-Novi POV-
Kalian tahu apa hal yang paling membuatku menyesal? Tentu saja kejadian kemarin merupakan penyesalan terbesarku. Aku merasa sangat bodoh karena ya, kalian tahu apa kesalahanku. Jadi aku tidak akan mengatakannya lagi -karena aku juga tidak mau mengingat kesalahanku dan bahkan mengulanginya-.
Tadinya aku memang menikmati semuanya. Dari mulai tamparan itu, lalu permainan jarinya, sampai aku dibuatnya akan melayang. Tapi segera ketika aku akan mencapai puncaknya, tiba - tiba saja tuan Nova membawaku jatuh kembali ke bumi. Aku yang sudah sempat senang langsung terkulai lemas dan kecewa.
Hey, bagaimana pun aku sangat menikmatinya. Karena ya, kalian tahu, itu sangat nikmat. Dan aku sangat ingin merasakannya, mengeluarkannya, membuat tuan Nova terkesan. Tapi ternyata ini adalah bagian dari hukuman yang harus ku jalani.
Tuan Nova meninggalkan ku dalam keadaan setengah jengkel -bahkan kesal-. Tak lama, karena setelah itu, ia kembali dengan membawa sebuah tali.
Pikiranku langsung memikirkan hal apa yang akan tuan Nova lakukan terhadapku. Aku berharap aku tidak akan mendapat sesuatu yang nantinya akan menyiksaku.
Tuan Nova langsung berjalan menuju arahku. Aku tak dapat bergerak, hanya memandangnya. Ia semakin dekat. Aku bangkit, takut ia akan melakukan sesuatu terhadapku. Aku tidak bisa menolaknya, karena aku memang sudah melakukan kesalahan. Tapi kenapa tuan Nova sampai marah seperti ini? Mungkinkah ia... cemburu?
Ah, tidak mungkin. Tidak mungkin. Aku pasti mengkhayal. Ya, benar aku hanya berkhayal. Tuan Nova tidak mungkin... Ah sudahlah. Lupakan saja.
Pakaianku langsung dilepas. Tak disisakan apa - apa. Dan sekarang aku sudah 100% naked. Untuk beberapa saat aku sempat memergoki tuan Nova yang sedang memandang payudaraku. Tapi hal itu tak berlangsung lama, karena selanjutnya, tuan Nova segera menunjukkan senyum misteriusnya. Uh-oh. Aku sangat tidak menyukai senyuman itu.
Dan semuanya benar. Tuan Nova langsung mendekatiku. Ia berbisik tepat di telingaku, dengan suara rendah, yang membuat aku sedikit terangsang. Mungkin ini dipengaruhi ac yang membuat tubuh polosku tersapu udara dinginnya. Yang jelas aku tidak dapat berpikir apa - apa lagi. Pikiranku kosong.
"Kamu belum aku maafkan." Ucapnya renyah di telingaku. Mendengar itu, bulu kudukku langsung berdiri.
"Tu..tuan apalagi ini?" Aku bertanya dengan nada tak sabar, aku begitu penasaran. Aku ingin tahu secepat mungkin.
Tuan Nova lalu mengangkat tangan kanan ku lalu mengikatnya di pinggir kasur.
"Ini bagian dari proses minta maaf kamu." Ucapnya sembari berlalu menuju kakiku lalu mulai mengikatnya juga. Aku sangat ingin berontak, tapi aku tidak bisa.
Yap. Tuan Nova mengikat kedua tangan dan kakiku dalam keadaan telanjang bulat. Aku sangat malu. Tadinya aku berpikir tuan Nova akan melakukan sesuatu, tetapi dugaanku salah. Tuan Nova hanya bangkit berdiri, duduk di sofanya dan memandangku. Aku pasrah. Alhasil aku hanya memandang langit - langit. Dan tanpa sadar aku sudah memejamkan mataku.
-----------------------------
Sama seperti biasanya, aku terbangun dari tidurku. Tapi kali ini ada yang berbeda. Pagi ini aku bangun karena ada sesuatu yang menempel di bibirku. Lembut sekali. Aku refleks hendak meraih lehernya tapi kemudian aku sadar. Tanganku masih terikat. Dan aku segera membuka mataku.
Sesuatu itu segera menjauhiku. Dan sekarang aku bisa melihat wajah tuan Nova dari dekat. Pipi ku langsung merah. Dan menyadari posisiku yang terbilang sangat tidak enak, mampu membuat semburat merah di pipiku semakin terlihat.
Tuan Nova hanya tertawa renyah, lalu segera mengelus perlahan pipi kananku. Aku hanya melongo.
"Kamu lucu." Ia mengucapkan itu, lalu mencium pipiku sekilas dan segera melepaskan ikatan tanganku. Mulai dari tangan kanan, lalu tangan kiri. Berpindah ke kaki. Dan sekarang aku sudah terbebas. Rasanya sangat lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Slave, My Pride
Romance"Saya suka sama kamu, saya cinta sama kamu, dan saya pengen kita jadi kekasih." Ia lalu mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak beludru, membukanya lalu bersimpuh sambil berkata, "Mau kah kamu menjadi kekasihku?" Entah apa yang harus ku...