Perpisahan

1.4K 41 0
                                    

Multimed : Pemeran Gadis Permata Ayu

Semalat membaca:)

Salam,
-ananda.p.a-

***

- Bandung, tempat sekolah Gadis -

'Tee..t.. Tee..t.. Tee..t..'
Sontak semua orang yang berada di dalam kelas menghembuskan nafasnya lega dan kasar, tak terkecuali aku. Lega sekali karena Ujian Nasional telah berakhir. Semua siswa langsung bergegas keluar setelah mengumpulkan lembaran yang telah membuat otak kami hampir meledak. Akupun segera mengambil tasku dan keluar dari ruangan panas ini setelah melihat keadaan kelas mulai tak berpenghuni. Kulihat ada para siswa-siswi tengah berkumpul bersama teman-temannya, makan bersama, dan bahkan ada yang berduaan. Issh! Aku saja risih melihat sepasang manusia yang sedang bermesraan. Kulangkahkan kakiku menyusuri lorong-lorong sekolah, untuk mengingat saja bahwa aku pernah bersekolah di sini, merajut impian, menimba ilmu, bahkan mendapatkan teman-teman yang baik.

"Hay, Dis!" aku merasakan seseorang menepuk pundakku. Reflek aku menoleh.

"Oh hay, Mar" aku tersenyum sembari membalas sapaannya. Dia Damar, salah satu teman kelasku.

"Setelah ini mau kemana?"

"Aku akan menetap di Bandung. Menjaga nenek yang umurnya sudah tua, ya.. mungkin ada kerjaan di sana atau berjualan kue buatan nenek."

Damar tersenyum. Pria manis..

"Salamkan salamku untuk nenek. Katakan padanya kue yang dibuatnya sangat enak dan manis. Dan sayangnya aku harus berpisah dengan cucunya juga." Damar tersenyum sedih. Aku jadi ikutan sedih berpisah dengannya. Dia pria yang baik, sangat baik. Dia bahkan pernah menolongku melunasi semua tagihan kos-kosan yang kutempati selama 2 tahun ini. Pria baik, bukan? Dan aku harus berpisah dengannya.

"Jangan bersedih. Kita pasti akan bertemu kembali. Kau kan juga punya nomerku. Kita masih bisa saling komunikasi, bukan? Jaman sudah canggih, Mar." aku tertawa bertanya-tanya mengapa Damar sampai tak tahu hal ini. Dia membalas dengan tertawa... getir? Ada apa?

"Aku akan kuliah di Jerman. Aku juga akan sulit menghubungimu. Tapi aku janji akan menghubungimu." dia tersenyum, yang langsung kubalas dengan senyuman manisku.

"Jaga dirimu baik-baik selama disana, Dis. Maaf aku tak bisa lagi berada didekatmu."

Dia memelukku. Setetes air mata jatuh membasahi pipiku. Mengingat semua kebaikannya, aku jadi merasa berhutang budi. Aku membalas pelukannya dan memeluknya semakin erat.

"Damar, kau tahu aku wanita kuat. Jangan mengkhawatirkanku. Terimakasih untuk segalanya, yang tak bisa kubalas dengan apapun. Jaga dirimu baik-baik disana, Damar. Kau akan selalu menjadi sahabat terbaikku." aku berusaha menahan air mataku yang semakin menumpuk di pelupuk mata. Kulihat Damar sepertinya menangis, lalu tersenyum.

"Aku akan berangkat hari ini. Selamat tinggal, Gadis. Sampai jumpa di lain waktu. Kau... sahabat terbaikku. Terimakasih untuk semuanya. Aku pamit"

Aku hanya dapat melihat punggung tegapnya yang berjalan menjahuiku. Aku menghela nafas kasar. Aku akan merindukannya. Well, tentu saja sebagai sahabat. Jangan berfikir aku mencintainya, bahkan sampai sekarangpun aku tak pernah merasakan jatuh cinta, yang kata orang jantung akan bekerja tidak normal. Cih! Mana? Bullshit kan!

Tak sedikit teman-teman yang menyapaku. Entah hanya sekedar mengobrol, atau bahkan ada yang meminta nomer dengan alasan agar tidak putus hubungan setelah lulus. Hah? Padahal seingatku dia bukan teman sekelasku. Huft... Sudahlah, biarkan saja. Toh aku juga menyuruh mereka untuk memberi nama ketika sms.

Pagi telah menjadi siang, panas matahari mulai terasa di kulit ku. Ku langkahkan kaki keluar dari sekolah setelah puas mengelilingi sekolahan. Banyak murid lainnya yang belum pulang. Entah untuk mengobrol dengan temannya, atau yang mengenang pernah sekolah di tempat ini. Kulihat Pak Mul -satpam sekolahku- tersenyum ramah padaku dan kubalas dengan senyum ramahku.

***

Memakan waktu setengah jam dari mulai naik bis sampai di kos-kosan ku. Kurebahkan badanku di kasur yang tidak terlalu empuk, melihat kondisi keuanganku yang menipis. Untung saja ada Damar yang mau menolong. Aku jadi teringat dengannya. Bagaimana dia sekarang, ya? Ku coba pejamkan mata, menikmati angin yang keluar masuk jendela mengenai badan yang penuh keringat. Perlahan kenyamanan datang hingga pada akhirnya aku benar-benar terlelap.

~•~

Terimakasih telah membaca:)

Semoga cerita ini dapat menghibur kalian di dini hari ini:)

Please vote and coment:) Mari kita berbincang-bincang:v

Selasa, 13 November 2015
00.34
Salam,
-ananda.p.a-

PREMAN Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang