16. How lucky she is (?)

354 80 59
                                    

Happy baca ♥️
Sorry for typo 🍓
.
.
.

"Saya pergi menemui pacar saya yang sedang sakit, Tara."

Pengakuan Erlangga barusan tidak hanya menciptakan kerutan di kening Gistara. Ada selongsong peluru bernama kejut yang menyambangi jantung Tara. Masih berusaha mencerna ucapan Erlangga, tentang pengakuannya soal pacar. Benar, kan, Erlangga Danapati memang semisterius itu. Laki-laki yang Tata kota jomblo akut, ternyata menyimpan rahasia besarnya dengan super rapi.

Lantas, kalau sudah punya pacar kenapa Erlan memintanya menjadi istri di atas kertas? Sumpah, Gistara masih belum bisa memahami maksud lelaki itu. Bukankah seharusnya Erlan hanya perlu membawa kekasihnya ke hadapan mama dan papanya? Kenapa harus tercipta ide gila tentang ; pernikahan kontrak?!

"Maksudnya gimana sih, Mas?" Cecar Tara berapi-api. Bibirnya digigiti sendiri, gemas menunggu jawaban Erlan sekaligus gemas ingin mendaratkan satu tabokan di kepala lelaki tiga puluhan tahun itu.

Erlangga tidak bisa menyembunyikan gusar yang menginvasi. Rasa khawatirnya pada keadaan Naima, membuatnya harus jujur di depan Gistara sekarang juga.

"Saya punya pacar, Tara." Pengakuan Erlan barusan menciptakan tawa kering Gistara.

Masih tidak habis pikir. Apa otaknya si Erlan-Erlan ini konslet atau bagaimana? Kalau sudah punya pacar, kenapa malah menjeratnya ke dalam kontrak laknat itu?

"Biar saya ceritakan semuanya." Menyadari kemarahan di mata Gistara, Erlan menyambung penjelasan. "Saya melakukan semuanya demi pacar saya, Tara. Mama-"

"Tante Saras enggak merestui hubungan kalian?" Skak Gistara memotong ucapan Erlan. Tanpa perlu menunggu jawaban, Tara tahu kesimpulannya dari raut Erlan. "Jadi kamu bohong sama Tante Saras, Mas? Kamu masih menjalin hubungan sama Naima?" Dobel shot, tanpa berniat basa-basi Gistara langsung pada intinya. Dan, Erlangga mutlak memberi anggukan.

"Pasti mama sudah cerita sama kamu, ya?" Tanya berbalas tanya. Gantian Gistara yang mengangguk singkat. "Sekarang kamu tahu, kan, Tara. Saya melakukan semuanya demi hubungan saya sama Naima."

"Kamu gila, Mas Erlan!" Sejak tadi Tara berusaha menahan, pada akhirnya keluar juga umpatannya pada Erlangga. Kalau begitu benar kata Tante Saras, putranya memang bulol parah ; bucin tolol. Cuma laki-laki bodo yang masih bertahan di hubungan yang tidak sehat macam Erlangga ini. Sudah diberi sinyal tidak baik soal kekasihnya, masih saja denial, malah sok-sokan mengupayakan segala hal - termasuk hal yang tidak masuk akal untuk melindungi hubungan tidak sehatnya.

Menurut Gistara, hubungan yang sehat harus setara dari dua sisi. Termasuk soal restu orang tua. Karena biar bagaimana pun seorang anak akan butuh doa dan ridha orangtuanya untuk kelangsungan rumah tangganya kelak.

"Aku enggak paham sama sekali ya, sama jalan pikiran kamu, Mas. Kalau udah punya pacar, kenapa malah meminta aku buat jadi istri kontrakmu?"

"Kamu sudah tahu semuanya, Tara, mama sudah cerita, artinya kamu paham kalau mama enggak setuju sama hubungan saya dengan Naima."

"Mas ... feeling seorang ibu itu biasanya enggak pernah salah."

Erlan menaruh telunjuknya di bibir, isyarat agar Gistara diam. "Kamu enggak berhak bicara apa pun soal kehidupan pribadi saya. Tugas kamu cuma satu, jalani perjanjian dengan baik. Ingat isi prenuptial kita, Tara."

"Ya terus apa korelasinya aku jadi istri kontrak, sama hubungan kamu sama pacarmu itu?"

"Tentu ada hubungannya, Tara. Setidaknya saya masih punya waktu setahun untuk membuktikan pada mama kalau Naima itu enggak seburuk pemikirannya. Saya juga bisa lebih tenang menjalani hubungan dengan Naima, tanpa cecaran orangtua, kapan nikah dan kapan membawakan calon menantu Danapati."

BamboozleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang