Hayy!! Aku datangg lagi. Ini buat yang kangen Liam sama Gadis. Sebenarnya belom di copy semua ke laptop, tapi aku gamau gantungin terlalu lama.
Okke langsung saja,Happy Reading, guys!
Salam,
-ananda.p.a-***
Terlihat sepasang manusia tengah asik mengobrol tentang hal-hal kecil yang mampu mengundang tawa mereka. Mereka adalah Liam dan Gadis, yang tengah duduk di kursi kayu dengan secangkir teh dan kopi, dan beberapa camilan.
"Nah, aku sudah menceritakan tentangku. Sekarang, giliranmu." ucap Liam pada Gadis dan terlihat Gadis mematung.
'Masa lalu? Mama. Papa. Kecelakaan. Mereka...'
Batin Gadis yang semakin menegang mengingat masa lalunya dan matanya kini tengah dipenuhi oleh air mata yang siap meledak. Liam yang menyadari perubahan Gadis langsung menggeser duduknya agar semakin rapat dengan Gadis.
Tubuh Gadis semakin bergetar ditambah dengan air mata yang semakin deras mengalir. Lalu Liam mulai merangkul pundak Gadis untuk sekedar menenangkannya.
"Hey! Bocah menangis? Eh?" ucap Liam dengan nada jenakanya. Lalu Gadis menoleh pada Liam sambil mengusap sisa air matanya.
"Merusak suasana!" omel Gadis pada Liam.
"Harus! Suasana 'lembek' harus dirusak." balas Liam, dan Gadis hanya mendengus kesal.
"Sudah nangisnya? Sekarang cerita!" desak Liam karena ia sungguh penasaran.
Sejenak Gadis diam, menghirup nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan perlahan sebelum bercerita.
"Aku tidak punya masa lalu." Ucap Gadis datar, sedangkan Liam terkejut tidak percaya mendengar ucapan Gadis barusan.
"Kau bocah bodoh atau bagaimana sih?! Tidak punya masa lalu?! Gila! Kemarin menceramahiku tentang masa lalu. Lalu kau sendiri?!" Liam menghembuskan nafas kasarnya sebelum melanjutkan perkataannya. "Sudahlah! Bilang kalau tak mau berce--"
"Waktu aku kecil orang tuaku meninggal karena kecelakaan pesawat. Lalu semua aset perusahaan ayah disita bank untuk melunasi hutang-hutangnya. Dan aku tinggal bersama nenek selama ini. Sudah. Hanya itu. Aku tidak punya masa lalu lagi yang harus diceritakan."
Liam menghela nafas, mencoba menetralkan emosi yang sempat membendungnya. Lalu ia kembali menghadap Gadis, menatap sosok wanita yang akhir-akhir ini menemaninya. Tangannya terangkat untuk mengusap rambut Gadis, menjangkau dagunya yang tertutup rambut karena ia menunduk, lalu membawanya untuk menghadapnya.
"Aku tidak tahu harus bilang apa. Em... Begini... Se...mu...a orang pu...nya ma...sa lalu... Lalu apa ya?"
Gadis terkikik geli melihat Liam yang saat ini tengah berpikir mencari kata-kata -yang mungkin ia katakan pada Liam tadi- dengan bola mata yang berputar ke atas kanan dan kiri -berfikir.
"Arrgg! Aku tidak tahu. Begini.. Coba resapi yang kau katakan padaku tadi. Ingat kan?"
Gadis hanya mengangguk dengan senyuman yang masih setia berada di bibirnya. Liam terenyuh melihat senyuman Gadis.
"Begini kan cantik." Ucap Liam tanpa sadar dan segera menutup mulutnya dengan salah tingkah. Membuat Gadis terkikik geli.
"Em... Maksutku... Anu--"
"Hahaha"
Gadis tertawa terbahak-bahak karena melihat kegugupan Liam yang nampak jelas. Liam hanya memberengut kesal.
"Liam, boleh aku bertanya?" Tanyanya disela tawa kecil. Dan di jawab oleh anggukan Liam.
"Kenapa kak Aston selalu pakai setelan jas. Apa pekerjaannya?" Liam terdiam mendengar pertanyaan Gadis.
"Nanti kau akan tahu." jawab Liam lirih dengan pandangan menerawang. Gadis hanya diam menanggapi jawaban Liam.
'Ada apa sebenarnya?' batin Gadis terus berteriak bertanya tentang Liam.
"Tidurlah. Aku pergi." pamit Liam sambil berdiri dan mengusap kepalaku pelan. Aku mengangguk sambil memejamkan mata, merasakan nyamannya usapan seseorang yang dapat membuat jantungnya bekerja lebih cepat saat bersamanya.
***
"Ayah..." ucap seorang pria yang sedang duduk bertumpu lututnya dengan tangannya yang mengusap lembut lelaki tua di depannya yang kini sedang duduk dengan pandangan menerawang.
"Kenapa dia meninggalkanku?"
Kaliamat yang terlontar dari mulut lelaki tua itu membuat seseorang yang berlulut didepannya menjadi senang sekaligus sedih. Matanya mulai menggenangkan air dan mulutnya mulai tersenyum.
'Ayah berbicara. Tapi... Kenapa harus mencari dia?'
Batin pria itu dengan perasaan sedih. Melihat kondisi ayahnya yang mulai membaik namun masa lalunya tak bisa luntur dari kepalanya.
"Ayah ini aku, Aston. Apa kau ingat?" ucap Aston lirih memandangan ayahnya.
Sudah puluhan kali Aston mengatakan bahwa dia anaknya, namun selalu tak dihiraukan ayahnya yang hanya menatap jalanan dengan pandangan kosongnya.
"Kau... Aston?"
Dua kalimat yang mampu menegangkan tubuh Aston. Perlahan kupu-kupu mulai hinggap di perutnya. Mengetahui bahwa sang ayah yang sudah tiga tahun terpuruk kini sudah mulai mengingatnya.
"Ayah... Kau ingat aku?"
Kini Aston mulai berdiri lalu duduk disebelah ayahnya tanpa melepaskan tautan tangan mereka. Sejenak ayahnya meneliti wajah Aston. Perlahan tapi pasti, air matanya juga turut menemani matanya yang masih setia menatap Aston.
"Kau anakku."
Kini mereka tengah berpelukan. Meluapkan segala kerinduan dengan pelukan yang semakin erat serta air mata juga turut menemani mereka.
"Aston maafkan aku."
Ucap sang Ayah lirih yang mampu membuat air mata Aston malah semakin deras. Aston hanya bisa menggeleng menjawab perkataan ayahnya.
'Terimakasih, Tuhan. Kau kembalikan Ayahku.'
Aston tidak henti-hentinya mengucap rasa terimakasih dan rasa syukur kepada Tuhan yang selalu menyertai hidupnya.
Setelah mereka puas berpelukan dan melepaskannya perlahan seakan tak rela melepas pelukan. Ayah Aston menatap Aston sendu. Lalu Aston menggeleng seraya tersenyum mencoba memberitahu ayahnya bahwa ini semua bukan salahnya.
"Dimana adikmu?"
Lagi-lagi Aston harus terpaku mendengar pertanyaan ayahnya.
'Dia mengingatku dan juga Liam. Apa kondisinya benar-benar sudah membaik?'
~•~
Terimakasih telah membaca:)
Please vote and coment, guys! And thanks for your vote and coment :v
See ya.
Minggu, 27 Desember 2015
13.18
Salam,
-ananda.p.a-
KAMU SEDANG MEMBACA
PREMAN Jatuh Cinta
LosoweGadis Permata Ayu Wanita polos yang tak pernah takut sedang merasakan detakan jantungnya yang tak pernah normal jika bertemu dengannya. Liam Valdini Pria yang ditakuti banyak orang karena ulahnya yang mencuri dan tawuran, tengah merasakan kembali ja...