-Author POV-
Nova bangun dengan tekad api. Seperti hendak pergi ke medan perang. Segala persiapan telah ia lakukan, walaupun hanya menyiapkan mental, raga, dan kekuatannya, tapi ia rasa itu semua cukup. This is a war!
Nova buru - buru menuju ke kantornya, bahkan Nova pergi pada pukul 6 pagi. Pada saat itu, Novi sedang menyiram tanaman di halaman depan.
Melihat Nova yang terlihat sangat tergesa - gesa, sama sekali tak membuat Novi bertanya - tanya. Ingat. Dia sudah berhenti berjuang. Ia tak akan menganggu Nova lagi.
Nova hanya melirik Novi sekilas. Untuk sesaat, untuk sepersekian detik, Novi berharap bahwa Nova akan menghampirinya, namun Nova hanya melewatinya begitu saja.
Bukan. Bukan karena Nova sudah tak ingin berjuang untuk Novi lagi. Melainkan karena saat ini, Nova hendak melakukan sesuatu, demi gadisnya, dan kali ini ia tak ingin melibatkan Novi. Maka, Nova memutuskan, biarlah Novi tak mengetahui apa - apa. Pada akhirnya, saat semua urusan ini telah selesai, Nova akan menjelaskan semuanya kepada Novi. Simpan semua itu untuk bagian akhir.
Mengendarai lamborghininya dengan kecepatan penuh. Ditambah dengan kondisi jalan yang mendukungnya. Dalam waktu 20 menit, Nova sampai di kantornya. Langsung saja ia mendaratkan mobilnya di tempat yang sudah disediakan, khusus untuk dirinya. Setelah pas, ia bangkit berdiri dan berjalan menuju ruangannya.
Suasana kantor saat itu masih sangat sepi. Beberapa office boy dan office girl sedang membersihkan kantor. Ada yang mengepel lantai, membersihkan kaca, membersihkan meja - meja milik pegawai, dan masih banyak lagi.
Nova masuk dengan wibawanya, seperti biasa. Kedatangannya memang selalu menjadi sorotan bagi setiap orang, terlebih karena saat ini Nova datang lebih pagi dari biasanya.
Salah satu office boy bernama Paijo menyapanya.
"Selamat pagi, pak. Tumben datang pagi sekali."
"Selamat pagi. Apa pak Bastian sudah datang?" Tanya Nova langsung menuju ke pokok pembicaraan.
Yang ditanya hanya mengerutkan dahi, "Pak, tapi, pak Bastian tidak bekerja di perusahaan ini. Bukannya beliau adalah klien bapak?"
Nova langsung merutuki dirinya. Kebodohan yang sangat kecil. Dirinya lupa akan hal kecil tersebut.
"Bodoh." Rutuknya dalam hati.
"Mungkin bapak bisa bertanya kepada sekretaris bapak. Kebetulan, Bu Sally sudah datang." Usul Paijo yang langsung disambut baik oleh Nova.
"Oh. Baiklah. Terimakasih, Paijo. Lanjutkan tugasmu." Nova langsung meninggalkan Paijo. Sementara Paijo melanjutkan pekerjaannya, Nova langsung berjalan cepat menuju ruangannya. Menaiki lift menuju lantai 27.
Disana, Sally sedang merapihkan meja kerjanya.
Nova menghampirinya, membuat Sally bingung bukan main. Tentu saja, atasannya ini tidak pernah datang sepagi ini. Paling pagi jam 8, bukan jam 6.30 seperti ini.
"Sela.."
"Sally, tolong cek jadwal pertemuan saya dengan Bastian." Sela Nova sebelum Sally hendak menyapanya. Lawan bicaranya hanya mengangguk, lalu segera mengecek jadwal pertemuan atasannya dengan klien terpentingnya.
"Hari ini pak, jam 11 di ruangan bapak. Bapak akan membahas perihal proyek kerjasama antara Bapak dengan Pak Bastian." Jelas Sally sambil melihat ke arah berkas yang sedang ia pegang.
"Baiklah. Terimakasih Sally."
Nova langsung menghambur masuk ke dalam ruangannya. Di sana, ia merenung, menelungkupkan kepalanya diatas meja. Terlalu banyak masalah serta tekanan dan terlalu sedikit cara untuk menghadapinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Slave, My Pride
Romansa"Saya suka sama kamu, saya cinta sama kamu, dan saya pengen kita jadi kekasih." Ia lalu mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak beludru, membukanya lalu bersimpuh sambil berkata, "Mau kah kamu menjadi kekasihku?" Entah apa yang harus ku...