Malam semakin gelap, dan udara di sekitar mereka terasa semakin panas. Di ruang yang hanya diterangi cahaya remang-remang dari lampu di sudut ruangan, Jaemin dan Jisung duduk berdekatan di sofa, meskipun keduanya tahu bahwa dunia luar sedang mengawasi mereka. Namun, malam ini, di ruang ini, hanya ada mereka berdua.
Jaemin memandang Jisung dengan tatapan yang lebih dari sekadar hasrat. Matanya penuh dengan ketulusan yang hanya bisa dimengerti oleh Jisung, meski keduanya tahu bahwa hubungan mereka adalah sesuatu yang terlarang. Sesuatu yang lebih dari sekadar garis antara darah dan keinginan. Keduanya sepupu, tetapi rasa yang terbangun di antara mereka jauh lebih mendalam dan tidak bisa dipungkiri.
"Apa kau merasa takut?" tanya Jaemin, suara rendah dan penuh arti.
Jisung menatapnya dalam diam, mata mereka bertemu seakan waktu berhenti sejenak. Jisung tahu jawabannya, tapi kata-kata itu seperti beban yang tak bisa diungkapkan.
"Aku... aku tidak tahu apa yang aku inginkan lagi, kak," jawab Jisung, suaranya bergetar. "Aku... aku takut semua ini akan menghancurkan semuanya."
Jaemin tersenyum tipis, lalu meraih tangan Jisung dengan lembut, mengusapnya dengan telapak tangan yang hangat.
"Kita sudah terjebak dalam dunia ini, Jisung. Dan aku tidak akan pernah membiarkanmu keluar dari sini sendirian."
Keheningan sejenak memisahkan mereka, tetapi tidak ada yang bergerak. Mereka berdua tahu bahwa keputusan sudah dibuat, tetapi keduanya tidak mampu menarik diri dari ketegangan yang semakin membara. Jaemin mencondongkan tubuhnya ke arah Jisung, hanya se inci jaraknya, cukup dekat untuk bisa merasakan napas satu sama lain.
Jisung menutup mata, berusaha mengendalikan dirinya, tetapi hati dan tubuhnya sudah tidak bisa ditahan. Dengan satu gerakan cepat, Jaemin mencium bibirnya-perlahan, penuh gairah, tetapi juga penuh perasaan. Jisung terdiam sejenak, terperangkap dalam kecanggungan rasa yang membanjiri dirinya. Namun, tubuhnya yang lebih dulu bereaksi. Tangan Jisung menggapai bahu Jaemin, menariknya lebih dekat, menginginkan lebih dari ciuman itu.
Jaemin mengangguk pelan, seperti memberi izin tanpa kata-kata. Ia merasakan getaran di tubuh Jisung, getaran yang sama seperti yang ia rasakan setiap kali mereka berdekatan. Tidak ada kata yang bisa menjelaskan perasaan itu-antara keinginan dan cinta, antara keraguan dan kepastian.
Namun, di luar sana, ada dunia yang menunggu. Dunia yang penuh dengan ketegangan dan perasaan yang tak terungkapkan.
Soobin duduk di ruang tamu yang gelap, matanya menatap kosong ke luar jendela. Hatinya berdebar kencang, berusaha menenangkan dirinya. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi dia tidak bisa menarik diri. Dia tidak bisa membiarkan Jaemin dan Jisung saling mengikat dengan ikatan yang tak terputus. Tidak ada yang bisa menghentikannya.
"Aku akan mendapatkanmu, Jisung," bisik Soobin pelan.
Di sisi lain, Clara berdiri di belakangnya, menatapnya dengan ekspresi dingin dan penuh kebencian. "Kau terlalu naif, Soobin. Jisung sudah memilih. Kau hanya akan membuat semuanya lebih buruk."
Soobin berbalik, menatap Clara dengan tatapan penuh amarah. "Aku tidak peduli. Jika Jaemin bisa memilikinya, maka aku juga bisa."
Clara mendekat, suara rendah dan terengah-engah. "Kau pikir kau bisa mengalahkan Jaemin? Dia lebih dari apa yang aku bayangkan, Soobin. Aku menginginkannya, dan aku tidak akan membiarkan siapapun menghalangiku."
Di tengah percakapan mereka yang dipenuhi dengan amarah, Yeonjun berdiri di sudut ruangan, mengamati semuanya dengan senyum tipis yang tidak bisa dibaca. Semua ini adalah bagian dari rencananya. Rencana yang telah dia susun dengan cermat. Dalam keheningan itu, hanya satu hal yang pasti-ketegangan yang memuncak akan segera meledak, dan tidak ada yang bisa menghentikan itu.
Di dalam perpustakaan yang sepi, Jisung dan Jaemin masih terperangkap dalam pelukan, meskipun keduanya tahu bahwa dunia luar sedang mengawasi. Jaemin membelai pipi Jisung dengan lembut, jari-jarinya menyusuri garis wajah Jisung dengan penuh kehangatan. Jisung menatapnya dengan mata yang penuh kebingungan dan kecemasan.
"Aku takut, kak," kata Jisung lirih. "Takut semuanya akan berubah setelah ini."
Jaemin mengangkat dagu Jisung, memaksanya untuk menatapnya dengan penuh perhatian. "Kita sudah memilih jalan ini. Dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu."
Mereka berdua semakin tenggelam dalam perasaan itu, saling mendekat, tanpa bisa menahan diri. Jaemin menurunkan bibirnya ke leher Jisung, menggigitnya dengan lembut, memancing suara desahan pelan dari bibir Jisung. Semua rasa takut, kebingungan, dan kecemasan yang semula ada, kini berubah menjadi keinginan yang tak terbendung.
Jaemin tidak bisa lagi menahan diri. Ia menggenggam tubuh Jisung dengan lebih erat, menuntut lebih. Di ruangan yang gelap itu, mereka tidak peduli siapa yang melihat atau apa yang akan terjadi. Yang mereka tahu hanya satu-mereka ingin bersama.
Namun, di luar sana, ada dunia yang penuh dengan bahaya. Soobin yang tidak mau mundur, Clara yang berniat memiliki Jaemin sepenuhnya, dan Yeonjun yang mengendalikan setiap langkah mereka dari balik bayang-bayang. Ketegangan ini semakin meningkat, dan semua akan segera terungkap. Semua yang tersembunyi akan terungkap pada saat yang paling tak terduga.
Jisung merasakan tubuhnya gemetar, tubuh yang tidak hanya dipenuhi hasrat, tetapi juga ketakutan yang semakin menyesakkan. Apakah ini yang dia inginkan? Apakah dia sudah siap dengan konsekuensi dari semua ini?
Dan Jaemin, yang tampaknya tidak peduli dengan apapun kecuali Jisung, tahu bahwa jalan yang mereka pilih tidak akan mudah. Mereka terjebak dalam permainan yang lebih besar, dan mereka tidak bisa mundur.
Semua ini baru permulaan.
TBC.
See you...

KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Cousin 🔞
FanfictionSalah apa sih Jaemin di masa lalu sampai punya adik sepupu binal? Dapatkah di sebut sebuah kesialan jika Jaemin sendiri menikmatinya? Hanya kisah Jaemin dan Jisung yang menjalani hubungan yang rumit. Saling mencintai namun terhalang restu keluarga k...