Bab 15

2 1 0
                                    

Lo bagaikan virus, di obati susah di biarkan semakin menyebar. Bagaimana caranya untuk menghentikan virus itu tanpa merasakan sakit??

Di sinilah Mi ran sekarang, sebuah cafe bernuansa eropa yang sengaja dipilih Bima untuk kencan mereka.
Setelah insiden tempo hari di atap, baru ini Bima mengajaknya keluar. Tanpa ada pertanyaan apapun sebelumnya di chat maupun telepon.Semua baik-baik saja seolah-olah tak pernah terjadi apapun.

Dengan celana levis hitam dan kaos putih, rambut kucir kuda tanpa make up. Begitulah Mi ran saat ini. Mood hati yang berubah-ubah beberapa hari ini membuatnya malas untuk melakukan banyak aktifitas, Mi ran hanya sering diam menyendiri disela-sela padatnya jadwal sekolah.
Bahkan sahabat-sahabat Mi ran pun tak tau penyebab perubahan pada diri Mi ran, gadis itu tersenyum tapi mereka tau bahwa Mi ran tak baik-baik saja. Sakit, sesak dan tak nyaman, itulah yang Mi ran rasakan saat ini. Hatinya menjadi lebih sensitif di banding sebelumnya.

Entah apa yang terjadi kepada Lucky, cowok itu tiba-tiba menghilang. Beberapa hari Lucky tak masuk. Ingin rasanya sekedar mengiriminya pesan tapi Mi ran urungkan, hatinya terasa sakit. Bukan hanya penolakan yang ia terima tapi juga perubahan sikap Lucky kepadanya. Apa salah dia dalam hal ini?? Ia hanya mencoba jujur terhadap perasaannya. Semakin di pendam semakin terasa tak nyaman.

" Aya dah lama?? " Sapa Bima yang tiba-tiba duduk di depannya ntah muncul dari arah mana, Mi ran tak terlalu memperhatikan sekitar.
" Em, belum kak..baru 10 menit " jawab Mi ran sembari tersenyum.
" Nih buat Kamu, tadi Aku beli pas waktu kesini, Aku inget kamu suka bunga anggrek " Bima memberikan sebuket bunga anggrek.
Hati Mi ran tersentak, kurangnya apa punya pacar seperti Bima, ganteng, baik, ramah, dan super perhatian terhadapnya. Tak terasa tiba-tiba air mata itu menetes. Mi ran terisak.
" Loh..loh..kenapa Aya kok malah nangis, Aku ada salah ??, Kamu nggak suka bunganya ?? Nanti Aku beliin lagi yang Kamu suka, ok " bujuk Bima panik melihat gadisnya tiba-tiba menangis.
" Maafin Aku Kak !! " Ucap Mi ran lirih. Bima mendekat dan memeluk erat Mi ran, cowok itu tau bahwa ada hal yang gadisnya sembunyikan. Sejauh ini Bima mengenal Mi ran, gadis itu tipe yang ceria tapi belakangan menjadi pendiam dan jarang bawel seperti hari-hari sebelumnya.
" Apapun itu Aku udah maafin Kamu, Kamu bisa cerita kapan pun saat Kamu udah siap. Masih mau lanjut nangisnya, apa mau keluar jalan-jalan " hibur Bima.
Sementara Mi ran semakin terisak dalam pelukan Bima.
Bodoh lo Mi, punya cowok sebaik Bima mau lo sakitin hanya karena menuruti perasaan yang belum tentu jelas akan akhirnyaa, sadar Mi..sadar!! Miran merutuki dan mencoba menyadarkan dirinya sendiri.
" Makasih ya Kak, Kakak terlalu baik buat ku " ucap Mi ran di tengah isak tangisnya.
" Kamu jauh lebih baik dari Aku Aya Aku nggak sebaik yang Kamu pikirkan, udah yuk kita jalan-jalan biar suasana hati mu membaik " ajak Bima.

Mereka pun berjalan beriringan meninggalkan cafe tersebut menuju pantai. Ya Bima ingin mengajak Mi ran ke pantai, mungkin dengan begitu bisa menghibur gadisnya yang tengah bersedih entah apa penyebabnya.
" Kita mau kemana Kak?? " Tanya Mi ran.
" Pantai, Kamu suka? Aku pengen Kamu lihat ombak, siapa tau Kamu bisa membaik, gimana?? "Ucap Bima.
" Iya Kak, Aku suka pantai. Makasih ya Kak " jawab Mi ran.
Andai pantai bisa nyembuhin segala sakit dan kebimbangan yang tengah Gue rasain, pasti akan gue jadikan pantai salah satu tempat terfavorit gue, batin Mi ran.
Saat tiba di pantai, hujan deras melanda.
" Yah Ay, gimana ini malah hujan. Kita nggak bisa keluar " sesal Bima.
" Nggak apa-apa Kak, kita tunggu aja sebentar, siapa tau hujannya reda " pinta Mi ran. Bima pun mengangguk dan memutar lagu di mobilnya, membuat suasana menghangat. Mi ran paling suka lagu melow, sesuai karakternya saat ini, saat ia sendiri, ia lebih suka memutar lagu-lagu yang membuatnya merasa tenang.
Tengah asyik mendengarkan lagu, tangan Bima menggenggam erat tangan Mi ran, Mi ran menoleh dan mendapati Bima menatapnya lekat. Tersorot dari mata cowok itu bahwa ia sangat menyayangi dirinya. Mi ran tersenyum.

Bima semakin mendekat, mengecup kening Mi ran. Pipi dan kemudian bibir mungil Mi ran. Mi ran tak menolak atau pun memberi respon. Yang ada di otaknya kini justru cowok lain. Mi ran mengingat jelas hari itu, hari pertama saat di rooftop sekolah juga saat di rumahnya dia bersama Lucky, wajah itu, bibir itu, aroma tubuh itu selalu terbersit di otaknya, membuat hati Mi ran tercubit terasa sakit. Perlahan Mi ran mendorong tubuh Bima. Bima pun tersenyum dan membelai rambut Mi ran. Ia mengerti bahwa gadisnya sedang dalam mood tak baik.

Sesaat kemudian, saat Mi ran menatap jendela melihat laut yang diguyur hujan ia menyadari ada sosok yang sangat dia kenal. Ya dia Lucky, cowok itu berdiri di tengah derasnya hujan.
Apa yang dia lakukan di sini? Itu beneran Lucky kan?, batin Mi ran.
Ia memperhatikan sosok itu dengan seksama, tubuh itu, jaket itu, iya dia benar Lucky. Cowok yang sering memenuhi otaknya.
" Kak, Kakak pulang dulu ya, Aku ada perlu. Hati-hati Kak " pamit Mi ran cepat keluar mobil dan meninggalkan Bima, sementara Bima masih mematung, gadis itu keluar di tengah derasnya hujan. Ingin mengejar tapi ragu. Bima ingin memberi waktu untuk gadisnya, siapa tau Mi ran butuh waktu sendiri. Dan Bima pun berlalu meninggalkan Mi ran.

"Kaaaaiilllaaaa gue sayang sama lo, tapi gue bisa apa?, sakit seperti ini. Gue pengen bawa lo kabur sejauh mungkin, biar nggak ada lagi alasan untuk gue merasa sesakit ini !!! " Teriak Lucky di tengah derasnya hujan, tanpa disadari nama yang tengah ia teriakkan berdiri di belakangnya.
" Gue mau lo bawa kabur, cowok bodoh !! " Jawab Mi ran juga berteriak.
Lucky pun menoleh mendapati suara yang menyaut teriakannya, suara gadis yang benar-benar ia cintai.
" Kaila !!! " Ucapnya.
Air mata Mi ran menetes bersamaan dengan air hujan yang semakin deras membasahi bumi.
Mi ran berlari mendekat dan memeluk Lucky. Gadis itu benar-benar merasa akan gila karena cowok dihadapannya itu.
" Hei..gimana Kamu bisa di sini?, kenapa hujan-hujanan ?? " Tanya Lucky melepas pelukan Mi ran.
" Udah puas kamu siksa Aku kaya gini hah !! " Tangis Mi ran semakin menjadi namun tertutup air hujan, tapi Lucky tau gadis itu menangis saat ini. Hanya pelukan sebagai jawaban yang Lucky berikan. Dinginnya air hujan tak bisa mengalahkan hangat dan nyamannya pelukan Lucky. Sangat berbeda ketika Bima memeluknya tadi.

Mata mereka saling menatap dalam diam, baik Mi ran dan Lucky memiliki perasaan yang sama. Semakin hari semakin dalam. Tapi mereka sama-sama tak bisa membuat suatu pilihan. Ambigu yang membuat keduanya terluka.
" Ayo berteduh " ajak Lucky seraya menggenggam tangan Mi ran. Berhari-hari Lucky berusaha menjauh dan merelakan tapi justru sesak, hatinya seperti tertusuk pisau. Kini ia tak peduli lagi apa yang akan terjadi selanjutnya, ia hanya ingin mengikuti kata hatinya.
Mi ran mengekor, hatinya menghangat. Genggaman tangan ini, tak ingin ia lepaskan. Tak peduli jika nanti ia akan jadi orang terjahat sekalipun, Mi ran juga ingin mengikuti kata hatinya.

Mereka berdua duduk di sebuah rumah-rumahan yang sengaja dibuat di sekitar pantai hanya untuk pengunjung.
" Kamu dingin ?? " Tanya Lucky saat ia melihat wajah dan bibir Mi ran pucat. Lucky berusaha menggosok-gosok tangan Mi ran dengan kedua telapak tangannya.
" Gue nggak salah kan Ky ?? " Tanya Mi ran.
" Cinta nggak ada yang salah, hanya terkadang waktu dan tempat yang membuatnya terlihat salah " jawab Lucky yang masih sibuk menggosok tangan Mi ran.
" Thank Ky, lo udah mau kasih gue kesempatan. Gue akan jujur ke Kak Bima, bagaimanapun gue nggak mau Kak Bima lebih kecewa saat dia tau hal ini dari orang lain ". Ucap Mi ran.
" Nggak usah terburu-buru, jalani aja dulu. Aku nggak mau semuanya memburuk, terlebih Kamu tau Bima sepupu ku " ucap Lucky mengingatkan.
" Janji jangan ninggalin gue apapun yang akan terjadi ya Ky !! " Pinta Mi ran tulus.
" Will never " jawab Lucky singkat.
Hari itu pantai benar-benar membuat sejarah untuk Mi ran, menjadikannya tempat yang akan paling sering ia kunjungi setelahnya. Tempat di mana ia merasa bahwa cinta yang benar-benar datang dari hati akan tau di mana ia akan berlabuh, dia akan mencari tempatnya sendiri tanpa orang lain bisa memaksanya.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang