Matahari terbit dari ufuk timur, membangunkan Nova dari tidur pulasnya. Matanya terbuka, sedikit demi sedikit cahaya mulai masuk ke dalam kamarnya.
Nova sudah sepenuhnya bangun. Ia bangkit duduk, namun pusing yang tak tertahankan langsung menyerangnya. Kepalanya berdenyut tak karuan. Ia menggeram, menahan rasa yang kian dalam menyerangnya.
Serta merta ia memperhatikan keadaannya. Kamar hotel masih tetap rapih, tak ada tanda - tanda aneh yang muncul. Namun Nova langsung kaget begitu mendapati dirinya tidak mengenakan satu helai pakaian pun. Bisa dilihat, pakaiannya tergeletak begitu saja di lantai yang dilapisi karpet. Bahkan pakaian dalamnya pun tergeletak dengan keadaan yang sangat mencolok.
Nova langsung mengeryitkan dahinya. Ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi pada malam tadi, tetapi Nova sama sekali tak bisa mengingat apa yang baru saja terjadi. Semakin dalam ia mencoba mengingat, semakin pusing kepalanya, dan dirinya sama sekali tak mendapat jawaban.
Nova mendesah kelelahan. Ia meremas surainya. Yang ia ingat hanya sebatas hal yang kecil, seperti ia mengantar Shyelaa pulang, namun Shyelaa malah mengajaknya menuju sebuah club lalu Nova dipaksa untuk meminum alkohol, setelah itu Nova sama sekali tak mengingat apa yang terjadi. Ngomong - ngomong, kemana perginya Shyelaa? Dan bagaimana Nova bisa berada di kamar hotelnya? Apa Shyelaa yang mengantarnya?
Pikirannya semakin bergelut. Membuat Nova semakin sakit kepala. Ia pun bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.
Guyuran air shower membasahi tubuhnya yang polos. Nova mendaratkan keningnya ke tembok, sambil meremas surai coklatnya, ia mencoba mengingat kembali hal apa yang terjadi. Walau hasilnya nihil. Tetap saja ia tak mendapat jawaban yang pasti.
Tangannya meraih sabun, dan segera menyabuni seluruh tubuhnya. Mulai dari leher turun ke bahu, lalu menuju dada dan perutnya, dan sampailah ke benda yang sangat ia banggakan. Perlahan ia menyabuni miliknya. Kenikmatan tiba - tiba mengerogoti dirinya. Nova bergidik merasakan sensasi tersebut. Saat ia mulai terbuai dalam kenikmatan, tiba - tiba saja ia teringat akan satu hal. Novi.
Benar. Ia merasa bahwa ia tengah melakukan hubungan intim dengan Novi, tadi malam. Tapi, akal sehat meneriakinya.
"Hey, Novi sedang berada di rumah mu tolol. Bagaimana mungkin dia bisa berhubungan denganmu?" Hatinya berperang dengan otaknya.
Oh ayolah. Semua itu terasa nyata. Rasanya Novi benar - benar berada di sisinya.Fiuhh. Novi bisa membuatnya gila.
Tubuhnya sudah segar kembali. Rasa sakit di kepala perlahan mulai menghilang. Tanpa banyak bicara lagi, ia segera mengemasi barang - barangnya. Nova akan segera pulang. Menemui gadisnya.
Semua barang - barangnya sudah masuk ke dalam tasnya. Nova segera melesat keluar, meninggalkan kamar yang menjadi saksi bisu kejadian semalam. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Takdir dapat mempermainkan manusia.
Nova segera check out, ia lalu melangkahkan kakinya keluar menuju bassement. Dan segera melesat menuju Jakarta.
--------------------------------------------------
-Novi POV -
Apa kalian tahu yang namanya hancur?
Kalian tau bagaimana rasanya sakit?
Hari kedua tanpa tuan Nova, aku kedatangan tamu yang benar - benar mengejutkanku, ah bukan bukan tamu, mungkin dia akan calon nyonya ku. Juga di hari ketiga kepergian tuan dan hari ini, hari dia kembali. Aku tidak tahu apa motivasi calon nyonyaku, tapi dia terus menerus datang kemari. Ia terus meneriakkan tentang kecantikannya, dan semakin lama aku semakin terpojok. Tak dapat kupungkuri bahwa aku mulai muak dengan sikapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/44114296-288-k539574.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Slave, My Pride
Romance"Saya suka sama kamu, saya cinta sama kamu, dan saya pengen kita jadi kekasih." Ia lalu mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak beludru, membukanya lalu bersimpuh sambil berkata, "Mau kah kamu menjadi kekasihku?" Entah apa yang harus ku...