Haikal memasuki ruang OSIS seorang diri. Ia melihat jam dinding yang terpajang di sana, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore."Cape banget hari ini" ucapnya bermonolog
Saat dirinya tengah asik membereskan berkas untuk acara diesnatalis yang akan diadakan tiga hari lagi. Ia mendengar suara tangisan.
Lambat laun, suara itu semakin jelas. Ia melirik ke kanan dan kiri, namun tidak menemukan siapapun di sana. Bulu kuduknya seketika berdiri.
"Anjir, suara apaan itu" batin Haikal
Setelah urusannya kelar ia segera meninggalkan ruang OSIS terburu-buru. Ia berlari menuju parkiran. Sesampainya di sana, ia terkejut ketika ia tak bisa menemukan kunci motornya.
"Sialan, pasti ketinggalan di meja tadi" ujarnya
Sekolahan itu sudah sangat sepi, tiada orang di sana. Dengan berat hati, ia kembali memasuki ruang OSIS.
"Permisi, tolong jangan ganggu gue. Gue cuma mau ambil kunci kok" ujar Haikal kemudian segera berjalan ke arah meja.
Benar ucapannya, kunci motor itu tergeletak di sana berdekatan dengan tumpukan kertas yang tadi ia bereskan.
Saat kunci sudah di tangannya, terdengar suara benda jatuh dari balik lemari. Haikal terkesiap, jantungnya berdegup kencang.
"Tolong, jangan apa-apain gue" batin Haikal
"Duh, gimana gue lewatnya ini. Siapa sih yang naruh lemari itu deketan sama pintu" batin Haikal lagi
Dengan langkah pelan ia berjalan menuju arah pintu keluar sembari berdoa. Saat langkahnya sudah di ambang pintu, sebuah tangan terlihat oleh indra penglihatan.
"Aaakkhhh!!!" teriak Haikal
Haikal terjatuh terduduk di depan pintu. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutup matanya, tak siap melihat sosok yang menyeramkan itu.
"Ampun, tolong. Gue ngga akan ganggu, gue ngga akan bilang siapa-siapa. Tolong biarin gue pergi" ujarnya tanpa melihat sosok yang sudah berdiri di depannya itu.
"Kal" panggil sosok tadi
"Jangan panggil gue, pura-pura ngga kenal aja sama gue. Eh tapi kenapa lo tau nama gue. To-tolong jangan bunuh gue. Gue belum nikah" ujarnya sembarangan
Sosok tadi berjongkok dan menyentuh kedua tangan Haikal yang sedari tadi menutupi matanya, Haikal terjingkat.
"Kal ini gue" ujar sosok tadi sembari menyingkirkan kedua tangan Haikal
Haikal mengenali suara itu, ia lalu membuka matanya. Rasanya lega mendapati sosok di depannya orang yang ia kenal.
"Ini orang kan?" tanya Haikal melihat ke atas hingga bawah sosok di depannya.
"Iya" jawab sosok itu
"Huh syukurlah, tapi kenapa lo ada di sini gi?" tanya Haikal pada Giselle, sosok yang sempat Haikal kira hantu
"Ngga papa, ada urusan tadi" jawab Giselle kemudian berdiri
Haikal lantas ikut berdiri dan melihat hal berbeda dari Giselle.
"Bentar deh, hadap sini" ucap Haikal kemudian menatap Giselle lekat.
"Lo nangis?" tanya Haikal
"Ngga kok, kelilipan ini" jawab Giselle
"Gue udah kenal lo lama, percuma lo bohong" ujar Haikal
"Huft, iya. Gue keliatan jelek ya kal?" tanya Giselle

KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa (END)
Подростковая литератураSadewa Chandra Mahendra pria yang tak pernah bisa menjalani kehidupan dengan tenang, bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh hati. Namun, karenanya gadis itu justru mengalami teror dari musuhnya. Bagaimanakah Chandra melindungi sang gadis...