Janji [2]

380 10 0
                                    

Hai hai! Ada yg kangeng Liam-Gadis?

Happy Reading, guys!

Ups, sorry typo. Males ngoreksi haha.

===========================

Sosok pangeran yang berdiri dihadapanku sedang mengulurkan tangannya yang dibalut sarung tangan berwarna putih. Mau apa dia? Walaupun wajahnya terlihat buram, namun aku yakin dia sangat tampan. Tapi, kenapa wajahnya buram?

"Hei?"

Suara itu. Aku kenal betul suara itu. Astaga! Apa pangeran itu dia?

"Hei, Dis?"

Aku merasakan tepukan kecil di pipiku, tangannya sangat lembut, harum parfum yang menguar dari tubuhnya mampu menarik indera penciumanku. Dan aku seperti mengenal aroma ini.

"Aw! Kenapa pangeran mencubit pipiku!" Aku membulatkan mataku. Bertanya-tanya kenapa ada Liam di hadapanku.

"Mana pangeranku?!" Aku sedikit berteriak karena terkejut bahwa saat ini dia ada di atas kasur. Apa yang dia laku... Tunggu. Kasur?

"Aku bermimpi?" Aku bertanya pada Liam yang hanya diam dengan satu alisnya yang terangkat. Hm, hanya mimpi ya. Aku kembali merebahkan tubuhku dan seketika sadar akan sesuatu.

"Turun dari kasurku. Apa yang kamu lakukan?" Aku mendorong Liam namun dia diam saja. "Turun nggak? Nanti nenek lihat!" Aku kembali mendorong Liam.

"Belum mandi? Kamu janji mau menemaniku."

O-oh, aku lupa.

"Iya. Keluar dulu, aku mau mandi. Oke?" Aku beranjak dari atas kasur dan mendorong Liam keluar dari kamarku.

***

Kami menunggu Kak Aston di depan gedung tua. Keheningan menjadi suasana yang dominan saat ini. Aku tahu dia belum siap untuk bertemu papanya setelah sekian lama.

Aku ingin menggandeng tangannya, mengaitkan kelima jariku pada jarinya yang besar.

Dia masih mencitai perempuan itu, Ica.

Sial! Kenapa pemikiran itu berani-beraninya masuk dalam otakku! Aku mengurungkan niatku dan sesekali menatap Liam.

"Dis?" Aku menoleh. Ternyata Liam memanggilku tanpa menolehkan wajahnya. Ia tetap saja menatap jalanan dengan kosong.

"Ada apa?"

"Ayok pulang."

Pulang?!

Sebelum aku marah, sebuah mobil hitam berhenti di depan kami. Lalu kepala Kak Aston muncul dari kaca mobil. Dan saat itu, aku membuka pintu mobil kemudian mendorong Liam cukup keras untuk masuk kedalamnya.

Biar saja. Ingatkan padaku jika aku belum memarahinya!

***

Bangunan bercat putih kecoklatan memberikan kesan tua. Bangunan tua ini, tempat papanya Liam dirawat. Beberapa orang--tidak ada remaja disini, hanya orang kisaran umur dua puluh lima ke atas--berlalu lalang di sekitar bangunan.

Aku melihat Kak Aston dengan wajah berseri sedang menengok kesana kemari untuk mencari ayahnya. Dan Liam yang sedari tadi hanya menatap jalanan dengan kosong.

Aku tidak tahan! Sungguh! Kuberanikan diri untuk menggandeng tangannya, mengaitkan jari kami. Dan gelenyar aneh yang timbul pada diriku membuat aku semakin yakin bahwa aku mencintainya. Dia tidak menoleh, hanya membalas kaitan jariku dengan sangat kuat--tapi tidak membuat sakit.

PREMAN Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang