Part 48

72 14 6
                                    

Suasana masih terasa mencekam di cafe Vivi. Semua orang masih berdiam dengan pikiran masing-masing.

"Apakah kita tidak akan melapor polisi?" tanya Arina mulai mengutarakan suaranya.

Semua yang ada di sana seketika menoleh ke arah Arina. Menatapnya dengan tatapan sedih, mereka paham apa yang di rasakan Arina.

"Bukankah tak apa jika aku yang melaporkan?" tanya Arina lagi

"Tidak bisa" jawab Chakra

"Mengapa? Mengapa aku tidak bisa melaporkannya? Ini perihal adikku" ujar Arina

"Kalau kamu melaporkan Kirana hilang, pasti akan ditanyai kesaksian. Apa yang akan kamu katakan?" ucap Chakra mulai memberi penjelasan pada Arina

Arina nampak terdiam sesaat "Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak bisa hanya berdiam seperti ini, aku ingin Kirana kembali" ujar Arina mulai terisak

Seta yang sejak tadi berdiri di dekat Arina mulai mendekap gadis itu dan mencoba menenangkannya.

Di tengah hiruk pikuk itu, ponsel Darren berdering. Darren pun membuka ponselnya dan menemukan nama seseorang yang mampu membuatnya menelan ludah dengan susah payah  sebelum mengangkat telepon itu.

Telepon itu tak berlangsung lama, hanya sepuluh menit. Namun, mampu membuat Darren terbungkam dan seperti kehilangan nyawanya.

"Ada apa bang? Siapa?" tanya Haikal

Darren menatap adiknya, lalu memberikan ponselnya yang menampilkan riwayat panggilan.

Haikal menerima ponsel Darren lalu terkesiap begitu melihat nama sang kakak tertera di layar. Ia kemudian menatap Darren meminta penjelasan.

"Bang Jaz bilang bakal pulang lusa" ucap Darren menjeda kalimatnya sesaat "Bareng mama papa" lanjutnya.

Haikal tanpa sadar menjatuhkan ponsel Darren yang ada di genggamannya. Ponsel itu berdentang cukup keras tatkala sisinya menyentuh lantai. Sedangkan Darren hanya melihat benda pipih itu jatuh tanpa niat memungutnya kembali, pikirannya terlanjur kacau.

"Gimana ini bang? Kita harus bilang apa sama Bang Jaz? Sama Mama Papa?" tanya Haikal panik

"Ngga ada cara lain, kita harus lapor polisi" ucap Seta

"Lo mau Jazelle panik kalau tau hal ini?" tanya Chakra

"Jazelle ngga di sini Chak, dia ngga akan tau. Yang penting kita harus temuin mereka sebelum lusa" jawab Seta

"Ngga mungkin abang ngga tau" ucap Darren lalu menatap Seta "Abang punya temen di kepolisian, dia rekan baik bang Jaz. Ngga mungkin dia ngga ngabarin abang" ujar Darren

Kini teka teki yang semula kosong, mulai tersusun rapi. Alasan demi alasan mulai tercuat, mengudara dengan sendirinya.

"Terus sekarang kita harus apa? Ngga bisa dong kalau cuma diam kaya gini doang?" tanya Dafa yang mulai tersulut emosinya

"Apa kita perlu minta tolong Jeffran?" ucap Kevian memberikan usul

"Jeffran?" tanya Dafa

"Iya, adek gue. Yang gue tau dulu dia pernah gabung geng motor. Kalau kita minta bantuan mereka, mereka pasti bisa jaga rahasia" ucap Kevian

"Jangan!" cegah Arseno

"Kenapa?" tanya Kevian pada adiknya

"Gue ngga yakin dia bakal bantu kita" ucap Arseno. Ia berani berucap lantaran mengetahui watak asli Jeffran

"Gue tau lo ngga suka sama Jeffran, tapi lo ngga boleh egois gini. Ada nyawa yang jadi taruhan sekarang. Kita ngga tau kan mereka lagi gimana keadaannya" ucap Kevian memberikan pengertian pada sang adik

Sadewa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang