-Nova POV-
Awalnya aku merasa sedih. Jujur, aku tak ingin melepas Novi, tapi melihatnya begitu antusias saat bercerita perihal keluarganya, aku jadi berpikir ulang. Dan rasanya akan sangat egois jika aku menahannya. Jadi aku memberinya kesempatan untuk mengunjungi ibunya, hanya 2 hari, tapi aku yakin itu cukup.
Jangan bilang aku terlaluan. Biar bagaimana pun dia bekerja untukku dan aku mengajinya untuk melakukan pekerjaan yang memang semestinya ia lakukan. Maka dari itu aku hanya memberi waktu yang ku rasa cukup -juga karena aku tak kuat berlama - lama berpisah darinya.
Dengan baik hati aku mengantarkan Novi ke stasiun. Ini bukan hanya karena aku adalah tuannya, tapi juga agar aku bisa melihatnya lebih lama lagi -atau selama dia belum pergi.
Sesampainya di stasiun, Novi keluar hendak mengambil barang bawaannya, tapi dengan sigap aku mendahuluinya.
Apakah kalian percaya dengan keajaiban? Dulu, aku menganggap tidak ada yang namanya keajaiban, tapi setelah aku mengalaminya sendiri, aku jadi percaya, bahwa keajaiban itu benar - benar dapat terjadi. Seperti saat ini, dari awal aku berharap Novi tidak pergi, dan wala, ibunya menelepon dan memberitahunya bahwa beliau sedang ada keperluan, sehingga Novi tidak bisa mengunjunginya. Diam - diam aku merasa senang dengan berita yang mengejutkan tapi sangat mendebarkan ini.
Awalnya aku sangat bahagia. Aku bisa membayangkan akan menjalani hari - hari yang menyenangkan bersama Novi. Tapi tiba - tiba pekerjaan mengacaukan semuanya.
Tiba - tiba saja klien ku memajukan jadwal perjalanan bisnis yang sama sekali tak bisa aku hindari. Selain karena posisiku sebagai CEO dari perusahaan ku sendiri, aku juga tidak bisa melimpahkan pekerjaan ini kepada sembarang orang. Ditambah dengan tuntutan klien yang terus menerus mendesakku, jadi aku terpaksa harus menurutinya.
Hanya 3 hari.
Aku membereskan barang - barang yang akan aku bawa. Aku memasukkan beberapa potong kemeja dengan celana khaki, 2 potong celana jeans dan 2 kaos biasa. Setelah semuanya siap, aku memasukkannya ke dalam tas dan merapihkan penampilanku. Lalu berjalan keluar.
Dari kejauhan, aku bisa melihat Novi yang sedang membersihkan perabotan di ruang tamu. Aku hanya berjalan sambil membawa tas. Duduk di sofa sembari memakai kaos kaki.
"Tuan mau kemana?" Tanya Novi penasaran. Setelah itu aku bisa melihat ia memaki dirinya sendiri. Geli rasanya jika melihatnya seperti ini. Aku selalu bisa menebak ekspresi yang Novi tunjukkan terhadapku. Dan ekspresi seperti inilah yang selalu aku tunggu.
"Saya ada perjalanan bisnis." Balasku singkat tanpa sedikit pun menoleh kearahnya
"Berapa hari?" Sambungnya lagi.
"3 hari."
"Oh iya, tuan." Balasnya dengan sedikit kecewa. Gadis ini begitu mengemaskan. Setelah aku selesai memakai kaos kaki, aku memutuskan untuk berjalan mendekatinya.
Aku memeluk Novi dengan sepenuh hati. Berharap pelukan yang aku berikan ini dapat memberinya sedikit kekuatan agar tidak terus bersedih.
Kemudian aku melepaskannya
"Cuma 3 hari sayang." Lalu mendaratkan sebuah ciuman singkat di keningnya. Sungguh, aku sangat mencintai wanita di hadapanku ini.
Aku bisa merasakan ketengangan Novi. Dia tidak membalas pelukanku, tapi juga tidak protes dengan ciuman yang aku berikan. Jadi tanpa berpikir panjang lagi aku melanjutkan semuanya.
"Jangan kangen dengan saya ya, cuma 3 hari. Oya, saya punya hadiah buat kamu.'' Aku memberikan sebuah kotak. Tidak terlalu besar, tapi aku sangat ingin melihat ekspresi Novi saat aku memberikan barang ini. Sesungguhnya aku tidak bermaksud memberikan barang itu, tapi berhubung aku sangat menyukai reaksi yang Novi berikan, jadi aku memutuskan untuk mengerjainya barang sebentar -setelah ini aku berjanji tidak akan memberikannya barang ini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Slave, My Pride
Romance"Saya suka sama kamu, saya cinta sama kamu, dan saya pengen kita jadi kekasih." Ia lalu mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak beludru, membukanya lalu bersimpuh sambil berkata, "Mau kah kamu menjadi kekasihku?" Entah apa yang harus ku...