Selamat membaca:)
Salam,
-ananda.p.a-***
Gadis Permata Ayu
Hari ini aku sudah bersiap dengan tas belanjaan yang kubawa. Aku tidak berjualan, melainkan membeli bahan-bahan untuk mencoba membuat kue lain. Seperti biasa, Dafa dan Fai juga membantuku. Mereka sudah menjadi teman baikku.
"Kau ini apa-apaan?"
"Diamlah!"
"Kau yang memulai."
"Kira-kira Liam dimana, ya?"
Deg
Kini mereka tengah berdebat entah tentang apa. Sampai satu kalimat yang mereka lontarkan, membuatku diam. Bahkan langkahku saat ini tengah berhenti. Aku diam.
"Dis, kau kenapa?"
Aku merasa bahuku digoncangkan oleh seaeorang. Namun aku tidak bergerak. Pikiranku melayang padanya. Seseorang yang satu minggu ini menghilang, tanpa apapun.
Aku sedih. Mataku memanas. Entah karena apa. Yang kuinginkan hanya bertemu dengannya. Entah perasaan ini. Atau... OH TIDAK! INI TERLALU CEPAT! Tapi ini juga yang pertama bagiku. Kepalaku terasa berat, mataku mengabur, hingga kegelapan menghampiriku dan aku tidak dapat lagi merasakan apa-apa.
Aku terlalu merindukannya.
***
Liam Valdini
Kini aku berada di kamar seseorang. Seseorang yang telah kurindukan. Tanganku masih setia menggemgamnya. Mataku masih menelusuri wajah cantiknya. Namun tidak kali ini, bukan wajah cantik yang kulihat, namun wajah sayunya dan bibir pucatnya yang kentara.
Hatiku teriris melihatnya. Gadis. Bocah tengil ini mengapa menjadi begini. Yah! Aku menemukannya ketika mendengar suara Dafa berteriak memanggil nama Gadis. Kebiasaan paniknya, jika sudah tahu pingsan diteriakipun tidak akan bangung.
Dan setelah membawanya ke kamar Gadis. Aku menyuruhnya pergi. Tentu saja aku tidak ingin dia mengganggu Gadis. Tenang saja! Aku sudah meminta izin nek Imah bahkan dia menyuruhku menunggu Gadis hingga sadar.
Jariku kini mulai bergerak ke wajahnya. Merapikan poni yang berantakan, mengelus keningnya, pipinya, hingga ke bibirnya. Pucat. Aku menunduk, bertanya pada diriku sendiri.
'Apa dia juga merindukanku?'
Kata nenek Imah, Gadis jadi jarang makan semenjak aku pergi, padahal dia punya maag. Dasar bocah bodoh! Sudah tau punya maag kenapa jarang makan! Senyuman terukir di bibirku. Secercah harapan muncul.
'Mungkin dia juga merindukanku.'
Kuusap pipinya yang lembut. Dan itu berhasil membuatnya bergerak. Matanya perlahan terbuka. Dan saat matanya terbuka sempurna, dia menatapku dengan pandangan terkejutnya, matanya berkaca-kaca.
"Hey, ada apa?"
Satu bulir air mata keluar dari matanya. Kuusap air matanya yang perlahan keluar. Hingga isakan lolos dari mulutnya. Dia masih setia menatapku.
"Aku disini. Aku Liam."
Sedetik kemudian setelah aku mengatakannya, dia memelukku. Memelukku erat dan sepertinya menahan tangisannya karena hanya isakan tertahan yang lolos dari mulutnya.
Aku membalas pelukannya. Rasa hangat menjalar ke seluruh tubuhku. Kami sama-sama mengeratkan pelukan kami, membalas pada waktu yang pernah memisahkan kami. Kuelus rambutnya. Dan perlahan isakan tertahannya berhenti berganti isakan kecilnya.
15 menit kami bertahan dalam keadaan seperti ini. Hingga Gadis melepaskan pelukan kami dengan perlahan, lalu menundukkan kepalanya. Kulihat dia sedang memainkan ujung kaosnya.
Dia gugup, he?
Serngai muncul dibibirku. Bocah tengil ini kelihatan gugup karena kepalanya yang terus-terusan menunduk dan kedua tangannya yang tidak hentinya memainkan ujung kaos yang ia kenakan.
Aku menyentuh dan menaikkan dagunya agar dia melihatku. Namun dia semakin menundukkan kepalanya. Aku terkekeh. Juga tidak menyerah hingga akhirnya dia pasrah dan menatapku.
"Jadi bocah tengil ini merindukanku, hm?"
Gadis melototkan matanya.
"Jangan melotot. Matamu sudah sembab malah melotot, kau sangat jelek sekali."
"Om preman gila!"
Lalu dia pergi ke kamar mandi. Menutup pintunya dengan keras. Hhh. Sepertinya dia gugup.
Dan aku masih setia menunggunya sampai dia keluar kamar mandi dengan tangannya yang memegang perutnya erat. Bibirnya kembali pucat.
"Dis, kau tidak apa?"
Aku sungguh panik! Bagaimana tidak. Saat ini tubuh Gadis sudah merosot ke tanah. Ia bersandar pada tembok dengan lutut yang ditekuk. Kepalanya menunduk.
Tidak mau lama lagi, aku segera menggendongnya, kembali merebahkan tubunya ke kasur. Namun ia kembali menekuk lututnya, menahan kedua tangannya diantara perut dan pahanya.
Setetes air mata keluar dari matanya. Aku kembali mengusapnya. Keringat dingingnya sudah ada di sana sini.
"Aku ambilkan makan. Kau punya maag kenapa jarang makan, ha? Dasar bocah tengil! Menyusahkan."
Aku sedikit membentaknya. Itu harus! Karena kebodohannya ia menjadi seperti ini kan.
Itu juga karena kau yang meninggalkannya, Liam. Dia merindukanmu.
Saat hatiku berbicara, pandanganku pada Gadis melemah. Ini juga salahku.
"Ti...dak usah. Aku da...tang bulan." Ucap Gadis lirih.
Datang bulan? Apakah ini yang namanya dilep? Lalu aku hanya diam. Memandangi Gadis kasihan. Sesakit inikah datang bulan? Lalu bagaimana jika melahirkan? Berapa kali lipat sakitnya.
Kini Gadis tidur dengan posisi yang sama. Menekuk lututnya, menghadapku yang saat ini berbaring disebelahnya, menghadapnya juga. Aku tahu dia tidak tidur, hanya memejamkan mata. Mungkin dengan itu, dapat mengurangi rasa sakitnya.
"Aku merindukanmu, bocah tengil."
Aku mengatakannya sambil mengelus kepalanya. Sedetik kemudian dia membuka matanya, terkejut. Kutampakkan senyuman lebarku. Dan dia ikut tersenyum dengan matanya yang perlahan tertutup. Akupun ikut memejamkan mata. Menyusulnya yang kini terlelap ke alam mimpi.
Biarkan semua berjalan apa adanya. Aku akan menunggu skenario Tuhan yang indah itu. Tentu saja setelah Tuhan memberiku skenario buruk yang membuat hidupku berubah.
~•~
Terimakasih telah membaca:)
Please vote and coment, guys! And thanks for your vote and coment!:v
See ya.
16 November 2015
10.58
Salam,
-ananda.p.a-
KAMU SEDANG MEMBACA
PREMAN Jatuh Cinta
RandomGadis Permata Ayu Wanita polos yang tak pernah takut sedang merasakan detakan jantungnya yang tak pernah normal jika bertemu dengannya. Liam Valdini Pria yang ditakuti banyak orang karena ulahnya yang mencuri dan tawuran, tengah merasakan kembali ja...