9. mama meninggal

80 7 1
                                    

Selamat membaca

Restu semakin tidak memberi kepastian terhadap hubungannya dengan Mocca semakin lama dia semakin tidak menunjukan sikap yang serius bahkan terkesan main-main dan tidak menganggap hal ini sebagai hal yang serius dimana dia harus memilih antara istri dan anaknya ataupun Mocca.

Sudah banyak yang Mocca pertaruhkan mulai dari sisi materi, keluarga, waktu bahkan harga dirinya sendiri.
Hingga suatu ketika..

Mocca berpamitan kepada ibunya untuk bertugas di luar kota, ada urusan yang harus dia selesaikan di luar kota.
Saat itu tidak ada firasat apapun yang mocca rasakan.

Sebelum keberangkatannya sang ibu berpesan..

"Kalau sudah sampai tolong telfon mama"

Mocca hanya mengiyakan nya dan kemudian dia buru-buru pergi karena sudah di tunggu oleh pesawat yang akan membawanya ke Jakarta.
Perlu waktu 7-8 jam perjalanan dan akhirnya Mocca sampai di Jakarta untuk mengurus beberapa pekerjaan.

Tak terasa hari mulai menjelang petang..

Tiba-tiba ponsel Mocca berdering..

Bagaikan di sambar petir...

Dia mendapatkan kabar dari kakak pertamanya bahwa sang ibu meninggal dunia, sontak hal tersebut membuatnya sangat terpukul seketika telinganya berdengung cukup keras di dalam kepalanya seakan tak percaya bahwa Tuhan mengambil orang yang sangat ia cintai.

Seketika ia langsung membeli tiket pesawat untuk menuju ke kampung halamannya malam itu juga, dia meninggalkan semua urusannya dan segera bergegas menuju ke rumah orang tuanya.
Sesampainya di sana dengan langkah yang masih kaku dan seakan belum percaya bahwa yang di hadapannya adalah jasad sang ibu yang terbujur kaku di hadapannya.

Dia hanya berdiri mematung dengan menguatkan hatinya, perlahan dia mulai mendekat ke arah mama nya.

"Ma,maafkan Mocca karena tidak menelepon saat aku sudah sampai, mama sekarang sudah tidak sakit lagi, ma sekarang apa yang harus aku lakukan bila tanpamu?? Kenapa mama pergi di saat aku tidak di rumah?? Mama maafkan Mocca karena tidak mendengarkan permintaan terakhir mama"

Saat jenazah akan di suntik formalin oleh pihak rumah sakit karena menunggu saudara Mocca yang lain seketika tubuh itu kaku dan seakan menolak untuk di suntik namun dengan lembut Mocca membelai kepala sang mama sambil berkata.

"Mama lemaskan tubuh mama supaya bisa di awetkan sambil menunggu yang lain untuk datang"

Seketika tubuh itu menjadi lemas seakan masih mendengar ucapan dari anak kesayangannya itu.

"Kasih sayang seorang ibu sepanjang masa sedangkan kasih sayang anak hanya sepanjang jala, di saat seorang ibu sudah tiada maka dunia akan terasa membosankan bahkan terkesan kejam untuk di rasakan seorang anak yang selalu mendapatkan kasih sayang darinya, ibu adalah simbol dari persatuan sebuah keluarga, dia merupakan tonggak kokohnya persatuan sebuah keluarga, dia tidak akan pernah berhenti untuk menjadi lentera bagi anaknya untuk selalu menunjukan jalan agar anaknya tidak jatuh dalam jurang yang gelap dan dalam"

Kini sosok itu telah pergi dari hidup Mocca dia hanya bisa melihat sebuah tubuh kaku sedang terbaring di hadapannya.
Saat tubuh sang ibu di masukan ke dalam peti dan saat tubuhnya akan di rias Mocca mencegahnya sambil berkata.

"Biarkan seperti ini! Jangan rias mama dan jangan pakaikan gaun mewah di badannya, dia lebih senang dengan apa adanya seperti ini,, biarkan aku yang mengurus semua keperluannya untuk kali ini saja.."

Sentuhan tangan lembut namun terasa kasar menepuk pundaknya sambil berkata..

"Sudah nak, biarkan mama di rias sebagai mestinya sesuai dengan tradisi dan agama kita"

"Papa tolong mengertilah... Mama cuma mau seperti ini saja.. dia tidak ingin di perlakukan seperti ini.. semua yang berasal dari tanah maka akan menjadi tanah... Tolong untuk kali ini saja aku ingin menuruti permintaan terakhirnya, aku sudah sering mengecewakan nya dan menentang setiap keinginannya..."

Semua orang yang ingin membantu di cegah oleh sang ayah agar memberikan kesempatan untuk Mocca mengurus ibunya untuk terakhir kalinya sambil menunggu anak-anak yang lain sampai di rumah duka.

.
.
.

Ponsel Mocca berdering dan itu dari Restu yang mencarinya di apartemen karena mereka berjanji bertemu saat itu.
Mocca memberitahu tentang meninggalnya sang ibunda dan Restu ikut berduka cita..

Namun respon dari restu hanya sebatas itu, Mocca meminta Restu untuk datang namun dengan berbagai alasan Restu berkata bahwa dirinya harus pulang karena ada anak dan istrinya menunggu dirinya...
Kali ini Mocca benar-benar kecewa dengn satu langkah berani hubungan yang sudah bertahun-tahun ia jalani..

Mocca mengambil sikap tegas dengan berkata..

"Mulai detik ini, hari ini dan seterusnya saya tidak akan pernah mengingat anda kembali dan stop mengganggu hidup saya lagi!! Mulai sekarang hubungan kita cukup sampai di sini!!!"

Panggilan itu di matikan dan Mocca serius dengan perkataannya dia memblokir nomor Restu tanpa sepatah katapun dia kembali ke rumah duka dan melihat ibunya sudah di rias serta di kenakan sebuah gaun.

"Siapa yang mengizinkan kalian untuk meriasnya??!!"

"Saya yang meminta untuk dirias!" Ucap salah satu kerabat ayah Mocca lebih tepatnya dia adalah kakak tertua dari keluarga ayahnya.

Terjadi cekcok antara Mocca dan bibinya, bertepatan dengan hal itu kakak nya yang nomor tiga datang dan menenangkan mocca agar tidak membuat keributan di hari pemakaman ibunya..

Setlah di tenangkan, mocca akhirnya mau menerima namun mata sang ibu tidak mau tertutup karena semua anaknya belum hadir, masih ada satu anak lagi yang belum tiba dan sedang menuju perjalanan menuju rumah duka.

Sang ibu seolah menunggu semua anaknya berkumpul untuk melepaskan kepergiannya ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Akhirnya semua anaknya sudah berkumpul dan anak ketiga berkata.

"Mah, kami semua sudah berkumpul sekarang mamah bisa pergi dengan tenang, kami semua sayang mama"

Seketika hal itu langsung membuat mata sang ibu tertutup rapat..

Pemakaman berlangsung khidmat dan penuh haru saat Mocca tak kuasa menahan tangisnya ketika peti yang berisi jasad sang ibu akan di masukan ke dalam liang lahat.

Sebelum di masukan, peti sempat di buka dan mocca meminta izin untuk meliat wajah sang ibu untuk terakhir kalinya..

"Biarkan aku melihat wajah mama cuma satu menit saja,,,,,,"

Semua orang yang berada di sana tak mampu menahan tangis nya saat menyaksikan seorang anak merasakan kehilangan dalam menahan semua luka akan kepergian sang ibu yang sangat dia sayangi..

Mocca teringat kembali kenangan manis bersama dengan sang ibu dimana sang ibu kerap membelai punggungnya saat dia ingin tidur...
Hingga tubuhnya tak kuat untuk bertahan lalu peti di tutup rapat dan akhirnya sang ibu di kebumikan di tempat peristirahatan yang damai.

Ini sang ibu telah berpulang dan tidak merasakan sakit di tubuhnya, Tuhan telah menyembuhkannya dengan cara yang mudah dan indah..

Selesai pemakaman...

Mocca langsung menuju ke kamar ibunya dan menguncinya..,, barulah tangisnya pecah saat dia tidur di tempat ibunya biasa terbaring dan mencium selimut yang biasa di kenakan oleh sang ibu..
Tangisan dalam diam dengan air mata yang tak bisa terbendung ia rasakan selama beberapa hari dan membuat tubuhnya lemah...

Kita Mocca telah kehilangan seseorang yang menjadi tonggak kekuatannya dan juga dunianya, seseorang yang memberikannya hidup dengan satu tarikan nafas dan pertaruhan nyawa kini sudah tenang di sisi Tuhan Yang Maha Esa.



Terima kasih sudah membaca
Tunggu chapter selanjutnya

See you na ka

Ku Temukan Jalan BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang