kembali menuju kepenginapan yang sudah dipesankan oleh Arthur. Sebenarnya mereka bisa saja menginap didalam istana Slifen karena kamar bagi para tamu seperti mereka sudah disediakan diistana tamu, namun Arthur enggan untuk bermalam disana dan lebih memilih dipenginapan agar lebih bebas.
Kini ketiga nya tengah berjalan menyusuri pasar dimalam hari dimana keindahan pasar Slifen semakin terlihat, melihat lihat sejenak hingga ketiga nya mampir kerestoran yang cukup ramai, karena penasaran akhirnya ketiga nya memilih masuk dari pada penasaran sekalian mencicipin hidangan laut.
"Kami pesan semua menu."
"Baik tuan, silahkan ditunggu pesanannya." Setelah kepergian pelayan tersebut, Aidan meletakkan tiga botol kecil diatas meja.
TUK
"Liat apa yang aku temukan dipasar tadi."
"Jangan bilang itu adalah racun."
"Kau tau aku Neon, ini adalah racun dari ikan buntal yang sudah aku racik jadi minuman, jadi.. Ayo diminum." Mendengar ucapan Aidan sungguh membuat keduanya bergidik ngeri, yang benar saja mereka disuruh meminum racun.
Mungkin bagi Aidan itu cocok dikarenakan tubuhnya yang memang kebal terhadap racun tapi Arthur dan Neon?
"Kenapa diliatin, ayo minum!"
Dengan penuh keraguan keduanya mengambil botol kecil tersebut, aroma yang kuat dari bau racun yang keluar saat penutup botol dibuka membuat keduanya meneguk kasar ludah mereka. Dan dengan sekali teguk keduanya meminum kandas racun tersebut.
Arthur seketika ingin memuntahkan kembali namun langsung dia urungkan saat melihat Aidan yang menatap tajam kearah nya. Neon sendiri hanya pasrah, dirinya memang sudah sering disuguhi racun oleh Aidan namun tetap saja dirinya takut untuk meminumnya.
"Hueek! Argh lidah ku seakan ditusuk tusuk!" Arthur tidak berbohong rasa nya sungguh menyakitkan lidahnya, melihat reaksi Arthur membuat Aidan tertawa merasa lucu.
Neon sendiri hanya diam, memang lidahnya juga terasa seperti ada ribuan jarum yang bersarang namun bagi nya yang sudah sering mencobai berbagai racun Aidan tentu rasa sakit nya tidak seberapa.
"Akh Aidan kenapa kau memberi kami racun! Kau berharap kami mati yah!"
TUK
"Sembarangan, lagian jikapun aku ingin membuat kalian mati tidak dengan cara meracuni juga, itu adalah hal yang rendahan."
Mengelus dahinya yang memerah, Arthur mengerucut menatap sengit Aidan merasa tidak terima dengan apa yang baru saja Aidan lakukan padanya.
"Lalu kenapa kau memberi kami racun."
"Tentu saja untuk melindungi kalian, bodoh."
Mereka kini berada ditempat asing yang dimana lawan mereka berada dimana mana, ditambah akan pesta yang akan diadakan tidak memungkinkan bahwa beberapa hal kotor akan di lakukan seperti memberi racun pada makanan, itu adalah kebiasaan para bangsawan. Jadi untuk berjaga jaga Aidan sengaja meracik racun yang nantinya akan membuat tubuh mereka kebal, yah sebenarnya ia buat khusus untuk Arthur saja karena hanya dirinya yang tidak akan kebal terhadap racun namun jika Aidan dan Neon tidak ikut minum maka pasti Arthur juga tidak mau minum, jadi itulah sebabnya Aidan memutuskan untuk membuat 3racun yang sama agar mereka meminumnya bersama.
Setelahnya keduanya menjadi diam saat meja milik mereka sudah dipenuhi oleh makanan yang mereka pesan dan mulai memakan makanan yang tersaji tanpa ada suara yang terdengar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.