Part 4

12.9K 246 2
                                    

WARNING 18++
Ga suka ga usah baca. Kalo belum cukup umur tapi mau baca yawes sakarep mu ndewe.

Author lupa kasih tau kalo cerita ini mengandung unsur 18++ nya. Kesalahan dari awal pembuatan hehe, baru inget sekarang. Jadi buat kalian yang masih dibawah umur harap dipertimbangkan lagi.
Ini cerita 18++ pertama yang author buat, jadi author mohon maaf kalo feelnya belum dapet, karna author juga masih kecil jadi belum pernah merasakan dan karena ini pengalaman pertama author buat cerita seperti ini. Enjoy~
Xoxo

----------------------------------------------------

-Novi POV-

Setelah kejadian tadi, aku dan tuan Nova hanya berdiam diri. Tak satu pun diantara kami yang memulai pembicaraan terlebih dahulu. Aku sibuk memikirkan ciuman tadi. Tersenyum seperti orang gila. Bahkan sesekali memegang bibirku sendiri. Sedangkan tuan Nova hanya memfokuskan pandangannya ke depan tanpa sekali pun menoleh kearah ku. Rasanya sangat canggung memang.

Tapi aku sendiri tidak berani untuk sekedar memulai pembicaraan, jantungku sedang dalam keadaan yang tidak bersahabat. Jadi aku harus menenangkannya terlebih dahulu. Ditambah rasa gugup yang terus menerus merasuk ke dalam diriku.

Sampai di rumah, dan masih belum ada pembicaraan. Saat ini kami sudah berada di depan gerbang rumah tuan Nova. Aku cukup tahu diri untuk segera membuka pintu mobil, berencana untuk segera membuka gerbang sehingga tuan Nova bisa memasukkan mobilnya. Tapi tanganku malah dicekal oleh tuan Nova. Tuan Nova memandang ku seperti, entahlah, aku tidak bisa menebak ekspresinya. Aku sendiri tidak tahu apa yang dipikirkan tuan Nova saat ini.

"Ke.. kenapa tuan?" Suara ku bergetar, begitu pun seluruh tubuh ku. Rasanya aku sangat ingin menepis cekalan tangan itu, tapi apa daya, tubuh ku yang mungil membuat ku tak dapat berbuat banyak. Ditambah kekuatan tuan Nova yang lebih besar dari kekuatan ku.

"Kita selesaikan nanti di dalam. Sekarang buka gerbangnya!" Tuan Nova membelai pipi ku, darahku berdesir seketika menerima sentuhannya. Aku hanya dapat menganggukkan kepala dan berjalan keluar dari mobil. Tak mempedulikan debaran jantung ini, segera ku keluarkan kunci lalu membukanya.

Mobil tuan Nova langsung melesat masuk ke dalam halaman rumah. Aku menatap mobilnya sekilas, lalu segera menutup gerbang kembali, tak lupa menguncinya dengan gembok yang tak akan mampu ditembus oleh kawanan penjahat.

Aku berjalan perlahan. Bisa ku lihat tuan Nova masih di dalam mobil, belum menampakkan wajahnya dan sibuk memainkan hpnya. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan, jadi aku hanya berjalan menuju pintu dan memasukkan kunci ke dalam lubang yang pas, memutarnya dan segera membuka pintu.

Pintu sudah terbuka sempurna, tapi bisa ku rasakan sesuatu melingkar di perutku. Aku segera menoleh ke belakang dan mendapati tuan Nova yang sedang memelukku dari belakang. Rona merah langsung terpancar di pipiku. Rasanya tak percaya. Ku cubit pelan pahaku dan sadar, bahwa ini sama sekali bukan mimpi. Senang bukan main. Tapi aku merasa tak pantas diperlakukan seperti ini.

"Tuan ngapain? Ayo masuk tuan. Di luar dingin, nanti tuan sakit.'' Ucap ku mencoba mencairkan suasana sambil berharap tuan Nova akan segera melepaskan dekapannya. Tapi justru sebaliknya, tuan Nova malah semakin mengeratkan dekapannya. Membuat jantung ku memompa lebih cepat dan rasanya kakiku sudah tidak dapat menahan berat tubuhku lagi.

"Biarkan saja saya kedinginan, saya punya kamu untuk menghangatkan diri." Balas tuan Nova dengan nada rendah. Dirinya segera menenggelamkan wajahnya dibalik leherku.

Bulu kudukku langsung berdiri. Nafas tuan Nova begitu terasa di kulit leher ku. Membuat mataku terpejam dan menikmatinya. Aku tak banyak berpikir perihal perkataan tuan tadi. Aku sedang tidak dapat berpikir dengan jernih.

My Slave, My PrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang