Bara menatap nanar adiknya yg duduk ditaman belakang rumah. Dia baik baik saja secara fisik. Hanya psikisnya...
Zu tidak pernah bicara sama sekali seminggu ini. Tidak di sekolah ataupun di rumah. Dia bungkam.
Pandangannya pun kosong. Seperti seseorang yg terkena hipnotis. Seperti mayat hidup, seperti boneka hidup."Zu.. Kita kerumah sakit yah, ketemu sama temen abang." ajak Bara pada suatu sore.
Zu tak menjawab. Matanya masih menatap lurus kosong. Dibenaknya hanya ada wajah Kevin yg sedang tersenyum.
Bara mengangkat bahu Zu pelan dan menuntunnya memasuki mobil. Membawanya pada pskiater rumah sakit tempatnya bekerja.
__
Zu duduk diruang serba putih. Hanya ada sofa panjang warna coklat yg didudukinya sekarang, selain itu ada meja besar dan kursi yg diduduki seorang wanita muda dengan kemeja ungu yg dilapisi jas putih ala dokter. Kacamata menggantung dihidungnya. Dia sedang memperhatikan Zu dengan seksama. Sesekali menulis entah apa disatu note dihadapannya.
"Apa yg kamu rasakan Zu ??" tanya wanita itu lembut. Zu masih duduk menatap lurus dalam diam.
Wanita itu melangkah mendekati Zu. Berdiri disebelah Zu dengan tangan yg menyilang memeluk tubuhnya sendiri. Menunduk menatap Zu yg seperti patung duduk. Tak ada kedipan mata, tak ada raut wajah yg berubah. Yg disyukurinya nafas Zu masih berhembus.
"Kalo aja aku lebih bisa jaga Kevin.. Dia sendirian.. Dia kesepian" setelah satu minggu itu adalah kalimat pertama Zu. Suaranya parau datar. Tapi jelas sangat menyiratkan bagaimana dia kecewa dan terluka.
"Bukan salah kamu Zu. Itu takdir.." dokter itu membelai kepala Zu lembut.
"Takdir brengsek !! Aku bakal bunuh takdir biar Kevin balik lagi !!" maki Zu masih datar.
Zu menelengkan kepalanya kekanan. Kemudian kekiri. Tak lama dia tersenyum sendiri. Matanya membulat seperti bayi.
"Coklat...Kevin suka coklat .." celotehnya tiba-tiba saja riang.
Wanita itu masih memperhatikan gerak gerik Zu. Dia memainkan jemarinya tak beraturan. Kemudian menggelengkan kepala lesu.
"Kevin bego !! Dia ninggalin gue !! Kalo ketemu gue bunuh dia !!" Zu kembali berceloteh. Kali ini wajahnya nampak seperti orang marah. Kemudian dia berdiri memutar tubuhnya melihat sekitar. Kepalanya menengadah.
"Hwahahaha... Kevin terbang.. Kevin ketawa.. Kevin kakak ikut !!" teriak Zu melompat lompat kecil. Seperti menggapai sesuatu diudara.
Wanita itu melangkah keluar dan memanggil Bara yg sedang membicarakan sesuatu dengan Rama.
Bara dan Rama menghampiri wanita itu dengan tatapan bingung. Dengan ragu dia membuka pintu lebar lebar memperlihatkan Zu yg menari tak jelas sambil tertawa. Kemudian wajahnya menjadi sedih dan pilu. Menggumamkan sesuatu tak jelas dan kemudian tertawa kecil sendiri.
"Saya rasa saya tidak perlu menjelaskannya Bar.." ucap wanita itu rendah. Bara menundukkan kepalanya. Menyadari kejiwaan adiknya sedang tidak seimbang, tapi kali ini dia harus menyetujui bahwa kewarasan adiknya harus dipertanyakan.
"Sonya.. Dia ga gila kan ??" tanya Rama memastikan. Mengerikan jika gadis semanis Zu menjadi seorang yg sakit.
"Jiwanya terganggu. Sesuatu mengusik hatinya. Saya rasa dia memang tidak gila. Tapi saya juga ga bisa bilang kalo sekarang dia waras." terang Sonya melihat Zu yg sekarang malah terduduk lemah dilantai menangisi sesuatu yg tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Post Traumatic Stress Disorder -- PTSD
Romance[[ CERITA DI PRIVAT ]] Abimanyu Rahardianayah -- begitu banyak rahasia yg disembunyikan. dan semuabterkuak bukan atas penjelasa. melainkanbkejadian Mutiara Zukhruf Saputri -- begitu banyak hal yg terlewati. dan beradaptasi menjadi seseorang yg menye...