19 - TM

648 27 6
                                    

"Zayn, Zayn, liat tuh!" Zoya menunjuk seorang kakek berpakaian tukang bersih-bersih. "Kumisnya lepas tuh!" Dia tertawa geli.

"Hah? Mana?" Zayn kelihata  gak fokus.

"Ck, itu! Kamu kenal gak mukanya! Itu si kakek tukang bersih-bersih!"

Zayn menatap saudarinya bingung, membuat Zoya menepuk kening. "Itu, lho, coba perhatiin! Muka dia mirip siapa!"

"Mirip ...." Zayn memicingkan mata, dan syok. "Mirip Om tengil!"

"Exactly!"

"Pasti dia nyamar jadi kakek-kakek buat gangguin kita, nih! Menurut kamu, kita harus ngapain?"

"Apa lagi?" Zoya menatap jail Zayn. "Kerjain!"

Dan saat ini, Zoya dan Zayn menahan tawa saat menyuapi orang yang pernah membuat mereka dan ibunya dengan seblak super pedas di sana. Bryan terbatuk, mulutnya bengkak merah, serta hidungnya mengeluarkan ingus.

"Eh kok makin parah, ini bener gini Zoya Zayn? Apa kita gak panggil Bu Guru dulu?" tanya seorang teman mereka.

"Iya, ini bener aja kok, Kakek udah merasa sehatan?" Dengan konyolnya, Bryan malah mengangguk akan pertanyaan Zoya.

"Atau Kakek mau lagi?" Zayn berkata bak psikopat, Bryan segera menggeleng. "Nih minum dulu, Kek."

Karena kepedasan, jelas Bryan langsung menandaskan minumannya.

"Ya udah, Kakek rehat di sini ya. Kami pergi dulu, daaah!" Dan setelahnya, Zoya dan Zayn beranjak pergi bersama teman-temannya, menutup pintu ruang kesehatan, meninggalnya Bryan yang susah berbicara karena mulutnya yang dower.

Miris.

Namun, dia agaknya senang, meski absurd Zayn dan Zoya ... mau dekat dengannya. Bryan memutuskan rehat sebentar guna menghilangkan rasa pedas yang luar biasa, sakit banget, tetapi lebih sakit perutnya sekarang.

"Nggh ...." Bryan bisa merasakan isi perutnya terobok-obok, perasaan ingin meledakkannya makin kuat, hingga segera dia bangkit.

Akan tetapi, saat mau keluar ruang kesehatan, dia tak bisa membukanya.

"Hah?!" Bryan menggedor-gedor pintu, panik. "To-tolong! Tolooong!" teriak Bryan, sambil menutupi pantatnya, gak kuat mau ngeseng!

"Astaga, Pak!" Untungnya ada seorang guru lewat. "Harusnya jangan sampai ditutup pintunya, Pak. Soalnya pintunya macet! Bentar saya panggilkan guru lain untuk dobrak!"

Aduuuh ....

Bryan hanya bisa berdoa mereka lekas membantunya, atau dia akan memulai tragedi paling memalukan bagi orang dewasa malang sepertinya. Bahkan, saat guru itu pergi, dia sudah mengeluarkan gas mematikan, yang terasa panas pula bak ada apinya. Bryan menutup hidung, astaga, bau banget pula, udara serasa terkurung di dalam sini.

Ampun!

Tak lama, guru lain datang, segera mereka menolong Bryan yang terjebak dalam ruang kesehatan, dan saat terbuka ....

Bahkan salah seorang guru pingsan, sementara yang lain menutup hidung mereka. Bryan malu abis, tetapi dia mau tak mau segera beranjak pergi dari sana atau bisa-bisa dia mengebomkan lebih banyak amunisi dari pantatnya.

Saat sampai di toilet, Bryan masuk, tetapi baru dia masuk ke salah satu bilik ....

Preeeeeet ....

Jangan tanya yang keluar apa saja, Bryan seketika terduduk dan menangis karena nasibnya. Mau tak mau dengan keadaan ini, dia memanggil asisten setianya guna mengendalikan situasi yang ada.

Akan tetapi, dia kaget, mendengar suara tawa anak-anak di atasnya, saat mendongak ia menemukan Zoya dan Zayn tengah merekam kejadian itu sambil memencet hidung mereka.

"Ini bakalan kami tunjukin ke Mommy," kata Zayn, terkikik geli, sementara itu Bryan syok.

"Akting Om jelek banget, kayak muka Om, hahahaha." Zoya menimpali, kedua anak kembar Bryan tertawa.

"Sebaiknya, Om pergi jauh, gak usah ganggu kami!"

Ternyata, anak-anaknya sudah tahu ini Bryan, Bryan tertipu dan dikerjai mereka, tetapi daripada marah atau kesal, dia malah sedih dan menyesal. Dia sebenarnya rela saja diapakan mereka, asalkan bisa dekat dengan Zoya dan Zayn.

Tomboy MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang