-Nova POV-
Apa kalian masih ingat saat dimana aku mengatakan bahwa keajaiban itu nyata? Ku tegaskan sekali lagi, keajaiban itu memang benar - benar nyata, aku sudah mengalaminya berkali - kali dan aku bersyukur akan itu.
Entah harus lega atau bagaimana, tapi ketika menyaksikan Allain yang datang menolongku, membuat bebanku seakan terangkat.
Semua penjelasan dari Bastian dan Allain membuatku sadar, bahwa lawanku bukanlah lawan yang mudah. Bukan hanya fisik yang harus ku kerahkan, tapi juga otak dan kecerdikan. Aku tidak bisa melawannya dengan fisik, karena toh dia bisa melakukan apa saja. Jadi, aku harus melakukannya dengan cerdik dan taktis.
Tanpa pikir panjang, tanpa mengganti bajuku, dan tanpa banyak bicara lagi, aku berlari menuju basement. Dari posisiku saat ini, aku tahu akan memakan banyak waktu untuk sampai ke basement, aku tahu besar kemungkinannya untuk kehilangan jejak Shyela, tapi aku tidak peduli, aku tidak ingin mengambil resiko untuk kehilangan Novi, jadi aku bergegas menekan tombol lift.
"Sial, masih lama." Gerutuku.
Floor indicator menunjukkan angka 5 yang artinya lift masih dalam perjalanan menuju lantai 27. Aku menunggu dalam diam, sesekali ada beberapa pegawai yang mengamatiku, tapi aku sama sekali tak mempedulikan mereka. Semakin lama angka yang ditunjukkan semakin tinggi. Keringat terus turun membasahi tubuhku, nafasku sudah tak karuan, jantungku berpacu sangat kencang.
Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, akhirnya aku memutuskan untuk berlari menuju tangga darurat.
Ku langkahkan kakiku menuju sebuah pintu yang bertuliskan Emergency Exit, dan aku bergegas membuka pintunya. Tak ada waktu lagi, aku segera menuruni anak tangga yang jumlahnya ratusan itu. Sesekali ku langkahi dua anak tangga sekaligus. Dari lantai 27 turun ke lantai 26 dan seterusnya.
Keringat sudah mulai berkucuran membasahi tubuhku, jantungku terpompa sangat cepat, seluruh tenagaku terkuras habis, bahkan nafasku saja sudah setengah - setengah. Dalam keadaan biasa, aku mungkin tak akan mau repot - repot menuruni tangga seperti ini, tapi itu dalam keadaan biasa. Saat ini, ada seseorang yang membutuhkanku.
Hatiku bersorak gembira ketika menemukkan sebuah papan yang bertuliskan angka 1. Rasanya sangat lega. Langsung saja aku berlari menuju pintu dan membukanya. Tanpa pikir panjang, langsung ku bawa diriku menuju basement. Berlari diantara lautan mobil, mencari keberadaan mobilku.
Aku tak menunggu lama lagi, begitu ku temukkan mobilku, langsung saja aku menancap gas.
"Jangan sampai kehilangan jejak!" Ucapku fokus ke jalanan.
Pukul 14.00 tepat. Untung saja jalanan tidak terlalu ramai, sehingga aku bisa melajukan mobilku dengan kecepatan penuh sembari mencari keberadaan Shyela.
"Kemana perginya dia?" Beberapa kali aku memukul setir mobilku, tidak ada yang terjadi memang tapi aku sudah terlalu kesal. Terlambat sedikit saja, aku akan kehilangan hartaku satu - satunya, dia yang berharga dalam hidupku, dan aku tak ingin mengambil resiko itu. Membayangkannya saja tidak berani apalagi mengalaminya, mungkin aku tidak akan pernah sama lagi. Untuk selamanya.
Keajaiban selalu datang tepat pada waktunya. Tiba - tiba saja aku tahu harus pergi kemana. Shyela akan mengejar Novi bukan? Itu berarti Shyela pasti sedang menuju ....
"Rumahku." Aku memukul keningku dengan keras, merutuki kebodohanku.
"Bodoh. Bodoh. Kau membuang waktumu, Nova." Langsung ku putar mobilku menuju ke rumah. Aku tidak ingin membuang waktuku, jadi aku melajukan mobilku dengan kecepatan penuh. Beberapa mobil dan motor sempat mengklaksoniku, tapi aku tak peduli, selama nyawaku masih selamat dan selama nyawa orang lain belum menjadi taruhannya, aku akan terus berjalan dengan kecepatan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Slave, My Pride
Romance"Saya suka sama kamu, saya cinta sama kamu, dan saya pengen kita jadi kekasih." Ia lalu mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak beludru, membukanya lalu bersimpuh sambil berkata, "Mau kah kamu menjadi kekasihku?" Entah apa yang harus ku...