Aku mencintainya?

537 17 0
                                    

Selamat membaca:)

Salam,
-ananda.p.a-

***

Gadis Permata Ayu

"Yah beres! Semua sudah siap. Nenek Gadis berangkat ya. Assalammu'alaikum!

Teriakku dari luar rumah karena saat ini aku akan melakukan seperti biasanya, berjualan kue. Dan aku mulai menaiki sepeda kayuhku saat setelah mendengar teriakkan 'Ya' dari nenek.

Dan sampailah pada pasar yang pernah aku datangi bersama Liam, Dafa, dan Fai. Hm. Kira-kira mereka dimana. Tumben tadi pagi tidak ke rumah, bahkan saat ini hampir siang pun mereka belum ke rumah. Mungkin saat aku berangkat, mereka menuju rumah.

Aku mulai menjajakan kue ku. Berkeliling dengan sepeda kayuhku sambil berteriak kue kue. Satu persatu pelangganku membelinya. Hingga tinggallah beberapa biji kue dan aku memutuskan untuk pulang saja. Toh juga sudah sepi.

Aku mencoba melewati gedung tua tempat pertama kali aku bertemu dengan Liam. Aku berhenti di dekat gedung dan duduk disebuah kayu. Sejenak pikiranku melayang pada saat pertemuan pertama ku dengan Liam yang diawali oleh perdebatan karena lagaknya yang preman, dan aku yang tidak takut sama sekali. Aku tersenyum membayangkannya.

Bahkan aku masih menganggap ini mimpi. Apalagi dengan kata-kata Liam yang mengatakan merindukanku. Bahkan senyumanku semakin melebar mengingat semuanya.

"Dasar om preman." Kataku sambil terkekeh.

"Memikirkan Liam, eh?"

Aku menoleh mendengar suara yang sepertinya kukenal. Dan mendapati seseorang yang menggunakan setelan jas dan celana panjang senada.

"Kak Aston!" pekikku saat menyadari bahwa ia adalah kakak Liam.

Aku menggeser dudukku, memberinya tempat agar ikut duduk disampingku. Kemudian Kak Aston duduk disampingku.

"Apa kabar, kak?" Aku sedikit basa-basi memulai percakapan.

"Baik. Kau?"

Aku menganggukan kepala sebagai jawaban. Dan kak Aston mengambil dua minuman kaleng dan menyodorkan salah satunya padaku. Aku menerimanya sambil tersenyum sebagai ucapan terimakasih, dan Kak Aston mengangguk. Kami minum dalam diam. Menikmati segarnya minuman dingin setelah berjam-jam berke--

"Bagaimana hubunganmu dengan Liam?"

-- huk uhuk!

Dan pertanyaan kak Aston berhasil membuatku tersedak.

"Hati-hati, Dis. Apa ucapanku salah?"

Aku masih saja terbatuk-batuk bahkan mataku sudah memerah. Aku merasakan tepukan kecil di punggungku.

"Hub--hubungan apa, kak? A--aku han--nya bertemah. Yah berteman!"

Dan kenapa mulut ini malah mengucapkan kata yang terbata-bata(?) Oh God!

"Kenapa gugup? Berteman kan juga hubungan. Hubungan pertemanan." Balas kak Aston yang membuatku malu. Kenapa juga aku harus gugup? Kedengar kak Aston terkekeh.

"Apa kau menyukai Liam?"

Deg.

Seperti ada hantaman keras pada hatiku, yang menyadarkanku bahwa ada yang berbeda dengan semua ini.

Apa aku mencintai Liam?

Sebuah pertanyaan sederhana yang dapat membuatku bungkam seribu bahasa. Ingin sekali aku mengatakan tidak. Tapi kenapa rasanya sulit. Tidak mung--

Buggh

Aku tersadar dari lamunanku ketika mendengar suara orang jatuh. Dan aku menemukan Liam yang sudah berbaring di tanah dengan muka memar dan nafas yang ngos-ngosan. Ada darah disekitar pelipisnya.

"Astaga, om! Kau kenapa?!"

Aku ikut menunduk untuk melihatnya. Dia sempat meringis ketika lenganku tidak sengaja menyenggol lengannya. Jadi lengannya juga terluka?!

"Sakit, bocah!"

Aku jengkel mendengar dia memanggilku bocah! Di depan Kak Aston! Dan yang kulihat kak Aston hanya terkekeh. Untuk apa? Tidak mungkin kan untuk Liam yang sedang terluka begini.

"Aku pergi dulu. Dis, ucapanku betul, kan?"

Sejenak aku berfikir yang diomongkan kak Aston. Tanganku yang masih menempel pada muka Liam, kini mulai bergerak menyusuri lebam-lebamnya.

Melihatnya terluka, seperti ada sayatan yang muncul di hatiku. Dan aku baru menyadari bahwa jantungku bekerja tidak normal. Lima kali lebih cepat dari biasanya.

"Dis! Hey! Kau kenapa, sih?!"

Tak kuhiraukan panggilannya. Kini mataku mulai bergerak untuk menatapnya. Menatapnya lebih dalam, mencari sebuah jawaban tentang perasaanku. Saat aku sadar dengan apa yang kulakukan, ku pejamkan mataku. Memutus kontak mata antara aku dan Liam.

Saat aku membuka mata, yang kulihat adalah Liam yang menatapku dengan pandangan bertanya.

"Bocah tengil, kau tidak apa?"

Mendengar itu, perasaan kesal ku muncul. Langsung saja aku menekankan jariku pada luka lebamnya.

"Aww! Sakit, bocah! Kau ini kenapa? Tadi melamun, sekarang malah membuat luka ku sakit! Huh!"

Aku memutar bola mata malas. Bocah lagi-_-

"Aku yang tanya! Kenapa kau luka-luka begini?!"

Belum sempat Liam menjawab pertanyaanku, Dafa dan Fai datang dengan nafas ngos-ngosan dan ikut duduk berselonjor di tanah.

"Hah hah. Liam--hah habis ta--hah--wuran."

Dafa menjawab dengan terengah-engah dan terlihat luka kecil di wajahnya. Aku mendengus kesal. Lalu bangkit menuju sepeda kayuhku. Mencari kotak obat yang selalu nenek siapkan untuk berjaga-jaga.

Setelah menemukan kotak obatnya, aku juga mengambil dua botol air putih untuk mereka. Dan berjalan menuju Liam karena Dafa dan Fai langsung berebut air putih.

"Kemari." perintahku pada Liam dan ia menurut dan duduk disampingku. Sementara aku melumuri kapas dengan obat merah.

"Kalau nggak bisa bertengkar ya jangan bertengkar! Untungnya tawuran apa, ha?!"

Aku mengolesi luka lebam Liam dengan perlahan, sambil mengomelinya dan kadang juga menekannya jika terdengar ia mengaduh.

"Sakit kan? Kalau sudah tahu sakit kenapa tawuran, hii!"

Aku sungguh kesal sendiri melihat Liam terluka. Entah kesal untuk apa. Dan saat mata kami bertemu. Aku menemukan Liam yang menatapku dengan pandangan teduhnya.

Kami terus menatap. Entah, hanya aku dan Liam yang tahu arti tatapan masing-masing dari kami. Bahkan aku tak dapat mengutarakan arti tatapan itu.

Bibir kami perlahan terangkat, membentukan sebuah lengkung dimana kami sama-sama merasakan getaran aneh. Mungkin itu yang terjadi pada Liam. Aku tidak tahu.

Bahkan entah siapa yang memulai, jarak wajah kita semakin dekat. Bibir kami masih sama, tersenyum. Jika memang ini akan berlanjut, maka ini yang pertama bagiku.

Tapi...

~•~

Terimakasih telah membaca:)

Bagaimana? Seru? :v

Please vote and coment, guys! And thanks for your vote and coment:v

See ya.

Senin, 23 November 2015
16.17
Salam,
-ananda.p.a-

PREMAN Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang