E.L.U : Puzzle Kosong Enam

11.8K 796 9
                                    

Air mataku terus mengalir saat melihat tubuh Anjar di bawa ke UGD.

"Bagaimana kejadiannya sih?"tanya Pak Ridwan Edi, kepala sekolahku.

Aku geleng-geleng kepala. Gak tahu harus jawab apa.

"Tenang nak..tenang..." kata bu Nining sambil mengelus pundakku.

Aku menghapus air mataku. Bagaimana aku bisa tenang, kalo aku yang menyebabkan Anjar celaka?? Bagaimana kalo ada orang lain yang tau?? Aku bisa dituntut orang tua Anjar dan masuk ke penjara, air mataku makin membanjir. Ya Tuhan...apa yang harus aku lakukan?? Bagaimana jika Anjar menceritakan semua perbuatanku ke pihak sekolah setelah dia siuman nanti?? Aku menutup wajah sambil menangis. Aku benar-benar menyesal...

...

Selepas maghrib aku baru pulang dari rumah sakit, setelah memastikan keadaan Anjar baik-baik aja. Aku mengelus dada lega. Meskipun masih ada masalah besar di depan mata, seenggaknya aku gak sampai menghilangkan nyawa seseorang...masalah terbongkar apa gaknya tindakanku ke Anjar, itu masalah belakangan... Aku mengusap wajah dengan air di kamar mandi, saat ada seseorang yang mencekik leherku.

"Uughhh..." rintihku sambil menoleh ke belakang sambil siap menyerang.

Ternyata kak Erick.

"Kakak..."

Wajah kak Erick nampak dingin.

"Lepasin kak, sakit..."

"Jujur ya, kamu yang buat Anjar celaka?"

Aku tersentak.

"Apaan sih???! Kok nuduh aku??"

"Karena kamu yang selalu jahatin dia. Apalagi kamu yang pertama kali nemuin dia di kamar mandi...aku yakin itu disengaja. Apalagi di RS tadi kamu terus-terusan nangis. Muka kamu juga panik banget...pasti karena ada apa-apanya kan??"

"Jangan sembarangan ngomong dong kak!! Kalo emang aku pengen celakain Anjar, kenapa juga aku tolong dia??"kilahku.

Kak Erick terdiam.

"Baiklah. Kita dengar aja keterangan Anjar nanti. Maaf kalo aku udah nuduh kamu..." kata kak Erick sambil melepaskan cengkeraman tangannya dari leherku.
Aku membungkuk di depan wastafel dengan tangan memegang kedua sisinya dengan kuat.

'Apa aku harus bertahan dengan rasa cintaku ke kak Erick??' gumam hatiku bertanya-tanya...

...

Dua minggu kemudian...

Anjar sudah diperbolehkan keluar dr rumah sakit. Bahkan ia langsung balik ke asrama dengan kepala masih diperban. Aku gemetaran saat melihat kedatangannya. Apalagi saat ia menatapku agak lama. Tatapannya terkesan dingin. Aku tak kuasa menatap mata yg dulu selalu berbinar-binar itu. Aku menundukkan pandangan..

Aku ingin sekali sebenarnya melihat keadaan Anjar. Hanya saja gengsi masih menyelubungi hatiku. Belum lagi di kamar anak itu banyak sekali penghuni asrama yang lain. Aku enggan bergabung dengan mereka. Aku pun akhirnya mengurung diri di dlm kamar. Aku merebahkan badan di ranjang sambil mendengar lagu klasik. Akhirnya aku tertidur...

...

Tengah malam aku terbangun karena kebelet pipis. Rasanya malas banget buat bangun. Tapi daripada nahan pipis yang bisa jadi penyakit atau ngompol mendingan bangun deh. Dengan mata yang masih dirayapi kantuk aku berjalan ke kmar mandi. Huuffhh...lega banget deh rasanya udah pipis. Aku kembali ke kamar. Tapi waktu mau masuk, aku lihat pintu kamar Anjar masih terbuka. Wah ngapain tuh anak jam segini belum tidur? Atau jangan-jangan dia lupa tutup pintu lagi. Periksa dulu ah...

Everybody Loves UdongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang